Perjalanan ke sana cukup menegangkan karena naik ke atas Puncak Darma dengan mengendari mobil land rover. Ketinggiannya cukup curam, hamper posisi miring, tapi untungnya yang bawa mobil professional. Namun, ketika kita berdebar-debar pada setengah perjalanan, kita bertemu dengan seorang ibu bersama anak berseragam sekolah pramuka membawa motor.
Hari itu, hari Sabtu, kalau di daerah Hari Sabtu masih sekolah. Setelah bertanya ke tim guide, ternyata di lereng Puncak Darma ada perkampungan. Kami pun sampai di puncak. Subhanallah, pemandangannya indah sekali. Ada lengkungan garis pantai dan hamparan pemandangan lembah lainnya.
Kita dapat melihat panorama (landscape) mega amphiteater Ciletuh sebagai bukti struktur geologi berupa sesar normal yang menghasilkan sebuah longsoran besar berbentuk tapal kuda. Batuan utama penyusunnya merupakan bagian dari Formasi Jampang Anggota Cikarang yang terbentuk pada kala Miosen Bawah Tengah berupa batuan sedimen berupa breksi polimik, batupasir graywacke berbutir kasar sampai halus, setempat dijumpai lava.
Bukan hanya itu, Puncak Darma juga menjadi tempat melihat hilal, penentuan awal bulan hijriyah, terutama bulan Ramadhan dan Syawal sebagai waktu-waktu penting dalam beribadah bagi umat Islam. Ada saung dan bekas bakaran, mungkin sebelumnya ada yang meliwet. Setelah berbincang, kami menyesal karena tidak meliwet.
Udaranya yang sejuk dan redup, sehingga kami tidak bisa melihat matahari terbenam dengan jelas. Hilal pun tidak dapat kami lihat, karena cuaca mendung menggelayut.
7. Pantai Palangpang
Setelah puas di Pucak Darma, masih dengan deg-degan waktu turun, apalagi saya kalau jalan ke bukit itu jago naik, tetapi turun seperti nenek-nenek. Akhirnya kami alhamdulillah berhasil turun.
Kami menuju Pantai Palangpang, pantai yang terletak di Desa Mandrajaya, pantai ini merupakan salah satu situs geologi berupa morfologi pantai hasil bentukan laut, berupa hamparan pasir putih sampai abu-abu sebagai hasil lapukan dari batuan yang ada di sekitarnya sebagai batuan dasarnya jutaan tahun yang lalu.
Palangpang berasal dari kata palang-palang yang berarti kayu atau bambu di dalam perahu atau antar perahu yang berfungsi sebagai penyeimbang atau tempat duduk atau jembatan) yang saling menumpang. Hal ini berkaitan dengan budaya berperahu sebagai sarana mencari ikan ataupun transportasi.
Pantai ini memiliki hamparan yang luas dengan pasir putih, dan menjadi muara bagi Sungai Ciletuh di bagian selatan dan Sungai Cimarinjung di bagian utaranya. Bentuk pantai ini juga membentuk tapal kuda, karena juga merupakan bagian dasar dari lembah mega amfiteater Ciletuh yang terbentuk karena struktur geologi yang terjadi pada Miosen Atas, di sini kami menikmati suasana sore yang indah dan sejuk.
Saat itu Palangpang masih dalam pembangunan, tentunya sekarang sudah menjadi obyek wisata bagian dari Geopark Ciletuh. Alhamdulillah, dalam sehari kami menelusuri dan menikmati 7 keajaiban Geopark Ciletuh. Sesungguhnya saya belum puas, karena masih banyak tempat-tempat lainnya di Ciletuh yang dapat dijelajahi, termasuk wisata airnya.
Berbicara masalah sungai, saya teringat Dubai, Ibukota Uni Emirat Arab. Pernah membaca dari Google, kalau Dubai diambil dari istilah Daba, yang artinya bergerak pelan-pelan, menunjukkan proses anak sungai Dubai yang mengalir pelan-pelan di daerah pedalaman. Kota yang berkembang dengan potensi sumber daya alam minyaknya, kini menjadi kota wisata.
Ada banyak taman yang dibangun di antaranya taman Al Quran dan taman bunga. Saya pun bermimpi berada di taman-taman yang indah tersebut. Demikianlah, keindahan alam semesta tanpa batas. Alhamdulillah, saya dapat menikmati Geopark Ciletuh. Saya pun bermimpi untuk pergi ke Dubai, menikmati taman-taman indah di sana, terutama taman Al Quran. Semoga Allah mengabulkan. Amiiin, Insya Allah.