Tasikmalaya jadi kota transit bagi traveler yang akan menjelajah Priangan Timur. Tak hanya itu, pariwisatanya pun tumbuh pesat.
Perkembangan itu didukung dengan bertambahnya moda transportasi di Tasikmalaya. Anda bisa menggunakan pesawat, kereta api hingga bus untuk ke kota ini.
"Menurut pengamatan saya, hotel di sini mulai menjamur. Mulai 2013 kota ini menjamur hotelnya. Setiap tahun bertambah 2 dengan nama perusahaan yang cukup ternama," kata Serka Bisri dari Kesatuan Lanud Wiriadinata Tasikmalaya, Jumat (8/2/2019).
Ia sudah 8 tahun bertugas di Tasikmalaya. Dikatakannya bahwa kota ini seperti kota transit. Kenapa demikian?
"Sebagai kota transit karena ketika Anda tiba di sini itu berarti sudah waktunya istirahat. Apalagi perjalanan dari Jakarta dan Bandung pasti sudah lelah sampai sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Jawa bagian selatan lainnya," jelas Bisri.
Traveler yang datang ke Kota Tasikmalaya bisa berwisata ke Gunung Galunggung atau wisata alam lain. Kalau hanya di kota bisa jalan-jalan ke pusat kerajinan, terutama pembuatan payung dan bordirnya yang terkenal.
Pernyataan Serka Bisri diamini Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman, yakni saat ini sudah banyak hotel bermunculan di wilayahnya. Hal itu menandakan perkembangan ekonomi baru yang signifikan dan sedang bergerak di sini.
Semua itu tak terlepas adanya konektivitas transportasi udara di Tasikmalaya yang sudah beroperasi sejak pertengahan 2017. Pemangkasan waktu dan kemudahan dari ibukota negara ke Tasikmalaya jadi alasannya.
"Pariwisata dengan adanya bandara memberi alternatif kemudahan transportasi bagi pengunjung. Adanya bandara membuat kunjungan kita meningkat," jelas Budi.
"Perhotelan di sini okupansinya memuaskan. Rata-rata setengahnya di hari biasa. Mereka yang mengisi adalah pebisnis. Malah di weekend cenderung turun," pungkas walikota itu.
Pantauan detikTravel di Bandara Wiriadinata, banyak penumpang yang menggunakan pesawat sebagai moda perjalanannya. Di antara penumpang ada turis mancanegara.
"Di sini banyak kunjungan bule juga. Mereka ada yang bekerja sebagai pengajar dan ada pula yang liburan," kata Bisri menambahkan.
Sandiaga Kritik Pariwisata, Faktor Transportasi Memang Masih Masalah
Cawapres 02 Sandiaga Uno mengkritik pariwisata Indonesia yang belum dioptimalkan. Untuk sektor transportasi dinilai memang masih menjadi kelemahan.
Kritikan Sandiaga Uno ini dilontarkan saat dia berada di Telaga Sarangan di Magetan, Jatim lewat postingan Instagram. "Saya dan Pak @prabowo yakin masih banyak potensi wisata di Indonesia yang belum dikembangkan secara maksimal," tulis Sandi.
Sandi memang tidak merinci, sektor pariwisata mana saja yang belum dikembangkan maksimal. detikTravel pun mewawancarai pakar pariwisata dan dosen Program Studi Pariwisata Vokasi Universitas Indonesia, Diaz Pranita.
Menurut Diaz, Kemenpar sebenarnya dinilai sudah baik untuk soal branding pariwisata dan penyelenggaraan event pariwisata. Namun untuk aksesibilitas, Diaz menilai pemerintah masih keteteran. Banyak jalan dibangun, namun akses masih belum merata.
"Akses masih belum merata di tiap daerah terutama daerah wisata. Sistem transportasi juga masih belum terintegrasi," kata Diaz, Jumat (8/2/2019).
Menurut Diaz, idealnya ke daerah tujuan wisata bisa menggunakan transportasi umum yang nyaman misalnya bus atau kereta atau moda transportasi lain. Tren pariwisata ke depan adalah free independent traveler (FIT) dan mereka butuh konektivitas kendaraan umum yang baik.
"Kalau di Indonesia kebanyakan turis masih bingung kalau traveling sendiri padahal tren wisata sekarang adalah turis merencanakan perjalanan sendiri atau customized," kata dia.
Aspek lain adalah digitalisasi informasi pariwisata yang belum merata juga. Masih banyak atraksi dan fasilitas wisata yang belum bisa diakses secara online.
"Informasi mengenai atraksi dan fasilitas wisata juga masih banyak yang belum bisa diakses secara online jadi agak merepotkan kalau merencanakan perjalanan secara pribadi," tutupnya.