Minggu, 01 Maret 2020

Gara-gara Sampah di Pantai Belitung, Menteri Susi Geram

Menteri Susi begitu kaget saat melihat suatu pantai di Belitung penuh dengan sampah. Dia pun geram dan berpesan kepada turis.

Awal tahun 2019 ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berlibur ke Belitung. Dia pun memposting foto-foto liburannya saat di sana melalui Instagram pribadinya, susipudjiastuti115.

Baru-baru ini, Susi memposting video di Instagramnya ketika momen liburan ke Belitung. Dilihat detikTravel, Rabu (6/2/2019) sayangnya postingannya bukan lanskap bentang alam yang cantik, justru sampah-sampah yang berserakan di pinggiran pantai.

Selain mengeluhkan sampah-sampah dan meminta Pemda Belitung untuk menanganinya, Susi punya pesan khusus buat turis. Dalam video itu, terlihat dia tampak geram.

"Kenapalah turis tidak bisa berfikir untuk menjaga, mengunjungi tempat yang cantik itu tidak membuang sampah," begitu katanya dalam postingan video tersebut.

Tentu, sampah-sampah yang berserakan di pinggir pantai akan merusak pemandangan. Tak hanya itu, sampahnya pun bisa mencemari lingkungan dan membuat turis yang liburan ke sana bakal merasa tidak nyaman.

Padahal, Belitung sendiri merupakan salah satu pesona keindahan pariwisata Indonesia. Semoga wisatawan yang datang ke sana bisa lebih menjaga sikap dengan tidak membuang sampah sembarangan. Tak hanya di Belitung sih, tapi juga di semua tempat. 

Liburan di Melaka, Wajib ke Aneka Tempat Ini

Mau wisata ke Melaka, banyak objek wisata yang bisa traveler kunjungi. Mulai dari wisata sejarah hingga kuliner.

Malaysia nggak cuma punya Kuala Lumpur, tapi juga terdiri dari banyak daerah yang menarik untuk dikunjungi. Selain wisata belanja, Malaysia juga kaya akan wisata sejarah. Terbukti bahwa Melaka dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2008.

Melaka atau yang juga dikenal sebagai Melaka Bandaraya Bersejarah ini wajib banget dieksplor saat berkunjung ke Malaysia. Kawasan bersejarah yang pada abad ke-15 sempat menjadi salah satu pelabuhan perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Hampir semua bangunan di Melaka masih asli dengan gaya bangunan era Portugis.

Semenjak dinobatkan UNESCO menjadi Situs Warisan Dunia, Melaka berhasil menarik minat para turis lokal hingga mancanegara. Menikmati suasana tenang di antara bangunan-bangunan bersejarah serta melihat keindahan arsitekturnya yang cantik dengan aneka kuliner yang wajib dicicipi.

Sebenarnya Melaka punya bandara internasionalnya sendiri, tetapi kemarin saya menggunakan penerbangan ke Kuala Lumpur dan melanjutkan dengan perjalanan darat. Untuk tiba di Melaka melalui jalur darat membutuhkan waktu sekitar dua jam dari Kuala Lumpur menggunakan bus.

Dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Melaka Sentral menggunakan bus Star Mart Express seharga RM 24,30 (Rp 82.900) dengan jadwal yang sangat teratur dan cukup nyaman untuk perjalanan darat.

Mulanya saya menuju spot foto dengan tulisan Melaka Heritage World yang terletak tepat di depan Gereja St Francis Xavier. Letaknya yang hanya beberapa ratus meter dari hotel, memaksa kaki sata untuk lebih aktif berjalan. Baru tempat pertama saja sudah banyak spot foto yang keren. Seusai dari tempat ini, kaki berjalan kembali lurus menuju Red Square.

Kawasan yang lebih dikenal dengan Red Square ini merupakan tempat yang seolah menjadi titik pusat berkumpulnya para turis. Dikelilingi oleh bangunan berwarna merah, di kawasan ini memiliki beragam tempat dan bangunaan bersejarah.

Kemping Serba Mewah di Ciwidey, Serasa Lagi di Ubud!

Liburan akhir pekan di Kabupaten Bandung, asyiknya kemping mewah di Ciwidey. Ada destinasi glamping yang punya pemandangan cantik di sana, tak kalah dengan Bali.

Bagi traveler yang ingin berwisata dan mencari suasana alam yang sejuk seperti di Ubud, tidak perlu jauh-jauh ke Bali. Di Kabupaten Bandung ada destinasi yang tidak kalah dengan Ubud.

Namanya Glamping Legok Kondang, lokasinya ada di Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bisa ditempuh selama dua jam perjalanan dari pusat Kota Bandung via Tol Soroja.

Glamping Legok Kondang memiliki sekitar 27 tenda yang dapat digunakan oleh para pengunjung. Namun, dari 27 tenda itu ada tiga tenda yang istimewa, bahkan lanskap pemandangan begitu menawan. Tenda itu dinamai storm tent atau tenda yang mengikuti arah angin.

"Tenda ini dinamai strom tent karena bentuk tendanya aman terhadap angin atau badai," kata Marketing Comunnication Glamping Legok Kondang, Marcel, di Glamping Legok Kondang, Selasa (5/2/2019).

Marcel berujar, Glamping Legok Kondang sudah ada sejak tahun 2012, dengan tipe tenda standard, family, deluxe, luxury, luxury sunrise dan suites tent.

"Untuk tipe (storm tent) ini baru dua bulan. Belum lama dan jumlahnya hanya ada tiga tenda," ujarnya.

Ia mengungkapkan, sejak dikenalkan ke publik, storm tent tersebut banyak diminati oleh para wisatawan. Bahkan, antusiasmenya luar biasa.

"Untuk storm tent ini, semuanya sih dari Febuari sampai Maret, kalau weekend sudah hampir 100 persen (penuh). Apalagi yang storm tent ini, sepertinya harus booking dua bulan sebelumnya," ungkapnya.

detikTravel sempat masuk ke dalam storm tent tersebut. Di dalamnya, terdapat fasilitas lengkap, tidak kalah dengan kamar hotel. Sementara sisi luarnya, ada sebuah kolam renang yang dengan air panas, dan dapat dinikmati wisatawan sambil melihat pemandangan perkampungan di Ciwidey. Di sekelilingnya terdapat kursi taman dan kursi untuk berjemur.

Ia menuturkan, rata-rata wisatawan yang datang ke Glamping Legok Kondang berasal dari luar kota. Menurutnya, setiap tenda yang ada di Glamping Legok Kondang memiliki kelebihan tersendiri. Namun, yang saat ini paling diminati adalah storm tent tersebut.

"Kelebihannya, kita akan merasakan pelayanan yang baik. Seperti semboyan 'Someah ka Semah' ramah terhadap tamu. Fasilitas di dalam tenda benar-benar nyaman, semua fasilitas ada," jelasnya.

Para wisatawan yang menginap di storm tent juga dapat menikmati pemandangan sunrise dan pada malam hari dapat merasakan pemandangan Bandung City Light.

"View yang dijual sunrise dan kalau malam bisa melihat pemandangan banyak lampu di Kota Bandung yang dikelilingi bukit dan gunung," tuturnya.

Selain dapat menikmati pemandangan menawan. Ada servis lebih buat wisatawan, yaitu floating breakfast.

"Wisatawan yang menginap di storm tent sudah bisa mendapatkan floating breakfast seperti yang ada di Ubud," ujarnya.

Sarapan pagi tersebut, nantinya akan mengambang di kolam renang yang diletakkan di dalam keranjang. "Kita bisa sarapan memakai keranjang yang terapung di kolam," katanya.

Suasana glamping di sini pun disebut-sebut serasa di Ubud. Menurut Marcel, yang membedakan glamping di Ubud dan Legok Kondang sendiri yaitu lingkungannya. Namun suasananya tidak kalah dengan Ubud.

"Hanya lingkungan saja, kalau view, fasilitas kita tidak kalah jauh dengan Ubud. Cuman yang membedakan, hanya budaya Bali itu wisatanya kental banget, itu yang membedakan dengan Jawa Barat," imbuhnya.

Marcel menambahkan, inspirasi membuat storm tent itu berasal dari wisatawan yang sebelumnya datang ke Glamping Legok Kondang. Masukan-masukan dari para pengunjung ditampung dan dibuat konsep baru.

"Inspirasinya dari pengunjung sendiri, mereka pengennya benar-benar nyaman, privasi, tidak terganggu oleh banyaknya orang. Karena orang yang datang ke sini benar-benar ingin santai, mau dapat suasana alam yang alami. Anak-anak juga bisa bermain, ada playground dan penangkaran rusa dan lainnya," tambahnya.

Salah satu pengunjung asal Jakarta, Jack berujar, berwisata di Legok Kondang ini cocok bagi yang ingin benar-benar menghilangkan penat.

"Suasananya tenang, enak buat santai dan jauh dari kebisingan. Cocok banget buat ngilangin penat," pungkasnya.