Minggu, 01 Maret 2020

Ada Peradaban Kuno di Temanggung!

Traveling ke Temanggung, ada yang istimewa untuk traveler yang suka tempat-tempat unik. Ada bukti peradaban kuno di sana.

Keberadaan Situs Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jateng, dianggap istimewa. Hal ini mengingat di situs ini ditemukan lahan pemukiman, peribadatan dan lahan pertanian.

Adapun Situs Liyangan berada di lereng Gunung Sindoro. Untuk sampai lokasi dari Kota Temanggung perjalanan ditempuh sekitar satu jam. Sebelum memasuki lokasi, sepanjang perjalanan bisa menikmati keindahan alam dan lahan pertanian yang menghijau.

Ekskavasi di Situs Liyangan dilakukan sejak tahun 2010 hingga sekarang. Setelah dilakukan ekskavasi ditemukan bangunan candi, jalan, saluran irigasi maupun permukiman penduduk.

Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Sugeng Riyanto mengatakan, pada tahun 2008 Balai Arkeologi menerima laporan dari warga masyarakat. Kemudian pada tahun 2009 melakukan survei dan ekskavasi dilakukan sejak 2010 hingga sekarang.

"Pada tahun 2008, kami dapat laporan dari warga, kemudian 2009 melakukan survei, mulai 2010 melakukan ekskavasi sampai sekarang," katanya saat dihubungi detikTravel, Senin (4/2/2019), malam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Situs Liyangan merupakan permukiman kuno yang lengkap. Hal ini mengingat ada tempat ibadah, untuk bermukim dan ada tempat untuk bertani.

"Situs Liyangan permukiman kuno yang lengkap, ada tempat ibadah, tempat untuk bermukim dan ada tempat untuk bertani, jadi lengkap. Itu bentuknya, kalau masanya sangat panjang sejak abad ke-2 sampai abad ke-11 masehi," katanya.

Adapun saat ekskavasi ada temuan-temuan, kata dia, yang menandakan sebagai tempat peribadatan yakni berupa candi, arca, alat upacara seperti genta dan tempat menaruh bunga. Sedangkan untuk pertanian dengan ditemukan alat-alat pertanian seperti cangkul, ada parang dan ada pipisan serta alat untuk mengilas biji-bijian bumbu.

"Ditemukan juga lahan pertanian. Lahan pertanian bentuknya gundukan-gundukan memanjang dan ditanami di atasnya," tutur dia.

Permukiman yang ditemukan di sekitar situs tersebut, kata dia, merupakan permukiman yang eksklusif karena yang tinggal merupakan para pengelola candi.

"Permukiman yang dulu itu eksklusif khusus untuk pengelola candi, jadi bukan warga biasa. Situs seluas itu kan yang mengelola banyak sekali, mereka juga bertani juga," tuturnya.

Menurut Sugeng, bukan hanya lebih komplit, tetapi menurut dia yang paling istimewa adalah data-data organik yang tidak ditemukan di situs lainnya yang semasa, seperti arang-arang kayu bekas rumah. Mereka menemukan bekas bahan makanan juga, ada padi dan lain-lain, semuanya dalam keadaan arang karena terbakar.

"Bahkan kita temukan lahan pertaniannya, saluran irigasinya, nggak ada di tempat lain, situs lain yang semasa, sangat kompleks dan integral," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Didik Nuryanto mengatakan, dengan ditemukan Situs Liyangan tersebut, Pemkab Temanggung pada tahun 2011 atau 2012-an telah membebaskan lahan seluas 5.635 meter persegi.

"Pemkab Temanggung pada tahun 2011 atau 2012-an telah membebaskan lahan seluas 5.635 meter persegi di Situs Liyangan," katanya.

Selain itu, kata dia, warga sekitar juga membentuk Tim Peduli Situs Liyangan yang diketuai Kepala Desa Purbosari.

"Di sana ada Tim Peduli Situs Liyangan diketuai Kepala Desa Purbosari berjumlah 16 orang. Mereka ini bertugas menjaga dan menyelamatkan," ujar dia.

Keberadaan Situs Liyangan ini bisa menjadi lokasi wisata edukasi yang ingin mengetahui perkembangan sejarah. Wisatawan pun silih bergantian datang menuju lokasi tersebut. Tercatat pada bulan Januari ada 2.595 pengunjung yang datang. Para pengunjung ini terdiri dari pelajar, mahasiswa maupun masyarakat biasa.

"Kami sengaja ke sini karena penasaran. Tadi sempat foto-foto dan buat video. Kami tertarik dengan salah satu kehidupan masa lampau bisa menambah wawasan tentang sejarah nenek moyang," ujar Rudi Usman (27), yang datang bersama Wahyu Setiyadi (22), keduanya warga Pringsurat.

Hal senada disampaikan pengunjung lainnya, Kabul (50), warga Candiroto. "Tadi dari Temanggung, mau balik mampir melihat sini. Lokasi ini harus ada perhatian khusus karena masuk cagar budaya," tuturnya.

Liburan di Melaka, Wajib ke Aneka Tempat Ini (2)

Setelah puas berkeliling dan pastinya berfoto di titik pusat ini, saya berjalan menaiki bukit St Paul. Di tempat ini terdapat puing Gereja St Paul dengan patung St Francis Xavier di hadapannya. Gereja yang terletak di Bandar Hilir, Melaka ini mulanya dikelola oleh Kapten Portugis yang kemudian ditukar oleh pihak Belanda. Di bawah bukit inilah terletak A Famosa.

A Famousa merupakan benteng Portugis yang dibangun pada tahun 1511 dan sempat diambil alih oleh Belanda dan Inggris. Menurut orang Melaka, nama A Famousa diambil dari bentuk mulut gerbang bangunan yang menyerupai huruf A.

Bangunan ini menjadi sisa sejarah arsitektur Eropa paling tua di Asia. Pemerintah setempat tetap menjadikan bangunan ini orisinil tanpa pembaruan, renovasi, ataupun penghancuran. Katanya, benteng ini sering dijadikan lokasi foto prewedding dengan harapan hubungannya bisa seawet benteng ini.

Malamnya, setelah makan dan istirahat sejenak di hotel, saya menuju Masjid Selat Melaka. Masjid terapung yang terletak di selat terpanjang di dunia ini cantiknya bikin kamu berdecak kagum banget deh. Waktu yang tepat untuk mengunjungi masjid ini sebenarnya saat sore hari menuju sunset. Sebab di waktu tersebut akan semakin terlihat kecantikannya.

Seusai dari Masjid Selat Melaka, lokasi yang dituju selanjutnya adalah Jonker Walk Night Market. Layaknya pasar malam, di sepanjang jalan ini berjajar pedagang suvenir, barang antik, hingga camilan khas. Berlokasi di Jalan Hang Jebat, jalanan bersejarah ini merupakan area China town milik Melaka. Jonker Walk Night Market ini hanya ada di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Di sini banyak jajanan yang menggoda untuk diicip. Beragam aksesoris dan barang antik pun tak ketinggalan menggoda untuk dibeli.

Ada satu yang katanya wajib dicoba yaitu es cendol durian. Perpaduan antara es serut, cendol, santan, gula merah, dan pastinya durian, bisa lumer sekaligus di dalam mulut dengan nikmat.

Tidak jauh dari Jonker Walk, ada Masjid Kampung Keling. Berada di lorong Harmoni atau Temple Street, rasanya semua agama terwakili di kampung ini. Selain Masjid Kampung Keling, di sini juga berdiri Kelenteng Cheng Hoon Tseng dan Kuil Hindu Sri Poyyatha Vinayagar Moorthi serta gereja yang letaknya bersebelahan

Di Melaka, sangat dikenal becak dengan aneka hiasan lucu dan lampu-lampu cantik. Kalau Indonesia seperti yang ada di alun-alun Kidul Jogja atau pun Simpanglima Semarang. Sepertinya cukup seru untuk berkeliling Melaka menggunakan becak tersebut dengan soundtrack lagunya yang seru.

Sejarah Melaka memang tak kalah menarik untuk dieksplor. Kotanya yang tidak begitu luas memiliki daya tarik tersendiri bagi para turis. Arsitektur bangunannya yang cantik dan tata kotanya cukup nyaman untuk disinggahi. Inilah secuil sejarah yang dimiliki dunia.

Red Square berlokasi di hadapan Melaka River yang juga digunakan sebagai starting point untuk mengelilingi Melaka via sungai. Melaka River cantik dan rapi dengan bangunan-bangunan di tepiannya. Sebenarnya menyusuri sungai ini juga wajib banget dicoba saat berkunjung ke Melaka. Atau kita bisa berjalan menyusuri sisi Melaka River ini.

Ada beberapa museum yang tutup saat itu. Saya hanya masuk dan mengelilingi History and Ethnography Museum. Di dalam sini ada beberapa lokasi yang juga ditutup. Di Museum ini kita bisa mempelajari sejarah Melaka dari tahun 1400-1957. Di sini kita bisa melihat langsung budaya dan gaya hidup berbagai masyarakat di Melaka.

Terdapat pula patung Laksamana Cheng Ho yang berdiri dengan gagahnya. Laksamana Cheng Ho merupakan Seorang kasim muslim yang juga dihormati dan dikagumi oleh banyak orang. Penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini.

Merupakan pemimpin yang arif dan bijaksana, sebab mengingat armada yang begitu banyak, beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah mana pun tempat para armadanya merapat.