Aktivitas Gunung Merapi meningkat dalam beberapa hari terakhir. Meski begitu objek wisata di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi tetap dibuka.
Objek-objek wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) masih direkomendasikan dibuka untuk dikunjungi wisatawan. Peningkatan aktivitas Gunung Merapi sejauh ini belum berbahaya bagi objek wisata di TNGM.
"Secara umum tidak ada perbedaan sebelumnya, untuk wisata semua bisa. Kecuali semua jalur pendakian Selo dan Sapuangin ditutup sejak Mei 2018 sampai dengan sekarang kaitanya dengan status waspada Merapi," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TNGM, Akhmadi saat dihubungi detikTravel di Sleman, Jumat (1/2/2019).
Diketahui, pada 29 Januari 2019 malam, terjadi tiga kali guguran awan panas Gunung Merapi dengan jarak luncurnya masih relatif pendek dan belum membahayakan penduduk. Guguran awan panas mengarah ke hulu Kali Gendol.
Gunung Merapi saat ini masih pada tingkat Waspada (Level II), dengan rekomendasi radius bahaya masih berjarak 3 kilometer dari puncak Merapi. Artinya, radius 3 km ini tidak boleh ada kegiatan wisatawan dan masyarakat.
"Intinya pada radius sampai dengan 3 kilometer dari puncak tidak ada aktivitas wisata/masyarakat. Sebagai acuan atas rekomendasi BPPTKG," jelas Akhmadi.
Milenial Unggah Foto Traveling di Medsos, Narsis atau Personal Branding?
Kaum milenial mengunggah momen traveling di medsos adalah hal wajar. Namun, kalau terus-terusan, apakah itu narsisme atau personal branding?
Narsisme merupakan kecintaan kepada diri sendiri secara berlebihan. Sedangkan Personal Branding adalah citra atau reputasi yang dibangun pada masyarakat terhadap seorang individu. Hal ini, tentunya sangat terlihat apabila seseorang bermain media sosial.
Menurut jurnal 'Derterminants of Sharing Travel Experiences in Social Media' oleh Myunghwa Kang dan Michael A. Schuett, bahwa aktivitas mengunggah momen traveling ke media sosial merupakan kegiatan yang umum dilakukan saat melancong. Bahkan, dianggap sebagai informasi yang dapat diandalkan dibandingkan informasi organisasi atau sektor bisnis wisata lainnya.
Menurut pakar dan Dosen Komunikasi Program Vokasi Universitas Indonesia, Amelita Lusia, seseorang pada dasarnya ingin mendapatkan recognition atau pengakuan. Hal inilah yang menjadi landasan bahwa banyak unggahan momen traveling.
"Kalau dari segi komunikasi, setiap manusia ingin diakui. Ingin mendapat recognition, ah dia itu bagaimana, begini sikapnya. Bob Sadino misalnya, meskipun celana pendekan, orang melihatnya sederhana, tapi sebentar dulu, lihat ia turun dari mobil apa," ujarnya saat dihubungi detikTravel, Jumat (1/2/2019).
Kemudian, apa motif dan tujuan dari orang tersebut ingin membagi momen. Ia menggambarkan seorang public figure yang pergi dengan berbagai barang mewah, atau fasilitas-fasilitas yang digunakan.
"Misalnya ada artis ke luar negeri, bisa saja kita menduga artis A ada di level biasa-biasa saja, naik business misalnya. Tapi ada juga yang level atas, malah kok biasa saja gaya travelingnya. Bisa saja tujuan mereka untuk bertahan di level tersebut. Mereka ingin dilihat, bahkan personal branding-nya bahwa menyatakan dia mampu untuk berada di sana," tambahnya.