Selasa, 03 Maret 2020

Kejutan, Wisman Terbanyak ke Indonesia 2018 Bukan dari China

Menurut Badan Pusat Statistik, selama 2018 Indonesia dikunjungi oleh 15,8 juta wisman. Namun, yang terbanyak datang bukan wisman dari China.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis laporan terbaru tentang pariwisata Indonesia. Dilihat detikTravel, Jumat (1/2/2019), dijabarkan juga angka dari wisman dari tiap negara yang liburan ke Indonesia selama tahun 2018.

Dari laporan BPS, terungkap kalau wisman dari negara Malaysia adalah yang terbanyak mengunjungi Indonesia di tahun 2018. Jumlahnya adalah 2,5 juta kunjungan (15,83 persen).

Setelah wisman Malaysia, wisman dari China atau Tiongkok merupakan yang terbanyak kedua liburan ke Indonesia. Jumlahnya adalah 2,14 juta kunjungan (13,52 persen).

Kemudian peringkat ketiga ditempati oleh wisman dari Singapura sebanyak 1,77 juta kunjungan (11,19 persen). Itulah tiga besar wisman yang paling banyak berkunjung ke Indonesia selama tahun 2018.

Selain tiga besar di atas, berikut lima besar negara yang wisatawannya paling banyak datang ke Indonesia selama tahun 2018:

1. Malaysia 2,5 juta kunjungan (15,83 persen)
2. China 2,14 juta kunjungan (13,52 persen)
3. Singapura 1,77 juta kunjungan (11,19 persen)
4. Timor Leste 1,76 juta kunjungan (11,15 persen)
5. Australia 1,3 juta kunjungan (8,23 persen)

Menpar Arief Yahya melirik pasar China sebagai salah satu yang paling potensial. Namun, faktanya wisman dari negara tetangga Malaysia masih jadi yang paling banyak berkunjung ke Indonesia.

Spot Asyik Menikmati Pattaya dari Ketinggian

 Pattaya tidak hanya terkenal dengan pantai nya yang cantik dan eksotis, terdapat suatu kawasan untuk menikmati pemandangan Pattaya dari ketinggian.
Di hari kedua explore Thailand bersama para pemenang d'traveler of the year 2018 di Pattaya, kami diajak untuk menyaksikan keindahan panorama Pattaya dari ketinggian.

Selepas sarapan pagi, kami pun segera bergegas ke dataran tinggi di kawasan Pattaya. Setelah menempuh sekitar 10-15 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di suatu tempat bernama Pattaya View Point.

Pattaya View Point terletak di kawasan perbukitan Pattaya Hill, atau orang lokal biasa menyebutnya sebagai “Khao Phra Tum Nak†atau “Khao Phra Bahtâ€. Pattaya Hill ini memisahkan pantai Pattaya dengan pantai Jomtien.

Pattaya View Point ternyata merupakan kawasan favorit wisatawan yang berkunjung ke Pattaya, beruntung lah saat kami sampai masih cukup pagi, sehingga bisa puas mengambil foto di Pattaya View Point dan matahari belum terlalu menyengat panasnya.

Walaupun kami tidak sempat bermain di pantai dan menikmati aneka permainan air, namun dari ketinggian rasanya sudah cukup puas menikmati speedboat dan kapal yang berlalu lalang di kawasan perairan teluk Pattaya.

Jika menggunakan kendaraan kecil atau minibus, masih bisa diparkir di dekat kawasan ini, namun jika menggunakan bus besar, maka terpaksa bus berhenti di bawah kaki bukit, dan wisatawan harus berjalan kaki mendaki ke atas demi menikmati kawasan pemandangan.

Untuk menikmati pemandangan Pattaya dari Pattaya View Point, pengunjung tidak dikenakan biaya, namun karena spot ini sering dikunjungi rombongan wisatawan, jika datang bersama rombongan wisatawan lain akan cukup padat, namun tidak perlu kuatir, sebab area ini cukup luas untuk mendapatkan sudut foto terbaik.

Namun kalau kamu punya cukup banyak waktu, tunggu saja sejenak, sebab umumnya rombongan wisatawan hanya akan mampir 10-15 menit untuk berfoto dan akan segera kembali ke bus. Setelah sepi, kamu bisa berfoto sepuasnya di kawasan ini.

Pemandangan di Pattaya View Point sangat menakjubkan, sebab kita bisa melihat Pantai Jomtien dan kawasan Pantai Pattaya yang terbentang mulai dari Bali Hai Pier sampai perbatasan dengan Nakula Bay.

Minggu, 01 Maret 2020

Dampak Negatif Perburuan Kejam Lumba-lumba Bagi Laut

Perburuan kejam terhadap lumba-lumba di Taiji, Jepang tak hanya menyayat hati. Aktivitas ini juga berdampak negatif bagi ekosistem laut.

Perburuan lumba-lumba di Kota Taiji, Jepang mendapatkan kecaman dari banyak kalangan termasuk para traveler pemerhati lingkungan. Bukan hanya perihal sadis, aktivitas yang berdalih tradisi ini juga memiliki efek samping bagi kesehatan laut.

Lumba-lumba adalah pemakan ikan-ikan pelagis. Jika populasi lumba-lumba menurun secara global tentu akan terjadi kelimpahan populasi ikan-ikan pelagis.

"Dampaknya adalah menurunnya populasi nutrien yang menjadi makanannya. Dan hal ini berdampak negatif terhadap kelompok ikan yang makanannya bergantung pada sediaan nutrien atau plankton," ujar Dharmadi, Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Senin (6/2/2019).

Dharmadi menambahkan dampak lainnya, kelompok ikan predator menjadi terlalu banyak karena melimpahnya ikan-ikan pelagis. Secara ekosistem tentu akan berpengaruh terhadap keseimbangan populasi biota Laut.

Jika eksploitasi ini terus terjadi, dikuatirkan dapat berdampak pada spesies ikan tertentu yang menjadi booming atau melimpah. Dan hal ini berkaitan juga dengan spesies biota lainnya.

"Meledaknya populasi ikan non ekonomis potong dan secara ekonomi akan menurunkan pendapatan negara," jelas Dharmadi.

Dampak negatif juga diungkapkan oleh Dr Ing Widodo S Pranowo, Ketua Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan KKP.

"Dolphin itu habitatnya sepertinya tidak terlalu jauh ke samudera lepas. Dolphin makan ikan-ikan kecil di pesisir. Sementara di perairan pesisir Jepang beberapa lokasi seperti Fukushima dan beberapa perairan pesisir teluknya banyak industri," kata Widodo.

Widodo menjelaskan bahwa mengkonsumsi daging lumba-lumba bukanlah pilihan tepat. Dikhawatirkan kalau limbah-limbah logam berat seperti merkuri terdapat di perairan pesisir. Limbah tersebut akan terakumulasi dalam ikan-ikan kecil yang kemudian dimakan oleh lumba-lumba.

Hal inilah yang memungkinkan adanya akumulasi logam berat di daging lumba-lumba.

"Begitu juga misalkan adanya lepasan senyawa nuklir yang terlepas ke badan air laut pesisir, dari ledakan reaktor Fukushima, maka mungkin saja terakumulasi di daging lumba-lumba," jelas Widodo.

Bila daging lumba-lumba ini dikonsumsi oleh manusia, dalam hal ini penduduk Taiji, maka Departemen kesehatan Jepang seharusnya mengukur dan memantau kandungan logam berat ataupun senyawa nuklir pada tubuh penduduk Taiji. Karena logam berat seperti merkuri memberikan efek yang sangat berbahaya.

"Efeknya mungkin tidak bisa dilihat dalam jangka waktu yang pendek, namun kemungkinan bisa muncul pada jangka waktu yang lama," tutur Widodo.

Kisah Penggembala Rusa dari Suku Terkecil Sedunia

Traveler anti mainstream pasti menyukai ini. Ini adalah kisah suku terkecil sedunia menjadi penggembala rusa di Mongolia.

Melansir BBC Capital, Rabu (5/2/2019), keberadaan mereka jauh di dalam hutan salju Mongolia. Menggembala rusa lebih dari sekedar pekerjaan karena merupakan budaya dan tradisi mereka.

"Yang kita miliki adalah rusa. Tujuan kami untuk bangun dan bekerja setiap hari adalah agar kami dapat membesarkan mereka," kata salah satu anggota suku, Dawaajaw Balanish.

Lokasi tepatnya ada di Provinsi Khovsgol, Mongolia bagian utara, sekitar 50 km selatan perbatasan Rusia. Kelompok etnis minoritas terkecil ini memiliki populasi sekitar 300 orang, bernama Suku Dukha.

Mereka hidup sebagai penggembala rusa di hutan salju atau taiga. Di musim dingin, taiga diselimuti salju tebal, pohon-pohon konifernya hanya tinggal dahan tanpa daun karena dingin yang menggigit dapat turun hingga ke suhu -50 derajat C.