Rabu, 04 Maret 2020

Hati-hati, Sudah Ada 5 Turis Tenggelam dalam 2 Pekan di Maldives

Kamu yang berencana liburan ke Maldives mesti hati-hati. Sudah ada 5 turis tenggelam di sana dalam waktu 2 pekan terakhir ini.

Liburan ke Maldives memang menyenangkan. Lautnya indah, pemandangannya cantik. Namun faktanya, traveler harus tetap hati-hati. Sudah ada 5 turis dari berbagai negara mati karena tenggelam di Maldives dalam 2 pekan terakhir.

Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Selasa (29/1/2019), pihak otoritas pariwisata di Maldives meminta turis untuk ekstra hati-hati terhadap arus laut yang cukup kencang di Maldives akhir-akhir ini.

Arus kencang ini diakibatkan oleh badai monsoon yang mengarah ke bagian timur laut. Sudah ada 5 korban meninggal dunia akibat tenggelam di Maldives dalam 2 pekan terakhir.

Awal bulan ini, pasangan traveler bernama Leomar Lagradilla (30) dan Erika Joyce (29) dari Filipina meninggal dunia saat sedang snorkeling di Maldives. Padahal mereka sedang berbulan madu di destinasi cantik ini.

3 Turis lain yang meninggal dunia, yaitu turis berusia 84 Tahun dari Republik Ceko dan turis berusia 66 tahun dari Korea Selatan. Keduanya meninggal karena tenggelam.

Lalu pada Minggu (20/1) lalu, ada turis wanita berusia 40 tahun dari Rusia yang meninggal saat sedang diving di Maldives. Pihak Menteri Pariwisata Maldives pun memberikan berbagai instruksi terkait masalah ini.

Dia meminta untuk dilakukan identifikasi zona aman untuk aktivitas wisatawan di air, serta meminta polisi pariwisata Maldives untuk mengawasi turis yang sedang beraktivitas di air.

"Kami memutuskan untuk menginspeksi semua fasilitas turis yang ada di Maldives selama 6-8 bulan. Monitoring ini harus dilakukan untuk memastikan semua regulasi ditaati," ungkap Ali Waheed, Menteri Pariwisata Maldives seperti ditulis media Maldives Times. 

Temple of Confusius, di Mana Semua Orang Berderajat Sama

Confusius menjadi cendikiawan China yang ajarannya masih digunakan sampai sekarang. Tempat terbaik untuk mengetahui sejarahnya ada di Temple of Confusius.

Perjalanan ke Kota Qufu memang dikhususkan untuk mengenang Confusius. detikTravel bersama Dwidaya Tour tak hanya berkunjung ke balai mewah Confusius tapi juga kelentengnya.

Masih berada di Kota Qufu, Provinsi Shandong, China, Temple of Confusius menjadi destinasi terbaik di sini. Pemerintah memberikan grade AAAAA untuk kelenteng yang dibangun lebih dari 2000 tahun lalu ini.

Temple of Confusius memiliki luas 140.000 meter persegi. Kelenteng ini dicatatkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Menjadi salah satu dari 3 bangunan kuno terpenting China, Temple of Confusius menyimpan banyak cerita menarik.

Confusius lahir pada 28 September 551 sebelum masehi. Semasa hidupnya, Confusius menjadi pemikir dan pengajar. Ia begitu disegani oleh raja-raja karena pemikiran dan jasanya.

Untuk itu pada masa itu, banyak raja-raja yang datang ke kelenteng ini. Bahkan setelah Confusius tiada.

"Ada satu syarat yang mesti dipatuhi oleh semua orang, termasuk raja. Siapa pun yang masuk ke kelenteng ini harus berjalan kaki," ujar Dennis, pemandu dari China International Travel Servis.

Padahal, raja-raja selalu berada di dalam tandu. Tapi di kelenteng ini, semua orang memiliki derajat yang sama. Semua orang, termasuk raja harus berjalan kaki.

Kelenteng ini sendiri dibangun dengan keapikan yang luas biasa. Wisatawan akan dibuat kagum dengan pepohonan yang ada di sekitar kelenteng.

Belum lagi sungai yang mengalir di dalam area kelenteng. Kicauan burung tak hentinya bersahutan menemani wisatawan.

"Ada cerita menarik tentang burung-burung ini. Mereka hanya akan terdengar di dalam area kelenteng," kata Dennis, sembari berjalan.

Jarang Orang Tahu, Pulau Kecil Cantik di Tengah Laut Flores Timur

Masih banyak bentang alam Flores yang jarang orang tahu. Salah satunya Meko, si pulau kecil alias pasir timbul yang cantik di tengah laut Flores Timur.

Mungkin bila mendengar nama Kabupaten Flores Timur (Flotim) di Nusa Tenggara Timur, langsung terbesit di kepala yaitu perayaan Semana Santa di Larantuka. Namun, Flotim memiliki destinasi yang tak kalah indah mulai pemandangan sunset, hingga hamparan pasir timbul di tengah laut yang berada dekat Dusun Meko, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.

Warga setempat menamainya Pasir Timbul Meko. Dinamai pasir timbul, lantaran terdapat gundukan pasir di tengah laut seperti pulau kecil tak berpenghuni. Luasnya kurang lebih tidak sampai 1 kilometer persegi. Pasir putih yang sedikit berwarna pink ini kontras dengan warna laut yang biru kehijauan, seperti dalam informasi dari siaran pers Kementerian Pariwisata yang diterima detikTravel, Selasa (29/1/2019).

Pasir warna pink itu berasal dari karang yang hancur. Keindahan ini tampak sempurna dengan dipadu pulau-pulau berwarna hijau yang subur. Tak ada ombak di pantai pasir itu, hanya riak-riak kecil yang menyapu pasir putih yang lembut. Jika air laut pasang, pulau itu akan tenggelam.

Namun, Keindahan Pasir Timbul Meko harus dibayar dengan perjalananan yang cukup panjang. Dari Pelabuhan Pelni Larantuka di Kota Larantuka, traveler akan menyeberang ke pelabuhan Tubilota di Pulau Adonara. Traveler dapat menumpang kapal motor dengah harga Rp 5 ribu dengan waktu tempuh kira-kira hanya 10 menit.

Kemudian, melintasi Pulau Adonara. Sewa mobil jadi cara yang tepat menuju ke Meko. Lantaran minimnya transportasi umum dan jauhnya perjalanan menjadi alasan. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai di Dusun Meko.

Di dusun Meko dihuni oleh suku Bajo yang mata pencahariannya sebagai nelayan. Mereka hidup sehari-hari dari hasil tangkapan ikan. Dengan menggunakan sampan kecil, mereka menebar jaring untuk menangkap ikan.

Warga dusun di sana bisa mengantarkan traveler ke Pasir Timbul Meko. Kamu dapat menyewa perahu nelayan lokal dengan harga Rp 400 ribu PP. Dalam perjalanan menuju pulau itu, traveler akan disuguhi pemandangan yang tak kalah indah.

Traveler akan melintasi Laut Meko yang airnya sangat jernih. Sepanjang jalan siap-siap melihat terumbu karang warna warni. Lalu, jika kamu melihat ke belakang akan melihat Ile (Gunung) Boleng, di sisi kiri dan kanan ada Bukit Sandosi dan Lembata. Sementara di depan, ada gunung api.

Secara aksesibilitas, menuju Pasir Timbul Meko bisa melalui Kota Larantuka yang bisa dijangkau dengan dua penerbangan dari Kupang, pada Pagi hari menggunakan Trans Nusa dan Sore hari menggunakan Wings Air. Via Maumere dengan menempuh perjalanan darat 4 jam bisa menjadi alternatif perjalanan ke Larantuka.

Terkait Amenitas atau fasilitas pendukung pariwisata seperti hotel dan restoran yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para wisatawan juga sudah tumbuh berkembang. Di Kota Larantuka sudah tumbuh hotel-hotel bahkan homestay.