Rabu, 11 Maret 2020

Sungguhan Terjadi di Singapura, Malu Bertanya Sesat di Jalan

Kisah ini menjadi pelajaran penting bagi traveler. Seorang pemuda tersesat di Singapura selama 10 hari, akibat malu bertanya untuk jalan pulang. Duh!

Dilansir detikTravel dari beberapa media China dan Malaysia, Selasa (15/1/2019) Zhang Daming, pemuda berusia 18 tahun dari Malaysia pergi ke Singapura untuk mencari kerja. Dia bermalam di apartemen temannya dan semua baik-baik saja.

Tanggal 26 Desember 2018 adalah awal kisah malu bertanya sesat di jalan bagi Zhang. Pagi itu, dia meninggalkan apartemen temannya untuk mencari pekerjaan. Dia pun membawa uang pegangan sebesar SGD 50 atau setara Rp 520 ribu.

"Saya berjalan ke suatu kafe untuk makan siang, tetapi setelah itu saya tidak menemukan jalan pulang," kata Zhang.

Celakanya, Zhang juga tidak membawa ponsel dan paspor karena ditinggal di apartemen temannya. Tak hanya itu, dia pun meninggalkan uang sebesar SGD 495 atau setara Rp 5,1 juta di apartemen temannya.

Tambah celakanya lagi, Zhang malu untuk bertanya. Dia mencoba sendiri berjalan kaki untuk menemukan apartemen temannya, tapi yang ada malah tersesat.

"Saya sangat kebingungan. Semua apartemen kelihatannya sama," ujarnya.

Alhasil, Zhang makin tersesat. Saat malam tiba, dia tidur di taman sampai di luar gedung. Untuk ke toilet, dia menggunakan toilet yang ada di mal dan restoran. Dalam sehari dia bisa berjalan kaki hingga 12 jam!

Bukan cuma 1-2 hari, tapi Zhang tersesat hingga 10 hari. Zhang pun sempat mengemis, karena uangnya mulai habis.

Entah apa alasan Zhang yang malu bertanya, sehingga dia terus mencoba menemukan jalan pulang. Hingga akhirnya di hari ke-10, Zhang ditemukan di suatu taman oleh beberapa masyarakat yang melihatnya mirip seperti di daftar orang hilang.

Akhirnya Zhang kembali ke apartemen temannya dan tak lama kembali ke Malaysia. Dia mengaku, tidak akan kembali ke Singapura dalam waktu dekat.

Banyak masyarakat Singapura yang tak habis pikir, mengapa Zhang malu sekali untuk bertanya. Padahal jika bertanya, sudah tentu dibantu oleh orang-orang. Namun tak sedikit masyarakat Singapura yang menaruh curiga pada Zhang. Mereka menganggap, Zhang hanya datang ke Singapura untuk mengemis dan mengarang cerita tersesat.

Apapun itu, belajar dari kisah Zhang, jangan pernah malu untuk bertanya saat tersesat di jalan. Jika masih ragu bertanya mungkin bakal dibohongi atau lainnya, ada baiknya menemui petugas keamanan atau polisi supaya merasa aman.

Sekali lagi, malu bertanya sesat di jalan.

Beberapa Hari di Karimunjawa, Bisa Apa Saja?

Karimunjawa, cerita tentang keindahannya membuatku tergerak untuk mendatanginya. Setelah berkunjungpun, aku selalu ingin kembali. Tahun lalu, di awal bulan Juni, aku mengajak kakak, adik dan teman-temanku untuk mengisi liburan di pulau Karimunjawa, Jepara.
Semua berminat, pada tengah bulan Juli, aku, dua saudaraku dan tiga orang temanku akhirnya akan berwisata ke Karimunjawa dengan jasa pemandu wisata. Sebetulnya kami ingin berangkat dengan transportasi tercepat yaitu pesawat. Sempat aku mencoba menghubungi Susi Air dan pesawat lainnya yang diketahui memiliki rute penerbangan ke Karimunjawa, namun jadwalnya sangat jarang.

Akhirnya, aku bersama dua saudaraku dan seorang temanku berangkat dengan menggunakan kereta antar kota menuju Kota Semarang, sementara dua temanku yang lainnya lebih memilih menggunakan bus antar kota. Ya, begitulah mereka, jika berbicara tentang bus, mereka adalah ahlinya. Kami janjian bertemu pemandu wisata di pelabuhan Jepara. Tiket kapal Express sudah dipesan, setelah beristirahat sejenak dan sarapan mie instan kami pun menaiki kapal.

Perjalanan menggunakan kapal laut memakan waktu empat sampai lima jam. Selama perjalanan laut tersebut, ombak yang tak menentu dan semilir angin laut pelan-pelan mengoyak isi perut. Aku yang biasanya tidak mabuk laut mendadak sakit kepala dan mual, setelah minum obat akhirnya aku bisa tidur. Sesampainya di Karimunjawa, kami dijemput dengan mobil dan diantar ke rumah penginapan.

Setelah sampai di penginapan dan menaruh barang bawaan, kami langsung diajak jalan-jalan mengunjungi destinasi pertama, Bukit Love. Bukit Love rupanya adalah sebuah bukit menghadap pemandangan Karimunjawa dari atas yang dirancang untuk berfoto dan duduk-duduk. Selain itu, kita juga bisa membeli oleh-oleh di toko yang tersedia di bawah bukit. Lanjut dari Bukit Love, kami langsung diajak menunju Pantai Ujung Gelam untuk menikmati langit matahari terbenam. Dengan secangkir kopi panas, hari pertama di Karimunjawa ditutup pemandangan langit yang menjingga perlahan.

Selasa, 10 Maret 2020

Kawasan Glodok & Petak 9 Jadi Merah Jelang Imlek

 Imlek di awal Februari mendatang, namun kemeriahannya mulai terasa di kawasan Glodok dan Petak 9. Hiasan hingga pernak-pernik berwarna merah sudah bermunculan.

Tahun ini perayaan Hari Raya Imlek jatuh pada tanggal 5 Februari 2019 mendatang. Namun, kawasan Glodok yang didominasi oleh etnis Tionghoa sudah mulai bersiap untuk merayakan moment sekali dalam setahun tersebut. Hari Kamis ini, (17/1/2019) detikTravel pun datang ke sana untuk melihat kemeriahannya.

Dimulai dari kawasan Petak 9, Vihara Dharma Bakti di Jalan Kemanggisan III sudah mulai menghias diri dengan lampion berwarna merah. Di siang hari ini, aktivitas sejumlah umat yang bersembahyang juga tampak. Sambil memegang hio, masing-masing memanjatkan doa dan menancapkannya di altar silih berganti.

Di pekarangan vihara, sejumlah rakyat kecil juga tampak duduk di lantai sambil mengajak serta anaknya. Tak sedikit dari mereka yang menjemput rezeki dari para umat yang bersembahyang di vihara. Di mana puncaknya akan bertempat jelang dan saat momen imlek.

Berjalan sedikit melewati pasar menuju Kali Mati, tak sedikit pedagang yang menjajakan aneka printilan terkait imlek seperti lampion, kertas angpao hingga kaos dan pakaian bertema babi. Seperti diketahui, tahun ini merupakan giliran shio babi. Oleh sebab itu, hampir semua hiasan yang didominasi warna merah itu juga menyertakan ikon babi di dalamnya.

"Kaosnya, kaosnya. Rp 50 ribuan," ujar salah satu penjaja pakaian.

Melihat kemeriahan yang mengular di Petak 9, detikTravel pun membeli beberapa buah tangan. Jadilah sebuah kaos berwarna merah dengan gambar babi berpindah tangan. Angpao bergambar babi pun ikut dibawa pulang.

"Angpaonya kak, sepuluh ribuan isi 10. Ada juga yang sepaket," ujar salah satu penjual lain.

Sibuk mengamati pilihan dan hiasan Imlek, tiba-tiba ada seorang pria dengan kostum barongsai menghampiri dan menawarkan amplop untuk diisi uang. Tak usah kaget, kawasan Glodok memang dikenal akan barongsainya yang kerap menjemput rezeki dari satu toko ke toko lainnya.

"Mas, amplopnya, biar rezeki," ujar sang pria dengan kostum barongsai hitam di punggungnya

Apabila ingin mencari kue khas Imlek atau Nastar, traveler juga bisa mampir ke kawasan Petak 9. Di sana dapat dijumpai aneka permen, manisan buah hingga kue kerankang. Untuk kue keranjang harganya adalah Rp 40 ribu/Kg. Kue Mangkok isi lima sekitar Rp 22.500 dan Rp 50 ribu untuk manisan segi delapan.

Jika ingin merasakan euphoria jelang Imlek, traveler pun bisa mampir ke kawasan Petak 9 dan Glodok. Lihat dan rayakanlah keragaman Indonesia dalam budaya Tionghoa di Pecinan Jakarta.

Tradisi Kuda Menari dan Penunggang Cantik dari Polewali Mandar

Polewali Mandar di Sulawesi Barat punya sebuah tradisi menarik bernama Kuda Menari. Dalam tradisi ini, kuda akan ditunggangi oleh wanita cantik.

Tidak hanya terkenal dengan kekayaan wisata alamnya, Polewali Mandar juga dikenal dengan keragaman wisata tradisi. Salah satunya Kuda Menari.

Seperti yang digelar di Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, pada Rabu sore (16/01/19).

Ribuan warga berjejer di pinggir jalan untuk menyaksikan kemeriahan festival kuda menari khas Suku Mandar. Festival ini digelar secara rutin setiap tahun oleh warga di daerah ini.

Banyaknya warga yang antusias menyaksikan wisata tradisi ini, tak jarang menyebabkan kemacetan panjang arus lalu lintas.

Disebut kuda menari, karena setiap kuda terlatih yang ditunggangi dua wanita cantik berbusana adat daerah setempat, akan berjingkrak-jingkrak setiap kali mendapat instruksi dari sang pawang kuda layaknya sedang menari.

Tabuhan musik rebana menambah kemeriahan festival yang oleh warga setempat juga dikenal dengan istilah Sayyang Pattudu (Kuda Menari).

Saat melihat kuda yang ditunggangi dua wanita cantik berjingkrak tinggi, dijamin akan membuat penonton berdecak kagum. Bahkan setidaknya berteriak histeris lantaran takut wanita cantik yang menunggangi kuda akan terjatuh.