Kamis, 12 Maret 2020

Pantai Baru yang Tersembunyi di Gunungkidul

 Keindahan pantai di Gunungkidul memang sudah terbukti. Kini ada lagi yang baru, yaitu Pantai Porok yang asri dan tersembunyi.

Kabupaten Gunungkidul memiliki banyak Pantai yang masih asri dan tersembunyi, salah satunya adalah Pantai Porok. Bahkan, selain masih asri, pantai yang bersebelahan pas dengan Pantai Kukup ini sangat pas untuk dijadikan tempat camping.

Pantai ini terletak di Dusun Ngepung, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Pengunjung hanya perlu melakukan perjalanan darat dari Kota Yogyakarta menuju kawasan Pantai Kukup. Sesampainya di simpang tiga Pantai Kukup, pengunjung diharap mengambil jalur ke arah timur.

Setelah berjalan ke arah timur sekitar 50 meter, pengunjung akan mendapati sebuah warung di kanan jalan. Yang mana di samping warung itu terdapat sebuah jalan kecil ke arah selatan. Wisatawan pun diharap mengambil jalur tersebut hingga menemukan sebuah pertigaan kecil.

Pantauan detikTravel, rute di jalur tersebut terdiri dari bebatuan kapur bercampur tanah, dan dipadu kontur jalan yang naik turun. Karena itu, pengunjung disarankan mengendarai kendaraan roda dua non matic saat melintasinya.

Setelah sampai di simpang tiga tersebut, pengunjung dapat memarkirkan kendaraannya di simpang tersebut, atau mengendarainya hingga menemukan sebuah gubug milik warga setempat. Tapi ingat, jalur yang merupakan jalan masuk ke Pantai Porok itu hanya bisa dilintasi satu motor saja, mengingat jalur tersebut adalah jalur para pejalan kaki.

Perjalanan belum berakhir, setelah memarkirkan motor di gubug milik warga setempat, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 100 meter. Tapi tenang, sepanjang perjalanan pengunjung tak akan merasa lelah karena akan dimanjakan pemandangan berupa hamparan sawah. Selain itu, semilir angin dari arah Pantai membuat pengunjung semakin bersemangat sampai di Pantai Porok.

Sampai di Pantai Porok , pertama-tama pengunjung akan disuguhkan pemandangan berupa pepohonan disusul dengan pekarangan yang cocok digunakan untuk kemping. Berjalan lebih jauh ke arah selatan, pengunjung akan disambut suara deburan ombak dan pasir putih di Pantai Porok.

Pantai Porok sendiri diapit oleh dua bukit, dan di sekitar pantai tersebut terdapat berbagai macam tumbuhan yang membuat suasana menjadi asri, teduh dan nyaman bagi setiap pengunjung. Bahkan, karena belum banyak yang mengetahui Pantai Porok, membuat setiap pengunjung dapat merasakan sensasi pantai pribadi di sana.

Marno Tukino (60), warga Dusun Ngepung, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul mengatakan, bahwa Pantai Porok memang belum banyak diketahui masyarakat. Menurutnya hal itu karena akses jalan yang terbilang cukup sulit, mengingat lokasi Pantai Porok sendiri bisa dikatakan tersembunyi.

"Memang masih sepi pengunjung di sini (Pantai Porok), ya karena belum ada plakat petunjuk jalan juga. Tapi kalau ada plakatnya juga akses ke pantai masih sulit dan harus jalan kaki dari pertigaan kecil itu," katanya saat ditemui detikTravel di gubug miliknya, Dusun Ngepung, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Senin (14/1/2019).

Lanjut pria yang kesehariannya berprofesi sebagai petani ini, meski belum diketahui banyak orang, ada beberapa pengunjung yang datang ke Pantai Porok untuk berkemah. Menurut Marno, pengunjung tersebut biasanya adalah mahasiswa.

"Biasanya yang ke sini (Pantai Porok) itu untuk kemah, tapi ya nggak banyak juga dan hanya semalam. Mungkin karena belum ada warung dan kamar mandi di sini (Pantai Porok) jadinya hanya sebentar," ujarnya.

"Apalagi kendaraannya harus diparkir di gubug ini, kalau tidak ya parkir di pinggir jalan pertigaan sana dan situasinya sepi," imbuhnya.

Disinggung mengenai asal usul nama Pantai Porok, Marno tidak mengetahuinya secara pasti. Mengingat nama Porok sendiri sudah ada sejak ia masih kecil.

"Kurang tahu, yang jelas dari dulu namanya sudah Porok dan orang-orang menyebutnya Pantai Porok," ucapnya.

Mengenai tarif yang dikenakan terhadap pengunjung yang hendak ke Pantai Porok, Marno menyebutnya gratis. Hal itu dikarenakan belum ada pengelola yang fokus untuk mengembangkan Pantai Porok.

"Masih gratis kalau mau masuk ke sini, wong ya fasilitasnya belum ada mas. Tapi rencananya dari pemkab mau membuatkan jalan masuk ke Pantai dari sebelah barat," ujarnya.

"Tanahnya juga sudah dibebaskan tahun lalu (2018), ya semoga segera direalisasikan tahun ini biar pantainya ramai dan warga bisa dapat pemasukan tambahan dari pengelolaan Pantai (Porok), imbuhnya.

Baihuangzhou, Kota Tua China yang Modern

Provinsi Shandong di China punya banyak kota tua yang eksotis. Sebut saja Baihuangzhou, sebuah kawasan kota tua dengan sentuhan klasik yang modern.

Kota Jinan di Provinsi Shandong, China menyimpan banyak destinasi menarik. detikTravel bersama Dwidaya Tour pun mengulik sudut-sudut instagramable di kota ini.

Kalau kemarin sudah mengeksplore Daming Lake, wisatawan tak perlu pusing untuk melanjutkan destinasi selanjutnya. Tepat di depan Daming Lake terdapat sebuah kawasan kota tua bernama Baihuangzhou.

Kawasan Baihuangzhou hanya 5 langkah di depan Danau Daming. Kamu tak akan menyangka kalau Baihuangzhou adalah kawasan rekreasi favorit penduduk lokal di Jinan.

Baihuangzhou menjadi tempat publik yang terbuka dan gratis untuk semua orang. Tak ada pintu masuk atau keluar, kawasan ini mirip dengan Kota Tua Jakarta.

Bedanya, Kawasan Kota Tua Jakarta berisi bangunan Eropa, Baihuangzhou punya bangunan-bangunan bernuansa China klasik. Hal ini terlihat dari penataan bangunan dan jalan yang dibangun dari batu.

Penanda kota tua ini hanyalah batu-batu penghalang yang diletakkan di pinggir kawasan. Sehingga tak ada kendaraan yang bisa masuk ke sini. Bahkan sepeda pun tak bisa.

Bangunan-bangunan di Baihuangzhou sebenarnya tak semuanya asli. Banyak dari rumah-rumah Baihuangzhou yang dibangun ulang. Namun tetap dibuat menyerupai rumah China pada jaman dahulu.

"Kebanyakan sudah rebuilt, tapi tetap dibuat mirip dengan rumah zaman dulu," ujar Dennis, pemandu dari China International Travel Service (CITS).

Kawasan ini dibuat seperti komplek perumahan. Rumah-rumahnya dibangun berderet dengan rapih. Kebanyakan rumah-rumah ini membuka pintunya sebagai museum pribadi.

Wisatawan bisa masuk ke museum ini dengan biaya yang ditentukan oleh pemilik rumah. Kalau bicara koleksinya biasanya adalah benda-benda leluhur milik keluarga.

Selain rumah-rumah bergaya klasik, ada juga kedai-kedai teh yang bisa traveler kunjungi. Yang dijual tentu saja teh dengan resep racikan keluarga jaman dulu.

Lewat kota tua ini, wisatawan juga diajak untuk mengenal kehidupan masyarakat China dulu kala. Seperti adanya kolam di depan rumah.

"Kolam di depan rumah menjadi ciri khas dari kehidupan masyarakat China zaman dulu," ungkap Dennis.

Kolam ini berada persis di depan rumah. Sehingga rumah di kawasan ini dibangun mengelilingi dan menghadap ke kolam. Kolamnya diisi dengan ikan koi atau mas yang menjadi lambang keberuntungan.

Taman-taman kecil di sisi rumah menjadi pemanis yang pas bagi kawasan Baihuangzhou. Wisatawan diajak untuk kembali bernostalgia dengan suasana China klasik tapi dengan sentuhan yang sedikit modern.

Kebanyakan wisatawan datang untuk sekedar berkeliling, berfoto, duduk di pinggir kolam atau memberi makan ikan. Waktu serasa terhenti, yang ada hanyalah angin semilir, guguran daun dedalu dan nuansa oriental yang kental.

Yang tidak boleh dilakukan di Baihuangzhou adalah buang sampah sembarangan. Ada petugas keamanan yang berlalu-lalang untupi ak menjaga ketertiban di Baihuangzhou. Kebanyakan dari mereka tak bisa menggunakan bahasa Inggris. Tapi petugasnya ramah dan akan dengan senang hati melempar senyum kepada wisatawan.

Fasilitas seperti toilet umum juga disediakan di sini. Walau tidak besar, namun kawasan Baihuangzhou jadi destinasi populer bagi warga lokal. Jadi, selamat berjalan-jalan di Kota Tua Baihuangzhou yang super cantik!