Minggu, 15 Maret 2020

Menaklukan Hallasan, Puncak Tertinggi di Korea Selatan

Mendaki ke puncak Gunung Hallasan bisa jadi salah satu pengalaman tak terlupakan selama berwisata di Pulau Jeju, Korea Selatan. Mesti dicoba!

Terletak tepat di tengah Pulau Jeju, gunung berapi Halla (Hallasan) merupakan salah satu ikon wisata di Pulau Jeju. Sebagai gunung tertinggi yang ada di Korea Selatan, Hallasan menjadi spot mendaki favorit bagi banyak warga lokal maupun wisatawan asing.

Ada 6 jalur yang tersedia untuk mendaki Hallasan, antara lain: jalur Seongpanak, jalur Gwaneumsa, jalur Eorimok, jalur Yeongsil, jalur Eoseungsaengak dan jalur Donnaeko. Kalau Anda ingin mendaki sampai ke puncak, Anda sebaiknya memilih jalur Seongpanak atau jalur Gwaneumsa karena hanya 2 jalur ini yang akan membawa Anda sampai ke puncak gunung.

Saat mendaki Hallasan awal Oktober 2018 lalu, saya memilih jalur Seongpanak karena jalur ini merupakan jalur yang paling banyak dipilih oleh pendaki. Jarak tempuh untuk tiba di puncak gunung melalui jalur Seongpanak kurang lebih sejauh 9,6 km. Walau jarak tempuhnya lebih panjang dari jalur Gwaneumsa (8,7 km), medan pendakian di jalur Seongpanak lebih mudah ditempuh dibandingkan jalur Gwaneumsa. Tingkat kesulitan jalur pendakian Seongpanak dibagi menjadi tiga bagian: mudah (5,8 km pertama), sedang (1,5 km berikutnya) dan sulit (2,3 km terakhir).

Sejauh 5,8 km pertama dari pintu masuk, Anda akan mendapati jalur pendakian yang terbilang datar dan cukup mudah untuk dilalui. Setelah mendaki sejauh 4,1 km, Anda akan mencapai Sokbat Shelter yang merupakan pos peristirahatan pertama bagi pendaki. Pos ini menyediakan toilet yang dapat digunakan oleh pendaki secara gratis. Di sana juga tersedia bangku tempat duduk, namun jumlahnya terbatas.

Sejauh 1,3 km dari Sokbat Shelter, Anda akan memasuki medan dengan tingkat kesulitan sedang dimana jalur pendakian mulai menanjak. Selain itu, pada tingkat ini, jalur pendakian menjadi lebih sulit karena Anda harus mendaki medan bebatuan. Akan tetapi, Anda tidak perlu khawatir karena setelah mendaki sejauh 3,2 km dari pos peristirahatan pertama, Anda akan disambut oleh Jindallaebat Shelter atau pos peristirahatan kedua. Pos ini lebih besar dari pos peristirahatan pertama. Anda bisa leluasa duduk maupun rebahan karena pos ini dibangun dengan alas kayu yang membuat mendaki lebih leluasa untuk duduk atau beristirahat di bawah jika tidak kebagian bangku tempat duduk. Sangat disarankan untuk memanfaatkan waktu beristirahat di pos ini sebaik mungkin karena selepas dari Jindallaebat Shelter, Anda akan memasuki jalur paling sulit selama pendakian ini.

Memasuki jalur yang dikategorikan sebagai sulit, Anda akan merasakan medan bebatuan yang semakin menanjak dan menyempit. Anda mungkin harus berhenti dan minggir sejenak jika berpapasan dengan pendaki yang menuruni gunung. Kabar baiknya, ketika sudah mendekati puncak gunung, Anda akan melihat tangga kayu dibangun sepanjang sisa jalur pendakian. Jalur kayu inilah yang akan Anda lalui sampai mencapai ke puncak gunung.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam, Anda akan tiba di puncak Hallasan. Perjuangan mendaki selama berjam-jam akan terbayar saat melihat pemandangan yang luar biasa indah di puncak tertinggi Korea Selatan ini. Anda bisa melihat kawah Baekrokdam berada di puncak Hallasan. Jangan lupa untuk berfoto dengan latar belakang kawah Baengnokdam yang cantik ini ya. Selain kawah Baekrokdam, Anda juga bisa menikmati pemandangan Pulau Jeju dari atas gunung.

Melihat Avatar di Dunia Nyata

Film Avatar karya James Cameron begitu berkesan karena menampilkan dunia yang ajaib. Namun suasana macam itu ada di dunia nyata, tepatnya di China.

Di balik ide brilian James Cameron menciptakan dunia Avatar, ada Yuanjiajie Mountain di Provinsi Hunan, China yang disebut-sebut sebagai inspirasi dari dunia Avatar di dalam film.

Dalam Taman Nasional Zhangjiajie yang resmi diakui sebagai UNESCO World Heritage Site ini, terdapat Yuanjiajie Mountain yang di dalamnya terdapat pilar-pilar batu tinggi menjulang, mirip dengan gunung-gunung terbang di film Avatar.

Kemiripan kumpulan pilar-pilar batu di Yuanjiajie Mountain dengan dunia Avatar terlihat semakin sempurna ketika dasarnya ditutup kabut. Sekilas pilar-pilar batu tersebut tampak terbang melayang. Hal itu mengingatkan saya ketika Neytiri terbang bersama Jake menunggangi burung raksasa yang berputar-putar mengelilingi gunung-gunung Avatar yang melayang di angkasa. Sayangnya imajinasi itu hanya ada di dunia film.

Taman Nasional Zhangjiajie sesungguhnya sudah diakui oleh pemerintah China sebagai taman nasional sejak tahun 1982. Tapi namanya justru kalah tersohor dengan Shanghai dan Beijing yang selalu jadi incaran turis yang datang ke negeri Tiongkok. Beruntung berkat film Avatar, kini sudah banyak paket perjalanan wisata dari beberapa agen tur di Indonesia yang menawarkan paket wisata Zhangjiajie. Beruntung pula saya, karena salah satu agen perjalanan mengajak saya untuk menjelajah dunia Avatar di dunia nyata.

Perjalanan menuju Yuanjiajie Mountain tidak serta merta saya lalui begitu saja. Justru saya terlebih dahulu dibuat berdecak kagum dengan menaiki lift outdoor kaca setinggi 330 meter di sisi tebing. Lift kaca ini akan membawa penumpangnya menuju titik teratas tebing hanya dalam waktu kurang lebih 2 menit. Demi keamanan, lift ini tidak bisa diisi terlalu banyak orang, hingga menyebabkan antrean yang harus saya lewati cukup panjang.

Sensasi saat menaiki lift serasa terbang, karena dalam waktu sekejap saja saya sudah sampai di puncak tebing dan siap untuk menuju kawasan Yuanjiajie Mountain. Dari lokasi lift, perjalanan masih cukup panjang menuju Yuanjiajie Mountain. Saya melalui jalan yang diapit oleh pepohonan, mirip seperti sebuah taman kota. Cuaca yang sejuk usai hujan gerimis, menemani saya yang berjalan kaki cukup jauh. Sampai di bagian ujung jalan, banyak tersedia kios-kios penjual makanan. Ini menjadi pemberhentian sebelum menaiki bus yang akan membawa ke dekat pintu masuk Yuanjiajie Mountain atau Avatar Mountain.

Di pintu masuk, saya meilhat banyak sekali manusia berjejajal untuk masuk dan keluar. Rupanya, hanya disediakan jalan kecil persis di pinggir tebing untuk melihat keindahan Avatar Mountain dari atas. Saya terpana dengan betapa uniknya kumpulan pilar-pilar batu yang seperti mencuat dari dalam tanah. Bagian bawahnya tidak terlihat karena ditutupi pepohonan yang sangat padat hingga menyerupai karpet. Sayangnya karena saya datang saat siang hari, sama sekali tidak ada kabut di bagian bawah, jadi tidak tampak kesan pilar-pilar batu melayang seperti yang ada di film Avatar. Tapi menyaksikan fenomena alam yang hanya ada satu di dunia ini saja sudah membuat saya terpesona bahwa ada dunia Avatar di dunia nyata tempat saya berdiri.