Selasa, 17 Maret 2020

Ada Kerangka Tyrannosaurus Rex di Bandung!

Liburan sambil belajar, kenapa tidak. Di Museum Geologi Bandung, traveler bisa menambah ilmu tentang batuan, sumber daya mineral, maupun fosil dinosaurus.

Berwisata ke kota Bandung, tidak hanya identik dengan wisata kuliner yang lezat, belanja pakaian di factory outlet atau berkunjung ke kawasan wisata. Sambil berwisata, traveler bisa sambil belajar mengenai aneka batuan serta material tambang dan aneka fosil sejak zaman purbakala di Museum Geologi Bandung.

Gedung Museum Geologi dibangun pada tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. Bangunan dengan gaya arsitektur Art Deco ini adalah hasil karya dari arsitek  Ir Menalda van Schouwenburg. Museum Geologi sempat ditutup selama satu tahun pada tahun 1999 untuk renovasi dan dibuka kembali pada tahun 2000.

Saat pertama kali memasuki areal dalam museum, seakan membawa pengunjung berada di setting lokasi film Night at The Museum, sebab kita akan disambut dengan fosil gajah zaman purba.

Sementara Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruangan yang meliputi ruang Geologi Indonesia, Sumber Daya Mineral/Sumber Daya Energi, Manfaat dan Bencana Geologi, serta Sejarah Kehidupan.

Di Museum Geologi, traveler bisa melihat langsung aneka logam dan material asli yang mungkin selama ini hanya dikenal melalui buku pelajaran, ataupun sudah dalam bentuk olahan industri.

Pada lantai satu tepatnya di bagian Geologi, kita bisa mengenal beraneka macam batuan, baik yang berasal dari dalam bumi, maupun bebatuan antariksa seperti meteorit maupun bebatuan alam yang terbentuk akibat benturan meteorit atau disebut juga tektite.

Selain itu masih banyak berbagai macam bebatuan alam seperti Gamping, Granit, Kars, Stalaktit, Stalagmit dan bahkan terumbu karang  dengan bentuk yang indah.

Dengan penataan yang apik, ditunjang dengan penggunaan teknologi modern dalam penyampaian informasi koleksi museum, serta pendingin udara yang sejuk dan nyaman, sungguh membuat betah untuk berada di museum ini, sambil menambah pengetahuan kita.

Di lantai dua, traveler bisa menjumpai beraneka sumber daya alam dan sumber daya energi, seperti Timah, Nikel, Batubara dan masih banyak lagi. Disamping itu pengunjung juga diberikan penjelasan detil serta ilustrasi terbentuknya minyak dan gas bumi. Bahkan di museum ini juga terdapat replika miniatur pengeboran lepas pantai.

Masih di lantai dua, terdapat ruang bertema Manfaat dan Bencana Geologi, yang berisikan benda-benda sisa musibah letusan Gunung Merapi. Selain itu terdapat simulator gempa, yang bisa dicoba oleh pengunjung.

Di samping itu, ada juga beraneka logam mulia seperti emas maupun perak serta batuan mulia seperti safir dan giok yang masih dalam bentuk aslinya, maupun yang sudah diolah menjadi perhiasan yang indah dan mempesona.

Selain bebatuan dan mineral, di Museum Geologi terdapat beraneka macam fosil maupun kerangka hewan dan manusia sejak zaman purbakala. Bahkan di museum ini, traveler bisa menemukan kerangka Tyrannosaurus Rex.

Berlayar di Labuan Bajo, Siapa Takut! (2)

Melihat langsung Komodo di Taman Nasional Komodo

Penasaran sama Komodo? Sama, saya juga! Biasanya saya lihat komodo dari TV atau majalah tapi kali ini saya bisa lihat komodo live. Wow asyik banget ya. Selain saya dapat banyak informasi mengenai hewan yang dilindungi pemerintah ini, kami juga bisa berfoto bareng. Sempat takut bertemu dengan hewan ini karena pada saat itu saya sedang sakit bulanan. Untuk para wanita, nggak usah takut. Buat para wanita yang sedang bulanan, tetap bisa berfoto bareng Komodo hanya jaraknya jangan terlalu dekat supaya Komodo tidak mencium bau tersebut. Setelah itu, kami trekking menyusuri habitat komodo dan berakhir di Bukit Cinta untuk melihat lanskap terbaik Pulau Rinca. By the way, sunset di sini cakep banget!

Ada Apa dengan Pulau Padar? Kebanyakan orang pasti mau banget datang ke tempat ini. Kenapa sih tempat ini begitu diingini banyak orang? Bagaimana tidak? Pulau Padar ini super awesome epic. Selain bentuknya yang luar biasa. Kita sudah seperti dibawa ke era film Jurassic Park. Trekking di sini tidak sesulit di Pulau Kelor karena sudah disediakan jalan yang lebih teratur. Kalau sudah sampai di atas puncak, saya bisa jamin pasti nggak mau pulang. Saya sangat suka pantai dan gunung. Ketika saya mendapatkan kedua hal itu bersamaan maka bagi saya itu sempurna.

Berkunjung ke Pantai Impian, Pink Beach

Mayoritas para wanita suka dengan warna pink. Sebenarnya saya tidak begitu percaya betul bahwa pasir di Pink Beach sampai akhirnya saya datang kesana dan menyentuh pasirnya. Ternyata benar-benar berwarna pink. Pasir pink Beach berwarna karena pecahan dari terumbu karang. Kami sangat menikmati keindahan pantai ini. Buat yang nggak bisa berenang seperti saya kalau bisa jangan bermain terlalu dalam ya. Ini adalah pantai terbaik yang pernah kami kunjungi. Sampai - sampai ketika bapak kapal meminta kami untuk kembali ke kapal, kami merasa tidak rela. Rasanya dua jam tidak cukup untuk bermain-main di sini.

Dari pantai menuju pantai. Nggak bosen? Enggak donk! Seperti Pulau Gusung, bentuknya seperti bulan sabit. Pulau kecil ini ada di tengah-tengah laut. Warna air laut dari pantai ini pun sangat cantik. Gradasi warna biru toska dan biru tua.saya jamin kamu akan terbius dengan keindahan warna laut pantai ini. Setelah mengambil beberapa gambar dari kamera dan menerbangkan drone untuk mendapatkan bentuk penuh dari pantai ini, saya pun duduk di tepi pantai. Pikiran dan hati rasanya tenang banget. Benar-benar refreshing yang luar biasa.

Hal yang paling saya suka dari liburan kali ini adalah selalu ada hal baru yang saya bisa lakukan. Salah satunya berenang dengan Manta. Kalau dulu saya pernah berenang dengan hiu-hiu kecil, sekarang saya mencoba berenang dengan Manta. Berkat bantuan life jacket dan sepatu katak saya jadi bisa berenang. Asyik kan? Bukan hanya itu saja, tentu saja terumbu karang di sini nggak main - main cantiknya. Rugi banget deh kalau nggak snorkeling disini. Labuan Bajo memang istimewa banget!

Kami sempat sedih dan kecewa mendengar bahwa kami tidak bisa mengunjungi Gili Lawa dikarenakan Gili Lawa ditutup akibat kebakaran. Tetapi kesedihan kami tergantikan dengan Pulau Kanawa. Pemandangan di sini indah banget. Ada banyak cottage yang bisa disewa kalau ingin menginap di sini. Kami memang tidak menginap di sini, tapi snorkeling di sini ini yang terbaik. Sorenya, kami pun bergegas menuju bagian belakang bungalow untuk naik ke atas bukit kecil. Tampak beberapa orang bule sudah berada di atas. Kami pun perlahan-lahan mulai mengatur nafas agar bisa sampai di atas. Sampai di puncak, kami merasa begitu kecil. Lautan biru terbentang sangat luas dan semakin sempurna ketika kami melihat sunset terakhir sebelum besok kami kembali ke tempat asal kami masing-masing.

Ada pengalaman yang menegangkan nggak selama di Labuan Bajo? Ada! Hari kedua pada waktu kami ada di atas kapal, kami merasa arus ombak lebih besar dari sebelumnya. Sampai-sampai untuk berjalan di kapal saja kami cukup bergoyang - goyang. Untungnya pada waktu itu sudah malam hari, jadi kami pun bersiap-siap untuk tidur. Esoknya kami mendapat info bahwa wilayah pelabuhan tempat kami memulai perjalanan kami tersebut ternyata terkena gempa yang cukup besar. Untungnya tidak ada korban nyawa di sana dan bersyukur banget kami sudah tidak ada di sana jadi kami tidak merasakan kejadian tersebut. Benar-benar liburan yang luar biasa. Ingin kembali ke Labuan Bajo? Tentu saja. Kalau kamu?