Berbagai negara menerapkan cara beragam dalam menangkal penyebaran virus Corona. Dari menerapkan aturan ketat, unik, bahkan nyeleneh.
Pandemi Corona telah memaksa setiap negara segera ambil kebijakan untuk mencegah penularan virus tersebut. Italia, misalnya, telah melakukan lockdown (penguncian wilayah) total. Begitu pula India, hingga muncul kerusuhan dan kelaparan.
Sementara itu, negara lain seperti Korea Selatan menerapkan kebijakan tes massal bagi warganya. Adapun Vietnam yang berbatasan langsung China sejak dini menutup batas wilayah dan memantau secara serius warganya.
Hingga saat ini, tak ada aturan yang berlaku sama antara satu negara dengan negara lainnya. Hal ini lantaran setiap negara punya urgensi dan budaya yang berbeda satu sama lain.
Di antara perbedaan kebijakan yang diterapkan itu, sejumlah negara ternyata juga menggunakan cara-cara tak biasa agar warga mereka menyadari betapa berbahayanya virus Corona yang menyerang pernapasan itu.
Dihimpun dari berbagai sumber, Rabu (1/4/2020) inilah sejumlah aturan berbagai negara melawan Corona:
1. Panama
Negara yang terletak di Amerika Tengah ini mulai menerapkan karantina bagi warganya usai ditemukan 1.000 kasus Corona. Karantina itu dilakukan dengan memisahkan orang-orang berdasarkan gendernya.
Mulai Rabu (31/3), laki-laki dan perempuan hanya boleh keluar rumah dalam tempo dua jam setiap harinya. Selain itu, mereka dilarang untuk keluar rumah setiap hari Minggu.
"Karantina mutlak ini dilakukan tidak lebih untuk menyelamatkan hidup Anda," kata Menteri Keamanan Panama, Juan Pino.
2. Kolombia
Di Kolombia, beberapa kota memperbolehkan setiap orang keluar rumah berdasarkan angka terakhir dari kartu identitas mereka.
Misalnya di Barrancabermeja, orang dengan nomor akhir identitasnya 0, 7, dan 4 diperbolehkan keluar rumah setiap Senin. Adapun untuk pemilik nomor 1, 8, dan 5 dapat bepergian pada hari Selasa.
3. Serbia
Pemerintah Serbia tak cuma mengatur perjalanan warganya, tetapi mereka juga ikutan mengatur anjing-anjing di sana. Pemerintah memberlakukan aturan mengenai jam berjalan anjing, yaitu mulai pukul 20.00-21.00. Tetapi aturan itu kini telah dihapus usai mendapatkan protes dari pemilik anjing.
Seorang dokter hewan mengatakan, melewatkan waktu jalan-jalan sore bagi anjing dapat memperburuk kondisi anjing yang bermasalah dengan saluran kencing.
"Itu akan memperburuk kondisi kesehatan di rumah-rumah penduduk," kata dokter hewan.
4. Belarusia
Negara yang satu ini tampaknya tak takut pada Corona. Presiden Belarus, Alexander Lukashenko bahkan mengatakan di saluran TV bahwa masyarakat tak perlu khawatir karena Corona itu tak terlihat oleh mata.
"Tidak ada virus di sini," kata Lukashenko.
"Kamu tidak melihat mereka (virus) beterbangan bukan? Saya juga tak melihatnya! Ini adalah pendingin. Olahraga, terutama es, pendingin di sini, itulah obat antivirus terbaik!," katanya saat diwawancarai di arena pertandingan hoki es.
Lukashenko juga mengatakan virus Corona bisa diatasi dengan minum vodka dan pergi ke sauna. Hal-hal yang ia sebutkan adalah saran yang ganjil dan tak sesuai dengan imbauan tenaga medis profesional.
5. Swedia
Berbeda dengan Belarusia, Swedia meredam penyebaran virus Corona dengan menerapkan lockdown yang aturannya tak seketat negara lain. Padahal, di Swedia telah ditemukan 4.500 kasus.
Swedia melarang pertemuan yang dihadiri lebih dari 50 orang pada hari Minggu. Tapi, Swedia tetap mengizinkan anak-anak di bawah usia 16 tahun untuk tetap bersekolah.
Selain itu, bar dan restoran juga tetap buka dengan membiarkan orang-orang tetap bisa bersosialisasi seperti biasanya.
6. Malaysia
Keputusan lockdown di Malaysia diwarnai protes masyarakat di media sosial. Bukan karena penguncian wilayahnya, namun justru tentang cara Kementerian Pengembangan Wanita, Keluarga dan Masyarakat (KPWKM) Malaysia mengampanyekan di rumah saja.
Mereka mengunggah poster yang menyuruh setiap istri untuk berdandan, menggunakan riasan wajah (makeup), dan menghindari mengomel pada suami mereka selama masa lockdown di negara tersebut.
Melihat kritik dari masyarakat, postingan tersebut telah dihapus. Sementara itu, masyarakat meminta pihak kementerian itu untuk meminta maaf.