Kamis, 02 April 2020

Virus Corona Datang, Langit India pun Biru

India melakukan lockdown (penguncian wilayah) sejak 24 Maret untuk mencegah penyebaran virus Corona. Tapi, rupanya ada dampak lain yang cukup signifikan, polusi udara di negara itu menurun.
Perdana Menteri India Narendra Modi menerapkan kebijakan lockdown ketat untuk menangani pandemi virus Corona COVID-19 selama 21 hari. Yakni, dengan mengunci 80 kota distrik dan menghentikan semua bisnis selain makanan, farmasi, serta layanan komunikasi dan finansial.

Belum sepekan diterapkan, kebijakan lockdown itu memantik kerusuhan. Muncul kelaparan, bahkan kematian saat warga India pulang kampung karena tak lagi memiliki penghasilan.

Tapi, ada sisi positif akibat lockdown India itu. Berhentinya denyut kehidupan negara berpenduduk 1,3 miliar itu membuat polusi udara yang sudah parah mendapatkan penawarnya. Ya, selama lockdown itu penduduk diwajibkan tinggal di rumah. Selain itu, pabrik, pasar, toko, dan tempat ibadah ditutup, kemudian sebagian besar transportasi umum ditangguhkan. Begitu pula dengan pekerjaan konstruksi dihentikan.

Saat ini, data menunjukkan bahwa partikel mikroskopik berbahaya, yang disebut PM 2.5, dan nitrogen dioksida, di kota-kota utama di India turun drastis. Bahan itu dihasilkan oleh kendaraan dan pembangkit listrik.

Virus Corona Datang, Langit India pun BiruFoto: Reuters
Partikel mikroskopik PM 2.5, yang berdiameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer, dianggap sangat berbahaya karena dapat masuk ke dalam paru-paru dan masuk ke organ lain melalui aliran darah.

Langit di India pun menjadi biru. Sebelum lockdown diterapkan, India memiliki 21 dari 30 kota paling tercemar di dunia. Itu berdasarkan Laporan Kualitas Udara Dunia 2019 AirVisual.

Di ibu kota negara, New Delhi, data pemerintah menunjukkan rata-rata konsentrasi PM 2,5 turun 71 persen dalam waktu sepekan. Dari 91 mikrogram per meter kubik pada 20 Maret, menjadi 26 mikrogram pada 27 Maret. Angka itu belum aman sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menganggap batasnya harus di bawah 25.

Sementara itu berdasarkan data Dewan Kontrol Polusi Pusat (CPCB), bagian dari Kementerian Lingkungan Hidup India, dikumpulkan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), nitrogendioksida (NO2) turun dari 52 per meter kubik menjadi 15 pada periode yang sama. Itu menunjukkan penurunan hingga 71 persen.

Kota lain, Mumbai, Chennai, Kolkata, dan Bangalore juga mencatatkan penurunan polusi udara.

"Saya belum pernah melihat langit biru di Delhi selama 10 tahun terakhir," kata Jyoti Pande Lavakare, salah satu pendiri organisasi lingkungan India, Care for Air, dan penulis buku "Breathing Here is Injurious To Your Health."

"Ini adalah hikmah dari krisis yang mengerikan ini sehingga kita bisa melangkah keluar dan bernafas," dia menambahkan.

Sejauh ini, di India muncul 1.637 kasus dengan 45 meninggal dunia dan sembuh 148.

Sisi Lain Corona di AS, Penerbangannya Kini Penuh Petugas Medis

Foto ini memberi pesan manis di saat dunia di landa pandemi Corona. Mereka adalah petugas medis yang akan menuju medan perang.
Seperti diberitakan CNN, petugas medis itu berasak dari Atlanta dan sedang dalam penerbangan ke New York. Big Apple jadi kota dengan infeksi virus Corona atau COVID-19 terparah di Amerika Serikat.

Sedang berjuang melawan penyebaran Corona, puluhan petugas medis didatangkan. Mereka menjawab permintaan bantuan dari kota itu.

Sekitar 30 petugas medis naik penerbangan Southwest Airlines menuju ke Bandara LaGuardia di Minggu lalu. Dalam penerbangan itu juga ada penumpang biasa, kata juru bicara maskapai.

Meski keadaan sedang sulit mereka menghibur dan menyemangati diri dengan caranya sendiri. Di atas pesawat, awak kabin hingga petugas medis mengangkat tangan mereka dan membentuk hati atau cinta.

"Banyak dari kita terus merasakan efek dari pandemi COVID-19. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, seperti para profesional medis kami ini," tulis Southwest Airlines di Instagram.

"Prajurit dengan jiwa pemberani ini berada di tengah-tengah risiko dan paparan yang tinggi. Mereka lebih mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi dan berkorban tanpa pamrih. Pujian dan rasa terima kasih pun tak akan cukup," sanjung maskapai.

New York jadi wilayah paling terpukul oleh Corona. Sudah ada 1.218 orang meninggal akibat virus itu hingga Senin sore.

Gubernur Andrew Cuomo pun berseru agar semua pihak bahu membahu saling menolong. Oleh karenanya, begitu banyak petugas medis didatangkan ke sana.

"Menurut kru kami, ada 29 petugas kesehatan terlihat bersemangat dan ingin mengambil bagian mereka di saat yang ada yang membutuhkan," kata juru bicara Southwest Airlines Derek K. Hubbard.

"Kru kami mengucapkan terima kasih atas pelayanan dan pengorbanan mereka dan berharap mereka baik-baik saja dalam perjalanan mereka ke depan," imbuh dia.

Beda Negara Beda Cara Tangkal Corona: Lockdown, Pisahkan Gender, Juga Pocong (2)

7. Turkmenistan

Turkemistan menganggap virus Corona seperti Voldemort dalam film Harry Potter. Warga dilarang menyebut kata virus Corona (coronavirus).

Pemerintah setempat telah menghapus kata tersebut dari brosur informasi kesehatannya. Wartawan dari Radio Azatylk bahkan mengatakan orang yang kedapatan membicarakan mengenai virus ini atau memakai masker di tempat umum akan ditangkap.

Otoritas Turkmenistan mengatakan, tidak ada kasus Corona di negara tersebut meskipun negara ini berbatasan dengan Iran yang sudah terpukul karena Corona.

8. Austria

Austria mewajibkan seluruh warganya memakai masker jika berbelanja di supermarket. Kebijakan ini diambil kendati WHO mengatakan bahwa orang yang sehat tak perlu mengenakan masker.

Aturan baru ini diluncurkan oleh Kanselir Austria, Sebastian Kurz dan mulai berlaku Rabu (1/4). Pemerintah juga telah menyediakan jutaan masker untuk warganya.

Meskipun memakai masker adalah hal yang biasa dilakukan orang Asia, kebiasaan ini berbeda bagi orang Eropa. Namun demi mencegah penularan Corona, Austria bersama negara Eropa lainnya yaitu Republik Ceko, Slovakia, Bosnia dan Herzegovina mewajibkan warganya mengenakan masker.

9. Indonesia
Salah satu desa di Purworejo, Jawa Tengah punya cara unik untuk mencegah penyebaran Corona. Dusun Tuk Songo mengerahkan 'pocong' untuk mengawasi warga yang masih berkeliaran keluar dan masuk wilayah desa tersebut.
Desa tersebut telah melakukan isolasi mandiri sampai waktu yang belum ditentukan. Warga berdandan seperti pocong, lengkap dengan kain kafan dan tali yang dililitkan di badan.

"Ini kita gotong-royong melawan Corona dari tingkat bawah dengan swadaya di lingkungan masing-masing dengan cara mengisolasi diri," kata tokoh masyarakat setempat, Angko Setiyarso Widodo.

Kreativitas warga Tuk Songo ini pun sampai disorot media Korea Selatan. Salah satu media menyebut,"alasan pocong berkeliaran untuk melindungi desa adalah karena orang-orang lebih takut pocong daripada Corona."

Sejumlah netizen Korsel juga memberikan komentar, "lucu banget"; "setan Indonesia menggemaskan, ya."; "cara yang unik juga terlihat sangat keren, bagus banget."

10. India

Polisi India punya cara kreatif mengingatkan warga yang masih berkeliaran saat lockdown. Seorang inspektur polisi bernama Rajesh Babu mengenakan helm berbentuk virus Corona.

Helm ini bahkan sengaja didesain langsung oleh organisasi seni yang berbasis di Chennai. Ia terpaksa mengenakan helm tersebut sebab masih banyak warga India yang tidak menganggap serius virus ini. Dengan helm ini, diharapkan warga dapat melihat virus itu seolah-olah mendekati mereka dan mereka pun menjadi lebih berhati-hati.

4. Belarusia
Negara yang satu ini tampaknya tak takut pada Corona. Presiden Belarus, Alexander Lukashenko bahkan mengatakan di saluran TV bahwa masyarakat tak perlu khawatir karena Corona itu tak terlihat oleh mata.

"Tidak ada virus di sini," kata Lukashenko.

"Kamu tidak melihat mereka (virus) beterbangan bukan? Saya juga tak melihatnya! Ini adalah pendingin. Olahraga, terutama es, pendingin di sini, itulah obat antivirus terbaik!," katanya saat diwawancarai di arena pertandingan hoki es.

Lukashenko juga mengatakan virus Corona bisa diatasi dengan minum vodka dan pergi ke sauna. Hal-hal yang ia sebutkan adalah saran yang ganjil dan tak sesuai dengan imbauan tenaga medis profesional.

5. Swedia

Berbeda dengan Belarusia, Swedia meredam penyebaran virus Corona dengan menerapkan lockdown yang aturannya tak seketat negara lain. Padahal, di Swedia telah ditemukan 4.500 kasus.

Swedia melarang pertemuan yang dihadiri lebih dari 50 orang pada hari Minggu. Tapi, Swedia tetap mengizinkan anak-anak di bawah usia 16 tahun untuk tetap bersekolah.

Selain itu, bar dan restoran juga tetap buka dengan membiarkan orang-orang tetap bisa bersosialisasi seperti biasanya.

6. Malaysia

Keputusan lockdown di Malaysia diwarnai protes masyarakat di media sosial. Bukan karena penguncian wilayahnya, namun justru tentang cara Kementerian Pengembangan Wanita, Keluarga dan Masyarakat (KPWKM) Malaysia mengampanyekan di rumah saja.

Mereka mengunggah poster yang menyuruh setiap istri untuk berdandan, menggunakan riasan wajah (makeup), dan menghindari mengomel pada suami mereka selama masa lockdown di negara tersebut.

Melihat kritik dari masyarakat, postingan tersebut telah dihapus. Sementara itu, masyarakat meminta pihak kementerian itu untuk meminta maaf.