Setiap hari kita melihat angka orang yang positif corona selalu bertambah. Di Indonesia saja, data pada Jumat (10/4/2020), kasus positif corona mencapai 3.512 dan 280 orang di antaranya meninggal dunia.
Belum lagi kita mendengar berita dokter-dokter meninggal dunia. Apakah kita bisa tenang? Masa bisa tenang pada situasi sekarang ini.
Kita pun menjadi overthinking atau berpikir berlebihan. Overthinking tidak baik untuk kesehatan mental. Kita bisa sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Psikolog Keluarga dan Anak Samanta, MPsi, kepada detikcom memberikan tips untuk mengurangi overthinking.
Berikut tips mengurangi overthinking:
1. Fokus Pada Indera
Latih pernapasan hingga stabil dan rasakan kelima indera kita. Buatlah diri kita mensyukuri semua indera yang kita miliki. Rasakan fungsi dari masing-masing indera kita.
2. Phone Detox
Semua orang butuh perhatian. Semua ingin diperhatikan. Maka tidak ada salahnya kamu membatasi dirimu dengan mematikan HP kamu sejenak. Menutup pintu komunikasi yang tidak kunjung berhenti di berbagai grup membahas tentang isu COVID-19 ini.
3. Barefoot
Tips mengurangi overthingking saat corona lainnya yakni barefoot. Saat yang tepat untuk ikut healing bersama bumi terkasih kita. Jalan kaki tanpa alas kaki di dekat-dekat rumah dapat menenangkan pikiran kita.
4. Baca Buku
Pilih buku bacaan ringan yang bisa bikin kamu senyum-senyum dan fokus pada jalan cerita di buku. Mana tahu dari hasil membaca buku kamu jadi punya beberapa ide brilian.
5. Latih Otak
Tanyakan pada dirimu, "Apa yang bisa kamu lakukan atau kerjakan hari ini agar kamu aktif secara positif?" Daripada fokus pada hal yang jauh di depan dan belum terjadi, lebih baik fokus pada hari ini dan menghabiskan waktu secara sehat bersama keluarga.
6. Pijat Bareng
Ayo saling pijat anggota keluarga. Untuk pasutri bisa pijat pasangan. Duduk berhadapan dan pijat area leher hingga pundak pasangan. Rasakan khasiatnya, bukan hanya mengendurkan otot-otot leher yang kaku tapi juga meningkatkan romantisme pasangan.
Untuk anak-anak bisa saling pijat telapak kaki yang berujung gelitik bersama kakak dan adik. Kamu mau mencoba tips mengurangi overthinking?
WHO Peringatkan Tren Penjualan Obat Palsu Terkait Virus Corona
Di tengah wabah virus Corona COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melihat tren kemunculan obat-obat palsu. Hal ini disebut berbahaya karena ada potensi efek sampingnya bila dikonsumsi sembarangan.
Salah satu tenaga ahli WHO, Pernette Bourdillion Esteve, menjelaskan nilai peredaran obat palsu di negara dengan pendapatan masyarakat menengah bisa sampai sekitar Rp 470 triliun. Peredarannya makin marak karena banyak masyarakat mencari obat untuk virus Corona.
"Skenario terbaik mengonsumsi obat palsu ini adalah tidak ada efek apa-apa. Tidak bisa menyembuhkan penyakit seperti yang diinginkan," kata Pernette seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/4/2020).Definisi obat palsu bagi WHO adalah obat yang tercemar, beda bahan zat aktif, hingga sudah kedaluwarsa.
"Skenario terburuk obat palsu ini menyebabkan penyakit, kemungkinan karena tercampur zat berbahaya," lanjutnya.
Satu jenis obat yang disebut kerap dipalsukan adalah klorokuin dan hydroxychloroquine. Obat malaria ini banyak dicari karena dianggap dapat membantu menyembuhkan pasien meski belum ada hasil uji yang jelas.