Jumat, 01 Mei 2020

Mendadak Tak Bisa Cium Aroma Jeruk, Pria Ini Ternyata Positif Corona

Seorang pria bernama Hugh Mason menyadari dirinya kehilangan indra pencium pada Senin (23/3/2020). Ia sadar saat tak bisa mencium aroma jeruk yang sedang dikupas istrinya.
"Istri saya mengupas jeruk dan saya pikir, itu aneh, saya tidak bisa mencium baunya," kata pria 53 tahun itu kepada The Straits Times, dikutip dari Asia One, Senin (30/3/2020).

Mason, seorang asisten profesor di Fakultas Teknik Universitas Nasional Singapura, menjelaskan bahwa ia telah membaca laporan yang mengatakan gejala dari virus corona COVID-19 dapat dikaitkan dengan hilangnya kemampuan indera penciuman pada kasus-kasus tertentu.

Akhirnya ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokternya pada Kamis (26/3/2020) menanyakan apakah ia memang positif virus corona COVID-19. Mason kemudian pulang ke rumah dan menyendiri sambil menunggu hasilnya keluar.

Hari berikutnya ia menerima telepon dari pihak rumah sakit yang memintanya untuk kembali dan tes lebih lanjut. Tes menunjukkan ia positif virus corona COVID-19 dan dirawat di Singapore General Hospital pada hari Jumat (27/3/2020).

Sebelumnya Mason mengaku sempat 'masuk angin' dan kemudian kondisinya semakin memburuk dengan menunjukkan gejala demam pada 22 Maret lalu. Sang istri yang berusia 50 tahun juga dinyatakan positif mengidap virus tersebut pada hari Sabtu dan diisolasi di Pusat Penyakit Menular Nasional di Singapura.

Sementara itu, putra mereka yang berusia 13 tahun saat ini sedang mengasingkan diri di rumah dengan pembantu rumah tangga keluarga mereka dan dikabarkan dalam kondisi baik-baik saja. "Dia baik-baik saja, dia mungkin akan bermain video game di rumah sepanjang hari sekarang karena tidak ada yang menghentikannya," kata Mason sambil tertawa.

Mason mengaku tak tahu bagaimana ia bisa tertular virus corona COVID-19. "Terakhir kali saya keluar negeri itu 21 Januari. Itu sudah lama sekali, jadi saya tidak berpikir saya membawanya kembali bersama saya (terinfeksi COVID-19) dari Inggris," kata Mason, warga negara Inggris, yang telah menjadi penduduk tetap di Singapura sejak 2013.

Meskipun masa isolasi membuat ia jauh dari orang-orang yang dicintainya, Mason tetap bersyukur untuk banyak hal. "Aku ingin mencium aroma udara, bau hijau itu, lagi. Sangat aneh berada di ruangan yang tidak bisa kutinggalkan, tetapi aku tahu bahwa inilah yang membuat kita semua aman," katanya.

Mason mengatakan bahwa indra penciumannya belum kembali, tetapi kondisinya dikabarkan membaik. Ia disebut hanya mengalami batuk ringan.

Pemerintah Distribusikan 191.666 Set APD ke Seluruh Provinsi

Kekurangan alat pelindung diri (APD) untuk merawat pasien virus corona COVID-19 saat ini masih terjadi di Indonesia. Untuk mengatasinya, pemerintah kini telah menyediakan APD yang telah didistribusikan ke seluruh Indonesia.
"Sampai dengan hari ini, pemerintah telah menyediakan APD sebanyak 191.666 set dan terdistribusi ke seluruh provinsi serta rumah sakit yang membutuhkannya," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Senin (30/3/2020).

Selain APD, pemerintah juga telah menyiapkan masker bedah sebanyak 12.272.500 buah, masker N95 berjumlah 133.640, serta alat rapid test sebanyak 425.000 buah. Semuanya juga sudah terdistribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia sebagai upaya memaksimalkan kebutuhan pokok penanganan COVID-19.

"Kita akan tetap berupaya secara maksimal memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok ini, di dalam kaitannya untuk penanganan kasus COVID-19," jelasnya.

Selain itu, Yuri mengatakan bahwa rumah sakit rujukan nasional yang ada saat ini juga sudah disiapkan untuk mengantisipasi lonjakan pasien. Kini, ruang isolasi dengan tekanan negatif sudah ditambah sebanyak 1.967 ruangan.

Ini Kelompok Relawan yang Diprioritaskan untuk Penanganan Corona

 Hingga 29 Maret 2020, Sekitar 27 ribu orang sudah mendaftar menjadi relawan penanganan wabah virus corona COVID-19 di Indonesia. Para relawan datang dengan berbagai latar belakang keahlian mulai dari tenaga medis sampai sopir.
Koordinator relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Andre Rahardian, mengatakan beberapa kelompok akan diprioritaskan untuk segera mendapat tugas.

"Relawan medis menjadi prioritas pertama. Dan relawan non-medis yang akan menjadi prioritas berikutnya adalah relawan yang terkait dengan pengelolaan rumah sakit, distribusi logistik, yang akan segera diaktifkan bersama gugus tugas BNPB," kata Andre dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Senin (30/3/2020).

Berikut detailnya:

1. Tenaga medis
Tenaga medis, seperti dokter umum, dokter spesialis, perawat, apoteker, hingga teknisi laboratorium, nantinya akan mendapat pelatihan terlebih dahulu. Setelah itu mereka akan segera ditugaskan saat ada permintaan dari rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia.

2. Tenaga pengelolaan rumah sakit
Di dalam infografis yang disertakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, ada beberapa keahlian seperti teknisi mesin, ahli administrasi, dapur umum, sanitarian, ahli kesehatan lingkungan, hingga tenaga kebersihan yang dapat mendukung pengelolaan rumah sakit.

3. Tenaga distribusi logistik
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 juga mencatat para relawan yang mau bergerak di bidang logistik, pergudangan, hingga sopir.

Mendadak Tak Bisa Cium Aroma Jeruk, Pria Ini Ternyata Positif Corona

Seorang pria bernama Hugh Mason menyadari dirinya kehilangan indra pencium pada Senin (23/3/2020). Ia sadar saat tak bisa mencium aroma jeruk yang sedang dikupas istrinya.
"Istri saya mengupas jeruk dan saya pikir, itu aneh, saya tidak bisa mencium baunya," kata pria 53 tahun itu kepada The Straits Times, dikutip dari Asia One, Senin (30/3/2020).

Mason, seorang asisten profesor di Fakultas Teknik Universitas Nasional Singapura, menjelaskan bahwa ia telah membaca laporan yang mengatakan gejala dari virus corona COVID-19 dapat dikaitkan dengan hilangnya kemampuan indera penciuman pada kasus-kasus tertentu.

Akhirnya ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokternya pada Kamis (26/3/2020) menanyakan apakah ia memang positif virus corona COVID-19. Mason kemudian pulang ke rumah dan menyendiri sambil menunggu hasilnya keluar.

Hari berikutnya ia menerima telepon dari pihak rumah sakit yang memintanya untuk kembali dan tes lebih lanjut. Tes menunjukkan ia positif virus corona COVID-19 dan dirawat di Singapore General Hospital pada hari Jumat (27/3/2020).

Sebelumnya Mason mengaku sempat 'masuk angin' dan kemudian kondisinya semakin memburuk dengan menunjukkan gejala demam pada 22 Maret lalu. Sang istri yang berusia 50 tahun juga dinyatakan positif mengidap virus tersebut pada hari Sabtu dan diisolasi di Pusat Penyakit Menular Nasional di Singapura.

Sementara itu, putra mereka yang berusia 13 tahun saat ini sedang mengasingkan diri di rumah dengan pembantu rumah tangga keluarga mereka dan dikabarkan dalam kondisi baik-baik saja. "Dia baik-baik saja, dia mungkin akan bermain video game di rumah sepanjang hari sekarang karena tidak ada yang menghentikannya," kata Mason sambil tertawa.

Mason mengaku tak tahu bagaimana ia bisa tertular virus corona COVID-19. "Terakhir kali saya keluar negeri itu 21 Januari. Itu sudah lama sekali, jadi saya tidak berpikir saya membawanya kembali bersama saya (terinfeksi COVID-19) dari Inggris," kata Mason, warga negara Inggris, yang telah menjadi penduduk tetap di Singapura sejak 2013.

Meskipun masa isolasi membuat ia jauh dari orang-orang yang dicintainya, Mason tetap bersyukur untuk banyak hal. "Aku ingin mencium aroma udara, bau hijau itu, lagi. Sangat aneh berada di ruangan yang tidak bisa kutinggalkan, tetapi aku tahu bahwa inilah yang membuat kita semua aman," katanya.

Mason mengatakan bahwa indra penciumannya belum kembali, tetapi kondisinya dikabarkan membaik. Ia disebut hanya mengalami batuk ringan.