Sejumlah orang mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dalam Relawan Gugus Tugas Penanganan COVID-19. Data terakhir relawan COVID-19 berjumlah 27.763 orang dari seluruh Indonesia.
"Ada 8.763 relawan yang terdaftar, di mana 1.901 relawan dengan kualifikasi relawan medis dan 6.862 relawan non medis. Data ini hanya yang terdaftar di gugus tugas dan akan digabungkan dengan memasukkan data relawan di Kementerian Kesehatan sekitar 4.000 orang dan Kemendikbud sekitar 15 ribu orang," kata koordinator relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Andre Rahardian, dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Senin (30/3/2020).
Saat ini prioritas pemanggilan dan pengerahan adalah relawan medis, yang akan dilatih terlebih dahulu, sebelum memulai tugas ketika ada permintaan dari rumah sakit-rumah sakit, baik rujukan maupun darurat yang ada di seluruh Indonesia.
"Relawan medis menjadi prioritas pertama, dan relawan non medis yang akan menjadi prioritas berikutnya adalah relawan yang terkait dnegan pengelolaan rumah sakit, distribusi logistik, yang akan segera diaktifkan bersama gugus tugas BNPB," tambahnya.
Sebelumnya, Andre mengajak semua elemen dapat bergabung menjadi garda terdepan dalam memerangi virus Corona atau COVID-19. Dia mengatakan gugus tugas juga sudah melakukan kerja sama dengan asosiasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi untuk ikut bergabung menjadi relawan menangani para pasien.
Tim Pakar COVID-19 Tegaskan Bilik Disinfeksi Tak Direkomendasikan
Bilik disinfeksi saat ini telah banyak dipasang di gedung-gedung perkantoran dan tempat umum yang dianggap mampu mencegah penularan infeksi virus corona. Setiap orang yang masuk ke dalam bilik disinfeksi akan disemprot disinfektan dari berbagai arah. Namun pakar menegaskan penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh tidak aman.
"Penggunaan disinfektan dengan ruang, chamber, atay penyemprotan secara langsung ke tubuh manusia tidak direkomendasikan karena berbahaya bagi kulit, mulut, dan mata, dapat menimbulkan iritasi," kata Ketua Tim Pakar Gugus Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers dalam jaringan di BNPB, Senin (30/3/2020).
Penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh masih harus ditinjau ulang karena dapat menimbulkan iritasi. Disinfektan yang digunakan untuk proses dekontaminasi yang membunuh mikroorganisme, virus atau bakteri, hanya bekerja efektif jika digunakan pada pada permukaan benda mati seperti lantai, meja, atau permukaan lain yang sering disentuh, peralatan medis.
Selain itu, ia menambahkan penggunaan sinar atau radiasi ultaviolet dalam konsentrasi berlebihan untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dalam jangka panjang berpotensi menimbulkan kanker kulit.
Oleh sebab itu, disebutkan oleh Prof Wiku, metode pencegahan penularan virus corona yang paling aman adalah dengan sering mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menghindari menyentuh area wajah dengan tangan kotor, langsung mandi ketika sampai di rumah, mencuci pakaian dengan sabun, menyemprotkan cairan disinfektan saat menyetrika, serta menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain saat berinteraksi.