Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berencana memotong gaji dirinya dan seluruh aparatur sipil negara (ASN) di Jawa Barat (Jabar). Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi beban masyarakat dalam menanggulangi penyebaran virus corona COVID-19.
Kabar ini ia sampaikan melalui akun Instagram pribadi milikinya @ridwankamil pada Senin (30/3/2020).
"Untuk mengurangi beban masyarakat dan percepatan penanggulangan penyebaran virus COVID-19, maka gaji Gubernur, Wakil Gubernur dan para ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS di Pemprov Jawa Barat akan dipotong selama 4 bulan ke depan dengan adil dan proporsional," tulis Ridwan Kamil dalam akun Instagram pribadinya.
Ridwan kamil menjelaskan nantinya hasil pemotongan gaji tersebut akan dialokasikan kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu.
"Mari kita bersama-sama menyumbang kepada perjuangan melawan virus ini dan menolong masyarakat yang tidak mampu melalui kesetiakawanan sosial," tuturnya.
Viral Perawat di Jakarta Diusir dari Kos Akibat Menangani Pasien Corona
Viral perawat di Jakarta Utara yang diusir dari kos akibat tangani pasien corona. Kabar ini pertama kali dibagikan melalui akun twitter @anjgglu pada Sabtu (28/3/2020).
Dalam postingan tersebut, ia mengatakan temannya yang berkerja di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI SS) diusir dari kosannya akibat warga setempat takut tertular virus corona COVID-19.
Saat dikonfirmasi detikcom, Fadly sang tunangan dari perawat yang diusir pun membenarkan kabar tersebut. Perawat yang bernama Yolanda Vega dan temannya tidak diperpanjang kos di daerah Sunter Agung, Jakarta Utara, karena merawat pasien virus corona COVID-19.
"Itu benar, jadi gini mas, yang jadi korban tunangan saya dan temannya perawat RSPI juga. Yang ngekost di situ banyak dan hanya karyawan RSPI yang tidak diperpanjang," ujar Fadli saat dihubungi detikcom, Senin (30/3/2020)
Fadly yang juga berprofesi sebagai perawat di RSPI Sulianti Saroso ini mengeluh banyak masyarakat yang memberikan stigma negatif pada tenaga kesehatan yang menangani pasien positif corona. Meskipun nyatanya mereka tidak terinfeksi virus corona.
"Dijauhin tetangga situ (tempat kos), nggak mau dekat padahal kita negatif," lanjutnya.
Ia mengharapkan ke depan masyarakat harus lebih bijak dan menghormati para tenaga kesehatan yang berjuang di garda terdepan dalam penanganan virus corona ini.
"Harapan saya perlu sosialisasi kepada masyarakat, soalnya kalau dia (masyarakat) positif COVID-19, ujung-ujungnya lari ke kita petugas medis, dan kita juga kerja nggak asal-asalan, sesuai SOP, dan karyawan (petugas kesehatan) juga dapat pemeriksaan COVID-19, kalau positif ya kita karantina di RS itu sendiri," tutupnya.
Kalau Bilik Disinfektan Tak Efektif, Bagaimana Cara Ampuh Menangkal Corona?
Penggunaan disinfektan ke tubuh manusia ternyata menimbulkan berbagai macam efek, mulai dari iritasi saluran pernapasan dan juga kulit.
Keberadaan bilik disinfektan yang dimanfaatkan sebagai pencegahan penyebaran virus corona pun dianggap tidak efektif, malah menimbulkan efek negatif pada tubuh.
"Jadi, selain tidak efektif, itu (bilik disinfektan) juga punya dampak negatif ke tubuh," tegas dr Rezki Tantular, SpP, Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada detikcom, Senin (30/3/2020).
Oleh karena itu, dr Rezki menegaskan harusnya pihak yang menyediakan bilik tersebut paham akan efek yang tidak baik pada tubuh. Ia berharap prosedur itu tidak dilakukan lagi.
Untuk mencegah penyebaran, dr Rezki menyarankan bisa dengan menganjurkan orang yang sakit untuk menggunakan masker dan menjaga kebersihan.
"Untuk mencegahnya, lebih baik ya dengan pemakaian masker untuk mereka yang sakit dan yang memang bekerja di rumah sakit. Jangan lupa cuci tangan," jelas dr Rezki.
Cara lain yang juga penting diterapkan adalah saling menjaga jarak. Droplet atau percikan dahak yang mengandung virus bisa menular pada jarak 1-2 meter.