Selasa, 05 Mei 2020

Viral Pria Bentak Petugas Setelah Ditegur Soal PSBB, Ini Tips Jaga Emosi

Menjaga emosi sangat penting di tempat umum, terlebih saat bulan suci Ramadhan. Keadaan ini berbanding terbalik dengan video viral seorang pria yang malah marah-marah saat ditegur petugas karena melanggar konfigurasi penumpang dalam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Persimpangan Empang, Bogor Selatan.
Psikolog Diah Ayu dari Personal Growth memberikan cara mudah agar tidak menjadi orang yang pemarah. Ia menegaskan, hal penting untuk mencegah timbulnya marah adalah meluangkan waktu untuk diri sendiri ketika sudah muncul gejala marah karena suatu hal yang tidak diinginkan.

"Paling mendasar adalah ketika kita sudah merasakan gejala-gejala emosi atau marah yang ingin meledak gitu, kita harus istilahnya menarik diri dulu ke tempat sepi, meluangkan waktu untuk diri sendiri" ujar Diah saat dihubungi detikcom Senin (4/5/2020).

Penting bagi seseorang untuk mengatur napas ketika sedang berada di titik emosi yang ingin keluar. Selain dapat meredakan rasa marah, ini juga dapat menciptakan ketenangan dalam diri sendiri.

"Menenangkan diri bisa dengan relaksasi napas yang mudah, mengatur napas beberapa kali hingga merasa tenang, itu yang mudah untuk dilakukan," kata Diah.

Diah kemudian menegaskan mengatur napas dapat menimbulkan perasaan yang jauh lebih tenang. Ia juga meminta untuk mengalihkan perhatian ke hal lain saat muncul tanda-tanda marah.

"Bisa dengan mengalihkan perhatian juga, mungkin tujuannya supaya untuk bisa menenangkan, calm down gitu," pungkasnya.

Viral Cerita Suami Ragukan Hasil Tes Corona Istri, Seberapa Akurat Rapid Test?

Di media sosial viral curhatan seorang suami bernama Erlangga Agusta tentang pengalaman istrinya saat melahirkan di tengah pandemi virus Corona. Kisah ini ia bagikan melalui akun Twitter pribadi miliknya @AnggaAgusta, Minggu (3/5/2020).
Sebelum melakukan proses persalinan, ia menceritakan bahwa istrinya dinyatakan positif COVID-19 setelah dilakukan tes corona dengan cara rapid test oleh pihak rumah sakit. Namun Erlangga merasa kurang yakin dengan hasil tes tersebut, sehingga ia meminta dokter untuk melakukan rapid test ulang, CT scan, dan tes swab kepada istrinya.

"Dokter kemudian menginfokan hasil rapid test istri positif COVID," tulis Erlangga dalam tweetnya.

"Jam 3 sore dokter dari tim COVID datang untuk visit dan cek kondisi istri. Dokter sudah mulai menggunakan APD lengkap dan gw masih coba jelasin kenapa gw ga yakin dengan hasil Rapid Test dan minta Test ulang," jelasnya.

Hingga akhirnya tak lama anaknya berhasil dilahirkan melalui operasi caesar, dokter pun memberitahu Erlangga bahwa hasil rapid test kedua milik istrinya adalah negatif COVID-19.

"Gw dipanggil dokter dan diinfokan hasil Rapid Test istri negatif. Gw jd makin yakin bahwa hasil Rapid Test kemarin salah," ujarnya.

Lantas sebenarnya seberapa akurat tes corona dengan cara rapid test?

Menurut Direktur Laboratorium Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, tingkat sensitivitas rapid test dalam pengujian tes corona hanya 70-90 persen.

"Rapid test kan yang dites adalah antibodi dan jenisnya banyak sekali. Itu sensitivitas dan rangenya agak lebar, ada yang bisa sampai 90 persen dan ada juga yang cuma 70 persen," kata Prof Amin kepada detikcom, Senin (4/5/2020).

"Artinya dari sepuluh kasus positif, cuma tujuh yang bisa terdeteksi," lanjutnya.

Prof Amin juga menjelaskan kemungkinan yang terjadi apabila hasil rapid test awal dinyatakan reaktif (positif), dan yang kedua kalinya justru non-reaktif (negatif) adalah karena adanya kesalahan pada bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tersebut.

"Mungkin karena bahan kimianya yang kurang baik sehingga siapa pun yang dites pakai itu bisa positif. Jadi tesnya itu memang ada kesalahan," ucapnya.

Karena itu menurutnya rapid test tidak bisa dilakukan hanya sekali. Sebab tingkat sensitivitasnya yang kurang dan berbeda dengan tes polymerase chain reaction (PCR) yang sudah terbukti akurat dalam mendeteksi virus Corona.

Kalau (hasilnya) reaktif harusnya dikonfirmasi dengan PCR itu wajib. Kalau yang tidak reaktif harus diulang beberapa hari kemudian, harusnya dites dengan alat yang sama," tuturnya.

Bikin Prank Bagikan Makanan Sampah, Kok Bisa Subscribernya Ribuan?

 Saat ini media sosial menjadi salah satu cara seseorang untuk mengikuti orang yang dianggap menginspirasi. Baik dalam hal lifestyle sampai tindakan yang bisa diaplikasikan di dunia nyata, seperti donasi dan berbagi pada orang lain.
Namun, salah satu YouTuber bernama Ferdian Paleka malah menyalahgunakannya. Bukannya membuat konten yang positif, ia dan dua temannya malah tega melakukan prank dengan memberikan 'makanan' sampah pada waria dan anak-anak di jalan.

Dilihat dari Channel YouTube miliknya, Ferdian mulai aktif pada 26 Nov 2019. Beberapa video sudah diunggah dalam Channel YouTube miliknya. Kini, ia sudah memiliki 91,8 ribu subscriber, sementara dalam Instagram ada 6,020 followers atau pengikut. Jumlah yang besar bukan?

Banyak netizen yang sangat menyayangkan tindakan prank-nya ini. Bahkan di antara mereka mengatakan bahwa orang-orang menjadi subscribernya tidak sehat kejiwaannya.

"Itu 91,8 ribu orang pada sehat gak kejiwaanya tuh," ucap salah satu netizen.

Psikolog dari Personal Growth, Diah Ayu mengatakan ada beberapa hal yang dipertimbangkan sebelum mengikuti seseorang di media sosial. Kita harus pastikan apakah hal yang dilakukannya itu baik atau tidak. Pastikan tindakan atau aksi yang dilakukan orang itu tidak akan merugikan orang lain.

"Merugikannya itu baik secara fisik, materi, emosional, secara keseluruhan. Apakah tindakan orang itu tidak membuat orang lain merasa marah, sedih, menangis, atau bahkan terluka secara fisik," jelasnya pada detikcom, Senin (4/5/2020).

Tak hanya itu, Diah mengingatkan untuk selalu memikirkan konsekuensi saat akan melakukan sesuatu, termasuk mengikuti orang di media sosial. Orang tersebut harus melihat tindakan yang dilakukannya dari berbagai sisi, terutama sisi kemanusiaan.

"Tapi, jika penonton atau pengikutnya masih di bawah usia, di situ peran orang tua sangat dibutuhkan," katanya.

Viral Pria Bentak Petugas Setelah Ditegur Soal PSBB, Ini Tips Jaga Emosi

Menjaga emosi sangat penting di tempat umum, terlebih saat bulan suci Ramadhan. Keadaan ini berbanding terbalik dengan video viral seorang pria yang malah marah-marah saat ditegur petugas karena melanggar konfigurasi penumpang dalam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Persimpangan Empang, Bogor Selatan.
Psikolog Diah Ayu dari Personal Growth memberikan cara mudah agar tidak menjadi orang yang pemarah. Ia menegaskan, hal penting untuk mencegah timbulnya marah adalah meluangkan waktu untuk diri sendiri ketika sudah muncul gejala marah karena suatu hal yang tidak diinginkan.

"Paling mendasar adalah ketika kita sudah merasakan gejala-gejala emosi atau marah yang ingin meledak gitu, kita harus istilahnya menarik diri dulu ke tempat sepi, meluangkan waktu untuk diri sendiri" ujar Diah saat dihubungi detikcom Senin (4/5/2020).

Penting bagi seseorang untuk mengatur napas ketika sedang berada di titik emosi yang ingin keluar. Selain dapat meredakan rasa marah, ini juga dapat menciptakan ketenangan dalam diri sendiri.

"Menenangkan diri bisa dengan relaksasi napas yang mudah, mengatur napas beberapa kali hingga merasa tenang, itu yang mudah untuk dilakukan," kata Diah.

Diah kemudian menegaskan mengatur napas dapat menimbulkan perasaan yang jauh lebih tenang. Ia juga meminta untuk mengalihkan perhatian ke hal lain saat muncul tanda-tanda marah.

"Bisa dengan mengalihkan perhatian juga, mungkin tujuannya supaya untuk bisa menenangkan, calm down gitu," pungkasnya.