Pemilihan presiden di Polandia yang semula dijadwalkan berlangsung pada 10 Mei mendatang telah disepakati untuk diundur karena pandemi virus corona.
Kesepakatan itu muncul setelah partai penguasa di negara itu menyetujui usulan penundaan karena melihat situasi yang tidak memungkinkan Pilpres tetap berlangsung.
"Ketua Parlemen akan mengumumkan Pemilihan Presiden yang baru sesegera mungkin," kata Jaroslaw Kaczynski, pemimpin dari Partai Hukum dan Keadilan (PiS) selaku penguasa pemerintahan melalui akun media sosial partai itu, Rabu (6/5).
Pernyataan tersebut muncul setelah Mahkamah Agung Polandia mengumumkan Pilpres pada 10 Mei mendatang batal. Meski begitu, tanggal baru belum diumumkan kepada publik.
Terkait Pemilu, sebelumnya ada tekanan yang muncul baik dari pihak oposisi maupun dalam tubuh PiS untuk menunda perhelatan demokrasi tersebut.
Ide penundaan itu semakin santer pada awal pekan ini setelah usulan pemungutan suara melalui pos di masa pandemi tampak tidak memungkinkan untuk diadakan, baik secara teknis maupun hukum.
Meski dengan sejumlah anggota parlemen PiS menentang penundaan, Pemerintah Polandia tetap tak bisa mendapatkan cukup banyak suara dukungan untuk menghasilkan peraturan Pilpres melalui pos hingga di menit-menit terakhir.
AFP menyebutkan PiS berpeluang untuk kehilangan suara yang sudah unggul tipis akibat dari situasi ini.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa petahana Presiden Andrzej Duda yang berafiliasi dengan PiS dapat meraih lebih dari 50 persen suara pada putaran pertama.
Namun pihak oposisi menuntut penundaan Pilpres dengan alasan bahwa pemungutan suara yang bebas, adil, dan aman, mustahil dilakukan di bawah situasi lockdown akibat pandemi virus corona.
Ketiadaan debat dan kampanye elektoral karena situasi pandemi juga menjadi sasaran kritik dari pelaksanaan Pilpres kali ini.
Kandidat dari pihak oposisi disebut tidak bisa bertemu dengan para pendukung dan pemilih karena larangan berinteraksi dan penjarakan sosial.
Sementara itu, Presiden Duda masih memungkinkan untuk melakukan kampanye di sela-sela kegiatannya sebagai pemimpin negara.
Pandemi Covid-19 di Polandia hingga Rabu (6/5) tercatat sudah terjadi sebanyak 14.740 kasus, dengan 733 kasus meninggal dunia dan 4.655 dinyatakan pulih.
Pentagon Khawatir Ketahanan Fisik Tentara Baru di Era Corona
Pentagon sedang mempertimbangkan untuk menolak penerimaan anggota militer baru jika mereka pernah dirawat di rumah sakit karena virus corona, kecuali mereka mendapatkan surat izin dari angkatan yang didaftarkan, kata salah satu pejabat.
Pejabat Pentagon tersebut mengatakan, wacana mengenai pedoman baru itu tercetus karena ada sedikit kekhawatiran tentang efek "jangka panjang" virus corona dari orang yang pernah dirawat, sehingga mungkin penerimaan anggota baru perlu penilaian medis lebih lanjut.
Kebijakan baru ini masih dirundingkan, sekaligus dengan penetapan batasan medis untuk pelamar pernah positif atau telah dirawat karena Covid-19.
Surat izin dari Departemen Pertahanan diperlukan untuk berbagai kondisi medis calon anggota militer, mulai dari yang memiliki penyakit jantung hingga kehilangan penglihatan.
The Military Times pertama kali melaporkan berita mengenai wacana baru ini.
Pandemi virus corona menimbulkan tantangan kesehatan yang signifikan bagi anggota militer di beberapa bidang.
Ada kekhawatiran khusus mengenai daya tahan anggota militer untuk mengikuti latihan, terutama para angkatan baru.
Fakta bahwa pelaut di USS Theodore Roosevelt ada yang positif corona tanpa gejala masih harus terus ditangani dan diuji, menurut beberapa pejabat Angkatan Laut.
Pengetatan aturan kesehatan menjadi prioritas bagi anggota militer yang melakukan operasi dalam jarak dekat, seperti anggota Angkatan Laut yang berada di dalam kapal selama berbulan-bulan.
Pentagon mengakui bahwa sangat penting untuk memastikan bahwa pengujian virus cukup akurat sehingga anggota militer dapat terjamin kesehatannya.
Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan di Pentagon Selasa (5/5) bahwa departemennya akan secara acak menguji sekelompok orang "untuk memahami berapa banyak gejala atau pembawa virus yang mungkin ada di luar sana."
Fokus perhatiannya adalah pada upaya untuk memahami seberapa banyak orang yang positif corona tanpa gejala serta seberapa kuatnya virus itu dapat ditularkan dari mereka.