Kamis, 07 Mei 2020

Ilmuwan Teliti Alasan Virus Corona Bisa Sebabkan Diare pada Pasien

Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan kondisi medis lain yang mempengaruhi pasien yang terinfeksi penyakit tersebut, salah satunya masalah gastrointestinal. Para peneliti di Institut Hubrecht di Utrecht, Pusat Medis Universitas Erasmus MC Rotterdam dan Universitas Maastricht menemukan bagaimana virus Corona dapat menginfeksi sel-sel usus dan akhirnya berkembang biak.
Peneliti membuat model untuk menjelaskan mengapa beberapa orang mengidap masalah pencernaan dengan menggunakan model kultur usus manusia. Mereka memonitor bagaimana sel-sel dalam tubuh merespon strain virus tersebut.

Sekitar sepertiga dari pasien yang terinfeksi ditemukan memiliki masalah dengan diare dalam penelitian yang diterbitkan pada jurnal ilmiah Science 1 Mei lalu. Mengutip Medical Daily, seperti diketahui virus Corona dapat menyebar melalui droplet batuk dan bersin. Saat ini nampaknya strain tersebut juga ditularkan melalui tinja manusia, yang oleh peneliti disebut sebagai fecal-oral transmission.

Dari sudut pandang tertentu, tampak bahwa penyebab terinfeksi COVID-19 dapat meluas. Dalam model penelitian tersebut, ditemukan bahwa ACE2, atau 'pintu masuk' SARS-CoV-2 ke dalam tubuh, penuh dalam usus beberapa pasien COVID-19.

Melalui mikroskop elektron, para ilmuwan dapat menemukan keberadaan virus pada sel-sel usus dan dapat bereplikasi dari waktu ke waktu. Peneliti kemudian menyelidiki respon sel-sel usus menggunakan sekuensing RNA yang merupakan metode untuk mempelajari gen mana yang aktif dalam sel usus.

"Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini memberikan bukti yang pasti bahwa SARS-CoV-2 dapat berkembang biak dalam sel-sel saluran pencernaan. Namun, kami belum tahu apakah adanya SARS-CoV-2 di usus pasien COVID-19, memainkan peran penting dalam penularan. Temuan kami menunjukkan bahwa kami harus melihat kemungkinan ini lebih dekat," jelas Bart Haagmans, peneliti utama di departemen Viroscience di Erasmus MC University Medical Center Rotterdam.

Sebelumnya, peneliti dari Tongji Medical College, China, melihat data dari pasien COVID-19 untuk menganalisis berbagai gejala yang dialami oleh mereka. Hasilnya menunjukkan gejala pencernaan lazim ditemukan. Faktanya, 60 persen pasien melaporkan mengalami diare dan 20 persen dari mereka menderita diare sebagai gejala awal COVID-19.

Saran Pejabat WHO Agar Tetap Sehat Saat Puasa di Tengah Pandemi

Saat ini umat muslim sedang menjalankan ibadah puasa di situasi yang tidak biasa, yaitu di tengah pandemi virus Corona COVID-19. Salah satu pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyoroti adanya manfaat kesehatan yang didapat dari berpuasa ini.
Dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Departemen Promosi Kesehatan di Sharjah, Penasihat Gizi Regional WHO, Dr Ayoub Al Jawaldeh menyebut bahwa puasa bisa membantu membuang racun yang ada di dalam tubuh.

"Puasa juga bisa membantu regenerasi sel sistem kekebalan tubuh dan mengurangi kemungkinan terinfeksi virus dan penyakit kekebalan lainnya," katanya yang dikutip dari Khaleej Times.

Tak hanya itu, Dr Al Jawaldeh juga memberikan empat tips agar bisa tetap sehat selama berpuasa di tengah pandemi COVID-19 ini.

1. Konsumsi makanan yang segar
Dr Al Jawaldeh mendesak bagi mereka yang berpuasa untuk selalu mengkonsumsi makanan-makanan yang segar. Selain itu, ia menyarankan untuk menjauhi makanan yang digoreng atau mengandung garam serta rempah yang tinggi, karena cenderung membuat lebih cepat haus.

2. Tetap terhidrasi
Pejabat WHO mengatakan bahwa orang yang berpuasa harus tetap terhidrasi, dengan mengkonsumsi air sebanyak 8-12 gelas atau setara dengan dua liter air per harinya. Baik saat berbuka dan saat sahur.

"Air membantu untuk membersihkan sistem pencernaan, ginjal, usus, dan membuang racun yang ada di dalam tubuh," jelasnya.

3. Tetap berolahraga
Meski sedang berpuasa, Dr Al Jawaldeh tetap mengingatkan untuk terus berolahraga dan mengkonsumsi asupan yang sehat. Ini juga berguna agar tubuh tetap sehat, meski berpuasa di tengah pandemi.

"Konsumsi juga sayuran, buah, biji-bijian berprotein tinggi, hindari asupan yang mengandung lemak jenuh, dan juga lemak trans," imbuhnya.

4. Hindari minuman instan
Setelah seharian berpuasa, biasanya orang akan mencari berbagai minuman segar untuk berbuka, tak terkecuali minuman instan. Tapi, Dr Al Jawaldeh menekankan untuk menghindarinya.

Ini karena minuman-minuman instan tersebut biasanya mengandung kadar gula yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami diabetes dan obesitas.

Seperti Paulo Dybala, Mengapa Ada Orang yang Lama Sembuh dari Corona?

Pemain klub bola Juventus, Paulo Dybala, akhirnya dinyatakan sembuh setelah satu bulan lebih dirawat karena infeksi virus Corona COVID-19. Dybala membutuhkan waktu relatif lebih lama untuk sembuh bila dibandingkan rekannya yang lain.
"Wajahku mengatakan segalanya, aku akhirnya sembuh dari COVID-19!" tulis pemilik julukan La Joya itu di akun Instagramnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dybala menjadi salah satu pemain Juventus yang terinfeksi virus corona selain Daniele Rugani dan Blaise Matuidi sejak Maret silam. Rugani dan Matuidi sendiri telah dinyatakan sembuh sejak 15 April 2020.

Satu teori menyebut perbedaan waktu kesembuhan ini kemungkinan berkaitan dengan sistem imun. Biasanya pasien yang menunjukkan gejala parah butuh waktu lebih lama untuk sembuh.

"Beberapa pasien ada yang masih batuk-batuk dan kami juga melihat pasien yang merasa lemas dan lelah berkepanjangan selama tiga, empat, lima, atau enam minggu," kata Dr Philip Gothard, dokter dari London's Hospital for Tropical Diseases.

Ahli epidemiologi Profesor Tim Spector dari King's College London mengatakan rata-rata pasien yang terinfeksi bisa mulai sembuh setelah 12 hari. Namun, memang ada juga yang melaporkan butuh waktu sampai 30 hari lebih.

"Saat data mulai banyak tersedia dan kami terus menggunakan kecerdasaan buatan untuk menganalisanya, akan segera terlihat apa saja dari faktor gejala dan risiko yang dapat membuat seseorang lebih rentan mengalami gejala jangka panjang ini," kata Tim seperti dikutip dari BBC, Kamis (7/5/2020).

Ilmuwan Teliti Alasan Virus Corona Bisa Sebabkan Diare pada Pasien

Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan kondisi medis lain yang mempengaruhi pasien yang terinfeksi penyakit tersebut, salah satunya masalah gastrointestinal. Para peneliti di Institut Hubrecht di Utrecht, Pusat Medis Universitas Erasmus MC Rotterdam dan Universitas Maastricht menemukan bagaimana virus Corona dapat menginfeksi sel-sel usus dan akhirnya berkembang biak.
Peneliti membuat model untuk menjelaskan mengapa beberapa orang mengidap masalah pencernaan dengan menggunakan model kultur usus manusia. Mereka memonitor bagaimana sel-sel dalam tubuh merespon strain virus tersebut.

Sekitar sepertiga dari pasien yang terinfeksi ditemukan memiliki masalah dengan diare dalam penelitian yang diterbitkan pada jurnal ilmiah Science 1 Mei lalu. Mengutip Medical Daily, seperti diketahui virus Corona dapat menyebar melalui droplet batuk dan bersin. Saat ini nampaknya strain tersebut juga ditularkan melalui tinja manusia, yang oleh peneliti disebut sebagai fecal-oral transmission.

Dari sudut pandang tertentu, tampak bahwa penyebab terinfeksi COVID-19 dapat meluas. Dalam model penelitian tersebut, ditemukan bahwa ACE2, atau 'pintu masuk' SARS-CoV-2 ke dalam tubuh, penuh dalam usus beberapa pasien COVID-19.

Melalui mikroskop elektron, para ilmuwan dapat menemukan keberadaan virus pada sel-sel usus dan dapat bereplikasi dari waktu ke waktu. Peneliti kemudian menyelidiki respon sel-sel usus menggunakan sekuensing RNA yang merupakan metode untuk mempelajari gen mana yang aktif dalam sel usus.

"Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini memberikan bukti yang pasti bahwa SARS-CoV-2 dapat berkembang biak dalam sel-sel saluran pencernaan. Namun, kami belum tahu apakah adanya SARS-CoV-2 di usus pasien COVID-19, memainkan peran penting dalam penularan. Temuan kami menunjukkan bahwa kami harus melihat kemungkinan ini lebih dekat," jelas Bart Haagmans, peneliti utama di departemen Viroscience di Erasmus MC University Medical Center Rotterdam.

Sebelumnya, peneliti dari Tongji Medical College, China, melihat data dari pasien COVID-19 untuk menganalisis berbagai gejala yang dialami oleh mereka. Hasilnya menunjukkan gejala pencernaan lazim ditemukan. Faktanya, 60 persen pasien melaporkan mengalami diare dan 20 persen dari mereka menderita diare sebagai gejala awal COVID-19.