Jumat, 08 Mei 2020

Terpopuler Sepekan: Viral Jam 10 Pagi Disebut Waktu Terbaik untuk Berjemur

 Sebuah pesan beredar di media sosial yang menyebut waktu terbaik untuk berjemur sebagai salah satu cara meningkatkan imunitas adalah jam 10.00- 11.00 pagi. Dengan berjemur 15-30 menit di waktu tersebut, disebutkan bahwa tubuh mendapat asupan vitamin D paling optimal.
"Pada jam tersebut tubuh kita paling aktif membuat D3 dari matahari, dengan hanya berjemur sekitar 15- 30 menit tubuh kita dapat membuat sekitar 10.000-20.000 IU vit D3, gratis," demikian kutipan pesan tersebut.

Menanggapi, ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen menyebut benar bahwa jam 10 pagi adalah waktu terbaik untuk berjemur. Namun durasinya tidak boleh terlalu lama karena sinar matahari mengandung ultraviolet A yang harus dihindari karena memicu kulit keriput dan kanker.

"Yang kita butuhkan sebetulnya adalah ultraviolet B. Ultraviolet B ini gelombangnya lebih pendek. Itu sebabnya, kita harus tunggu sedikit mataharinya naik. Jadi, untungnya kita di khatulistiwa, jam 10 sudah ada. Itu adalah alasan kita jemurnya jam 10.00," kata dr Tan.

Profesor geriatri dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof dr Siti Setiati, SpPD, KGER, MEpid, dalam penelitiannya juga menyebut sinar matahari memberikan manfaat paling optimal pada siang hari.

"Iya, di atas jam 9, hasil penelitian saya tahun 2003. Mungkin perlu diteliti lagi karena sudah lama," kata Prof Siti saat dikonfirmasi.

Soal risiko kanker kulit bila berjemur terlalu siang, ahli kanker dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM, mengatakan ada banyak faktor yang berpengaruh. Salah satunya pigmen atau zat warna kulit yang disebut melanin.

"Orang-orang dengan kadar melanin rendah seperti orang Eropa biasanya lebih rentan," jelasnya.

Selain itu, dr Andhika juga mengingatkan durasi berjemur cukup 30 menit asal 60 persen luas permukaan tubuh sudah terpapar. Itu artinya mencakup wajah, tangan, paha, dan kaki.

Namun perlu diingat bahwa berjemur bukan satu-satunya cara mendapatkan asupan vitamin D. Asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan agar kebutuhan vitamin D terpenuhi.

"Sumber vitamin D itu misalnya ikan laut, seafood, putih telur, keju, susu, bahkan melon," jelas dr Andhika.

Kasus Positif Tembus Seribu, Kapan Wabah Corona di Indonesia Berakhir?

 Data terbaru infeksi virus corona di Indonesia pada Jumat (27/3) menunjukkan angkanya telah tembus 1.046 kasus dan 87 di antaranya meninggal dunia. Diprediksi angka ini akan terus bertambah dan mengalami kelonjakan hingga beberapa bulan ke depan.
"Bisa lama, karena munculnya juga akan bergiliran di kota-kota lain. Wuhan baru nggak ada kasus baru setelah 4 bulan tapi muncul lagi di negara-negara lain," sebut Nurul Nadia, konsultan kesehatan masyarakat dari Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), kepada detikcom Sabtu (28/3/2020).

Saat ini persebaran virus corona telah tercatat di 28 provinsi, terbanyak di DKI Jakarta. Jika anjuran physical distancing tidak diterapkan maka laju penyebarannya tidak akan bisa ditahan.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, juga mengimbau agar semua masyarakat agar menunda mudik ke kampung halaman untuk mencegah penyebaran makin meluas.

"Apalagi harus pergi ke kampung dengan keluarga yang cukup banyak di dalam satu mobil yang berdesak-desakan. Ini memberi risiko yang berlipat ganda," kata Yuri saat konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Jumat (27/3/2020).

Sementara itu, Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap prediksi epidemi virus corona di Indonesia yang diperkirakan berlangsung sampai akhir Mei hingga awal Juni 2020. Artinya, wabah corona belum berakhir saat mudik lebaran.

Salah satu peneliti yang melakukan simulasi, Nuning Nuraini, sebelumnya prediksi diperkirakan akan mengalami puncak pada akhir Maret 2020 dan berakhir di pertengahan April. Namun adanya pergeseran prediksi terjadi karena meningkatnya kasus corona di Indonesia.

Pengacara Sebut Roy Kiyoshi Mengonsumsi Dumolid, Obat Apa Itu?

Selebritis Roy Kiyoshi ditangkap polisi terkait narkoba. Belum dijelaskan jenis narkoba yang dimaksud, namun kuasa hukumnya, Henry Indraguna, menyebut Roy mengonsumsi sejumlah obat.
Salah satu obat yang dikonsumsi Roy adalah obat tidur Dumolid. Pria berusia 33 tahun ini mengonsumsi obat tersebut karena susah tidur.

"Ada dua obat tidur, yang satu dumolid itu obat lama yang sudah tidak dipakai lagi dan ada satu obat tidur lagi saya kurang jelas apa namanya," kata Henry Indraguna kepada detikcom, Kamis (7/5/2020).

Psikiater dari RS OMNI Alam Sutra, dr Andri, SpKJ, kepada detikcom beberapa waktu lalu menjelaskan, Dumolid merupakan obat tidur dari golongan benzodiazepine. Obat ini mengandung nitrazepam dan digunakan pada pasien insomnia yang mengalami depresi.

"Efek awal menggunakan Dumolid itu sebenarnya menimbulkan efek mengantuk yang luar biasa tapi nggak sampai tertidur. Lalu merasa tenang, enak dan nyaman," kata dr Andri.

Menurut dokter saraf dari RS Medistra yang juga mendalami kesehatan tidur, dr Rimawati Tedjasukmana, SpS, RPSGT, nitrazepam digunakan pada insomnia yang dialami kurang dari waktu sebulan.

"Semua obat golongan nitrazepam kerjanya di otak," terang dr Rimawati seperti diberitakan sebelumnya.

Karena bekerja di otak, obat ini bisa menyebabkan ketergantungan. Seseorang sudah terbiasa menggunakan obat ini untuk tidur akan makin sulit tidur jika tidak mengonsumsinya terlebih dahulu.

Terpopuler Sepekan: Viral Jam 10 Pagi Disebut Waktu Terbaik untuk Berjemur

 Sebuah pesan beredar di media sosial yang menyebut waktu terbaik untuk berjemur sebagai salah satu cara meningkatkan imunitas adalah jam 10.00- 11.00 pagi. Dengan berjemur 15-30 menit di waktu tersebut, disebutkan bahwa tubuh mendapat asupan vitamin D paling optimal.
"Pada jam tersebut tubuh kita paling aktif membuat D3 dari matahari, dengan hanya berjemur sekitar 15- 30 menit tubuh kita dapat membuat sekitar 10.000-20.000 IU vit D3, gratis," demikian kutipan pesan tersebut.

Menanggapi, ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen menyebut benar bahwa jam 10 pagi adalah waktu terbaik untuk berjemur. Namun durasinya tidak boleh terlalu lama karena sinar matahari mengandung ultraviolet A yang harus dihindari karena memicu kulit keriput dan kanker.

"Yang kita butuhkan sebetulnya adalah ultraviolet B. Ultraviolet B ini gelombangnya lebih pendek. Itu sebabnya, kita harus tunggu sedikit mataharinya naik. Jadi, untungnya kita di khatulistiwa, jam 10 sudah ada. Itu adalah alasan kita jemurnya jam 10.00," kata dr Tan.

Profesor geriatri dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof dr Siti Setiati, SpPD, KGER, MEpid, dalam penelitiannya juga menyebut sinar matahari memberikan manfaat paling optimal pada siang hari.

"Iya, di atas jam 9, hasil penelitian saya tahun 2003. Mungkin perlu diteliti lagi karena sudah lama," kata Prof Siti saat dikonfirmasi.

Soal risiko kanker kulit bila berjemur terlalu siang, ahli kanker dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM, mengatakan ada banyak faktor yang berpengaruh. Salah satunya pigmen atau zat warna kulit yang disebut melanin.

"Orang-orang dengan kadar melanin rendah seperti orang Eropa biasanya lebih rentan," jelasnya.

Selain itu, dr Andhika juga mengingatkan durasi berjemur cukup 30 menit asal 60 persen luas permukaan tubuh sudah terpapar. Itu artinya mencakup wajah, tangan, paha, dan kaki.

Namun perlu diingat bahwa berjemur bukan satu-satunya cara mendapatkan asupan vitamin D. Asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan agar kebutuhan vitamin D terpenuhi.

"Sumber vitamin D itu misalnya ikan laut, seafood, putih telur, keju, susu, bahkan melon," jelas dr Andhika.