Jumat, 08 Mei 2020

Uji Klinis Berhasil di AS, Jepang Ikut Gunakan Remdesivir untuk Obati Corona

 Sebelumnya, uji klinis remdesivir di Amerika Serikat (AS) dinilai berhasil obati Corona dan mendapat persetujuan dari Food and Drug Administraion (FDA). Pemerintah Jepang pun pada Kamis (7/5/2020) menyetujui remdesivir digunakan sebagai obat Corona di negaranya.
Hal ini membuat Jepang menjadi negara kedua yang menggunakan remdesivir sebagai obat Corona. "Remdesivir disetujui berdasarkan tindakan luar biasa," kata seorang pejabat kementerian kesehatan Jepang, dikutip dari Channel News Asia Jumat (8/5/2020).

"Itu adalah persetujuan pertama negara kami untuk perawatan pasien coronavirus," kata pejabat itu kepada AFP.

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan pekan lalu pemerintah sedang bersiap untuk memberikan 'lampu hijau' sesegera mungkin bagi obat eksperimental yang dikembangkan oleh perusahaan AS Gilead Sciences.

Langkah maju AS datang setelah uji klinis utama menunjukkan remdesivir yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola, mempersingkat waktu untuk pemulihan pada beberapa pasien hingga sepertiganya. Remdesivir, yang diberikan melalui suntikan, sudah tersedia untuk beberapa pasien yang terdaftar dalam uji klinis di seluruh dunia.

Sedangkan untuk Avigan, yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang Fujifilm Toyama Chemical, Suga mengatakan pemerintah akan menyetujui obat ini jika uji klinis yang melibatkan 100 pasien terbukti efektif. Obat, yang nama generiknya adalah favipiravir, disetujui untuk digunakan di Jepang pada 2014 tetapi hanya pada wabah flu yang tidak ditangani secara efektif oleh obat yang ada.

Favipiravir tidak tersedia di pasaran dan hanya dapat diproduksi dan didistribusikan atas permintaan pemerintah Jepang.

WHO Ungkap Kemungkinan Penyebab Seseorang 2 Kali Positif Corona

 Temuan kasus positif virus Corona COVID-19 untuk kedua kalinya makin banyak bermunculan. Organisasi kesehatan dunia WHO baru-baru ini mengungkap kemungkinan penyebabnya.
Seorang juru bicara WHO mengungkap, seseorang yang mendapatkan hasil positif setelah sebelumnya dinyatakan sembuh dari virus Corona, kemungkinan adalah false positive.

"Sejauh yang kami tahu, dan ini berdasarkan data terkini, kelihatannya pasien tersebut mengeluarkan sisa material dari paru-paru, sebagai bagian dari fase penyembuhan," katanya kepada AFP, dikutip dari The Sun.

Lebih dari 100 orang di Korea Selatan dilaporkan kembali mendapat hasil positif dalam pemeriksaan virus Corona, setelah sempat dinyatakan sembuh. WHO maupun negara yang bersangkutan sama-sama menginvestigasi temuan tersebut.

Temuan pasien yang mendapat hasil positif untuk kedua kalinya dikhawatirkan memicu gelombang kedua wabah Corona. Bila itu terjadi, maka kemungkinan mengakhiri lockdown akan berubah.

Kemungkinan 'reinfeksi' juga bakal mempersulit proses pembuatan vaksin yang manjur. Saat seseorang sembuh dari virus Corona, tubuhnya membentuk antibodi dalam sepekan setelah infeksi. Antibodi tersebut memberi kekebalan, meski tidak jelas betul seberapa kuat dan lama kemampuannya menangkal infeksi.

Transformasi Adele Jadi Langsing Butuh Olahraga Berat, Ini Pesan Dokter

Transformasi tubuh penyanyi Adele menghebohkan publik. Foto yang diunggah di akun instagramnya pada Selasa (5/5/2020) menunjukan perubahan bentuk tubuhnya yang jauh lebih langsing dari sebelumnya.
Belakang ini diketahui Adele sedang menjalankan program penurunan berat badan dengan diet ketat dan berolahraga. Salah seorang teman dekatnya membocorkan rahasia penampilan Adele kini akibat ia rajin berolahraga. Bahkan ia melakukan olahraga tiga kali seminggu.

"Dia ikut sesi olahraga selama 60 menit yang melibatkan olahraga cardio, circuit training dan Pilates," ujar orang terdekat Adele, dikutip dari US Weekly.

Tertarik untuk mengikuti jejak transformasi Adele? Tunggu dulu, praktisi kesehatan olahraga dari Slim and Health Sports Therapy, dr Michael Triangto, SpKO, memberikan sejumlah catatan Salah satunya, butuh motivasi yang kuat.

"Kalau Adele melakukan itu berhasil, itu tidak berarti bisa dipergunakan oleh orang lain, karena beda motivasinya," ujar dr Michael saat dihubungi detikcom, Kamis (7/5/2020).

Selain motivasi yang kuat, dibutuhkan juga stamina yang kuat. Program olahraga yang dijalankan Adele sehingga menghasilkan transformasi yang menakjubkan tentu tidak ringan.

"Kalau Adele melakukan itu pasti jauh lebih berat dari pada yang seharusnya, karena dia membutuhkan membakar kalori yang banyak. Pada saat yang sama dia makan sesedikit mungkin," lanjutnya.

Meskipun begitu, ia tidak menyarankan olahraga 'ala Adele' ini diikuti orang-orang saat ini. Karena menurutnya olahraga di tengah pandemi virus Corona dan bulan Ramadhan seharusnya hanya dengan intensitas ringan dan sedang. Olahraga dengan intensitas berat semacam ini malah akan menurunkan tingkat imunitas tubuh.

"Tidak, yang pertama olahraganya Adele hanya mungkin cocok untuk Adele, bukan berarti saya bilang ga cocok untuk yang lain. Kemudian kalau dilakukan juga mungkin intensitasnya jadi berat. Kalau berat, tidak cocok untuk dilakukan pada bulan puasa ini apalagi saat COVID," pungkasnya.

Uji Klinis Berhasil di AS, Jepang Ikut Gunakan Remdesivir untuk Obati Corona

 Sebelumnya, uji klinis remdesivir di Amerika Serikat (AS) dinilai berhasil obati Corona dan mendapat persetujuan dari Food and Drug Administraion (FDA). Pemerintah Jepang pun pada Kamis (7/5/2020) menyetujui remdesivir digunakan sebagai obat Corona di negaranya.
Hal ini membuat Jepang menjadi negara kedua yang menggunakan remdesivir sebagai obat Corona. "Remdesivir disetujui berdasarkan tindakan luar biasa," kata seorang pejabat kementerian kesehatan Jepang, dikutip dari Channel News Asia Jumat (8/5/2020).

"Itu adalah persetujuan pertama negara kami untuk perawatan pasien coronavirus," kata pejabat itu kepada AFP.

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan pekan lalu pemerintah sedang bersiap untuk memberikan 'lampu hijau' sesegera mungkin bagi obat eksperimental yang dikembangkan oleh perusahaan AS Gilead Sciences.

Langkah maju AS datang setelah uji klinis utama menunjukkan remdesivir yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola, mempersingkat waktu untuk pemulihan pada beberapa pasien hingga sepertiganya. Remdesivir, yang diberikan melalui suntikan, sudah tersedia untuk beberapa pasien yang terdaftar dalam uji klinis di seluruh dunia.

Sedangkan untuk Avigan, yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang Fujifilm Toyama Chemical, Suga mengatakan pemerintah akan menyetujui obat ini jika uji klinis yang melibatkan 100 pasien terbukti efektif. Obat, yang nama generiknya adalah favipiravir, disetujui untuk digunakan di Jepang pada 2014 tetapi hanya pada wabah flu yang tidak ditangani secara efektif oleh obat yang ada.

Favipiravir tidak tersedia di pasaran dan hanya dapat diproduksi dan didistribusikan atas permintaan pemerintah Jepang.