Sabtu, 09 Mei 2020

Analisis Rontgen Dada Temukan Corona Ada di Prancis Sejak November 2019

Kasus infeksi COVID-19 di Prancis diduga telah terjadi pada 16 November, hampir 10 minggu sebelum kasus pertama dikonfirmasi di negara tersebut. Infeksi kasus November teridentifikasi oleh sebuah rumah sakit di Prancis setelah melakukan studi retrospektif pada sekitar 2.500 scan dada antara 1 November 2019 hingga 30 April 2020.
Temuan itu muncul ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara untuk menyelidiki kasus seperti pneumonia dari akhir tahun lalu untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana penyakit baru itu menyebar.

"Kasus pertama dicatat pada 16 November," tulis siaran pers Rumah Sakit Albert Schweitzer mengutip SCMP.

Menurut dokter, virus tersebut menyebar secara sporadis setelah kasus pertama pada pertengahan November, sebelum berakselerasi selama acara akhir tahun seperti perayaan Natal. Kemudian epidemi menjadi sangat besar setelah pertemuan keagamaan di kota Mulhouse pada minggu terakhir bulan Februari.

Rumah sakit mengatakan akan berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis untuk membuka penyelidikan epidemiologis atas temuannya.

Sebelumnya, otoritas Prancis menyebut kasus awal virus Corona terjadi pada 27 Desember pada seorang pria usia 42 tahun di rumah sakit Paris dengan gejala batuk, sakit dada, sakit kepala dan demam. Dia dianggap terhubung dengan seseorang yang melakukan perjalanan dari China sebelum virus itu diidentifikasi.

Awalnya, kasus pertama yang dikonfirmasi di Prancis diidentifikasi pada 24 Januari pada dua orang yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, episentrum pertama wabah virus Corona.

Transformasi Adele Jadi Langsing Disebut Turunkan Risiko Tertular Corona

Transformasi penyanyi Adele yang kini menjadi langsing membuat fansnya kaget. Perubahan ini ia didapatkan dari hasil usahanya mengubah gaya hidupnya, dengan menjalani program diet Sirtfood.
Terkait perubahan Adele, pakar kesehatan Dr Hilary Jones pun ikut memberikan pujian dan tanggapan. Dr Hilary mengatakan, seandainya penyanyi berusia 32 tahun itu tidak segera mengubah gaya hidupnya, ia sangat berisiko tinggi untuk terinfeksi virus Corona COVID-19.

"Dia sangat berisiko tinggi terhadap virus itu. Tapi, rupanya dia melakukannya dengan bijaksana. Tidak ada usaha diet yang gila, caranya itu hanya dengan mengubah gaya hidupnya," kata Dr Hilary yang dikutip dari Daily Star.

"Kami tahu obesitas bisa menyebabkan peradangan dalam tubuh. Kondisi ini juga sangat berkaitan dengan penyakit lain, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung," imbuhnya.

Sebuah penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa orang yang gemuk atau mengalami obesitas memiliki risiko 2 kali lebih mungkin masuk rumah sakit karena virus itu. Bahkan, bisa juga 40 kali lebih besar berisiko meninggal karena COVID-19 ini.

Sosok Berperawakan Mirip Kim Jong Un Munculkan Spekulasi 'Body Double'

Spekulasi tentang pemimpin Korea Utara Kim Jong Un seolah tak ada habisnya. Setelah rumor operasi jantung dan meninggal dunia, kini muncul dugaan 'body double' alias kembaran yang dipalsukan.
Dalam sebuah video, Jong Un tampak berbincang dengan sosok yang perawakannya mirip dengannya. Selain postur, busana dan potongan rambut sosok yang hanya tampak dari belakang itu juga dinilai identik.

Bukan hanya satu, terlihat ada dua sosok yang dinilai mirip Jong Un dalam video tersebut. Sosok yang mirip Jong Un juga muncul dalam klip yang diambil pada 28 Juli 2017 saat sang diktator meninjau peluncuran misil balistik.

Jennifer Zeng, seorang blogger yang juga aktivis hak asasi manusia, mempertanyakan keaslian Jong Un yang tampil di publik pada 1 Mei 2020, usai dirumorkan meninggal. Menurutnya, ada sejumlah perbedaan dibandingkan penampakan Jong Un sebelum-sebelumnya.

"Kim Jong Un yang muncul pada 1 Mei asli?" tulisnya di Twitter.

Jumat, 08 Mei 2020

Kasus Positif Tembus Seribu, Kapan Wabah Corona di Indonesia Berakhir?

Data terbaru infeksi virus corona di Indonesia pada Jumat (27/3) menunjukkan angkanya telah tembus 1.046 kasus dan 87 di antaranya meninggal dunia. Diprediksi angka ini akan terus bertambah dan mengalami kelonjakan hingga beberapa bulan ke depan.
"Bisa lama, karena munculnya juga akan bergiliran di kota-kota lain. Wuhan baru nggak ada kasus baru setelah 4 bulan tapi muncul lagi di negara-negara lain," sebut Nurul Nadia, konsultan kesehatan masyarakat dari Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), kepada detikcom Sabtu (28/3/2020).

Saat ini persebaran virus corona telah tercatat di 28 provinsi, terbanyak di DKI Jakarta. Jika anjuran physical distancing tidak diterapkan maka laju penyebarannya tidak akan bisa ditahan.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, juga mengimbau agar semua masyarakat agar menunda mudik ke kampung halaman untuk mencegah penyebaran makin meluas.

"Apalagi harus pergi ke kampung dengan keluarga yang cukup banyak di dalam satu mobil yang berdesak-desakan. Ini memberi risiko yang berlipat ganda," kata Yuri saat konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Jumat (27/3/2020).

Sementara itu, Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap prediksi epidemi virus corona di Indonesia yang diperkirakan berlangsung sampai akhir Mei hingga awal Juni 2020. Artinya, wabah corona belum berakhir saat mudik lebaran.

Salah satu peneliti yang melakukan simulasi, Nuning Nuraini, sebelumnya prediksi diperkirakan akan mengalami puncak pada akhir Maret 2020 dan berakhir di pertengahan April. Namun adanya pergeseran prediksi terjadi karena meningkatnya kasus corona di Indonesia.

"Mulai epidemi pada awal Maret 2020. Puncak epidemi pada minggu kedua atau ketiga April 2020. Akhir epidemi pada awal Mei atau awal Juni 2020," ujar Nuning dikutip dari CNN.

Nuning beserta tim menggunakan model penghitungan matematika Richard's Curve ala Korsel yang terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong pada 2003.

Prediksi akan terus diperbarui mengikuti pembaruan jumlah kasus virus corona. Nuning juga mengatakan akhir dari wabah virus corona di RI baru bisa dihitung saat puncak infeksi sudah terjadi.

Wadidaw! Ini Tanda Kamu Harus Waspada Kolesterol Tinggi

 Banyak orang tidak menyadari bahwa kolesterol dalam tubuhnya tidak normal. Ketika kadar kolesterol sangat tinggi barulah mereka merasakan efeknya. Untuk menghindari hal itu, kamu harus mengenali ciri dan gejala kolesterol tinggi.
Kolesterol memang dibutuhkan di dalam tubuh, tapi jika kadar kolesterol jahat (LDL) terlalu tinggi maka itu bisa berakibat fatal karena dapat menyumbat pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke jantung.

Hasil dari efek kolesterol tinggi yakni kamu bisa terkena penyakit atau serangan jantung. Nah, agar hal itu tidak terjadi, berikut tanda kamu harus waspada terhadap kolesterol tinggi.

Badan Mudah Lelah

Meski kadar kolesterol yang tinggi jarang terdeteksi kecuali dari hasil pemeriksaan darah, tapi dalam beberapa kasus, kolesterol juga menunjukkan gejala, salah satunya yakni tubuh cepat lelah hingga mudah mengantuk.

Sakit Kepala

Ciri lain kolesterol mulai tinggi yakni sakit kepala di bagian belakang. Rasa sakitnya akan sangat mengganggu dan terasa berat. Sakit kepala ini akan berlangsung membaik seiring dengan menurunnya kadar kolesterol dalam darah.

Nyeri Dada

Kolesterol dapat menimbulkan plak di dalam pembuluh darah. Penumpukan plak ini akan menghambat aliran darah ke jantung. Jika terjadi penyumbatan total, maka akan menyebabkan terjadinya serangan jantung. Itulah mengapa dada sering terasa nyeri saat kolesterol tinggi karena aliran darah ke jantung tidak normal.