Sabtu, 09 Mei 2020

Saran Ahli Gizi Sebelum Santap Kolak untuk Menu Buka Puasa

Bagaikan sebuah tradisi, kolak selalu menjadi menu takjil pilihan saat berbuka puasa. Rasanya yang manis dan enak, serta isiannya yang beraneka ragam membuat kolak digemari oleh banyak orang.
Dokter spesialis gizi dari Rumah Sakit Pondok Indah, dr Diana F Suganda, SpGK, MKes, mengatakan walaupun kolak memiliki rasa yang enak, sebaiknya tidak untuk dikonsumsi setiap hari. Sebab kandungan kolak yang terdiri dari gula, santan, dan juga tepung-tepungan tidak baik untuk tubuh.

"Kolak kan isinya gula-gula sederhana yang kalorinya tinggi, ada gula jawa, tepung-tepungan tuh kaya misalnya (kolak) biji salak, kemudian ada santen. Jadi kalau dimasak lama akhirnya jadi lemak jenuh," jelas dr Diana kepada detikcom, Jumat (8/5/2020).

"Jadi sebenarnya isinya malah kita terlalu banyak makan lemak jenuh dan gula sederhana yang kalorinya tinggi," lanjutnya.

Menurut dr Diana, dalam jangka panjang bila mengonsumsi kolak setiap hari bisa berisiko terkena obesitas, bahkan diabetes. Tetapi tak perlu khawatir, karena dr Diana juga memberikan tips sehat apabila ingin mengonsumsi kolak saat berbuka puasa.

"Saran saya kalau pada saat kita mau buka puasa itu buka dulu dengan air putih untuk menetralkan, kemudian buah karena buah sebenarnya juga karbohidrat yang cepat naikin gula darah dan bagus pada saat kita buka puasa, perut kosong kita isi dengan buah," ucap dr Diana memberikan saran.

"Nah baru deh habis itu kalau pengen kolak itu paling cuma setengah gelas jadi cuma nambah sedikit aja," tuturnya.

Tiba-tiba Cegukan di Tengah Berpuasa? Coba Atasi dengan Cara Ini

 Saat berpuasa, pastinya umat muslim yang menjalankannya dilarang untuk makan dan minum sebelum waktu berbuka. Kegiatan ini pun harus dilaksanakan selama kurang lebih 13 jam, sampai adzan magrib berkumandang.
Namun, di tengah jalan berpuasa ada saja hal yang terjadi di tubuh kita, salah satunya cegukan. Cegukan bisa terjadi jika otot-otot diafragma mengalami kontraksi atau kejang.

Banyak hal yang bisa memicu cegukan saat puasa, seperti makan sahur terlalu banyak atau terburu-buru, konsumsi minuman soda, terlalu banyak menelan udara, stres, gugup, cemas, dan terlalu bersemangat yang terjadi karena adanya gangguan saraf.

Biasanya untuk meredakan cegukan adalah minum air yang banyak. Tapi karena puasa, Medical News Today punya cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya tanpa minum air.

1. Tahan napas
Caranya, tarik napas yang dalam melalui hidung, kemudian tahan selama kira-kira 10 detik. Setelah itu, hembuskan perlahan dan ulangi 3-4 kali. Jika belum hilang, ulangi cara ini setiap 20 menit sekali.

2. Bernapas dalam kantong kertas
Siapkan kantong kertas yang masih bagus, lalu tempatkan mulut dan hidung pada lubang kantong. Kemudian bernapaslah di dalam kantong tersebut.

Kamu akan menghirup karbon dioksida yang ada di dalam kantong. Hal itu akan membantu otot diafragma kembali lemas.

3. Duduk sambil memeluk lutut
Untuk melakukannya, duduklah dengan posisi kaki di tekuk ke dada, peluk lutut seperti posisi meringkuk. Tahan pada posisi tersebut selama kira-kira dua menit. Posisi itu akan memberi tekanan pada area diafragma, agar udara yang terjebak bisa keluar.

4. Pijat area ulu hati
Jika langkah-langkah sebelumnya tidak berhasil, coba pijat perlahan bagian ulu hati. Otot-otot diafragma yang tegang itu berada persis di bawah ulu hati, di atas perut. Beri tekanan lembut dan perlahan pada area itu dengan ujung jari tangan selama 20-30 detik saja.

Mengenal Jenis Tumor Otak, Penyakit yang Diidap Adi Kurdi 'Keluarga Cemara'

 Adi Kurdi, pemeran Abah dalam sinetron 'Keluarga Cemara' meninggal dunia tadi pukul 11.30 WIB di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Adi Kurdi meninggal dunia karena tumor otak yang dideritanya.
"Jadi tumor otak. Ada penyumbatan dan sekarang ini penuh cairan padahal sudah disedot," jelas Istri Adi Kurdi, Bernadetta Siti Restyratuti atau akrab disapa Tuti kepada detikcom, Jumat (8/5/2020).

Dikutip dari Mayo Clinic, terdapat beberapa jenis tumor otak yakni:

1. Tumor otak sekunder (metastasis)
Ini merupakan tumor yang berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya, yang kemudian menyebar (bermetastasis) ke otak. Setiap kanker dapat menyebar ke otak, tetapi yang umum adalah kanker payudara, kanker usus besar, kanker ginjal, kanker paru-paru, dan melanoma atau kanker kulit.

2. Tumor otak primer
Tumor jenis ini berasal dari otak itu sendiri atau jaringan yang berada di dekatnya seperti selaput otak (meninges), saraf kranial, kelenjar pituitari, atau kelenjar pineal. Tumor otak primer dimulai ketika sel-sel normal mengalami kesalahan mutasi dalam deoxyribonucleic acid (DNA) mereka.

Mutasi ini memungkinan sel untuk tumbuh dan membelah dengan laju yang meningkat sehingga sel yang sehat akan mati. Hasilnya, membentuk sel menjadi abnormal dan juga tumor.

Berikut jenis tumor otak primer:

- Glioma. Tumor ini dimulai di otak atau sumsum tulang belakang dan termasuk astrositoma, ependymoma, glioblastoma, oligoastrocytoma, dan oligodendroglioma.

- Meningioma. Meningioma adalah tumor yang muncul dari selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Sebagian besar meningioma bersifat non-kanker.

- Neuroma akustik (schwannoma). Ini adalah tumor jinak yang berkembang pada saraf yang mengontrol keseimbangan dan pendengaran yang mengarah dari telinga bagian dalam ke otak.

- Adenoma hipofisis. Sebagian besar adalah tumor jinak yang berkembang di kelenjar hipofisis di dasar otak. Tumor ini dapat mempengaruhi hormon hipofisis dengan efek di seluruh tubuh.

- Medulloblastomas. Ini merupakan tumor otak yang paling umum terjadi pada anak-anak. Medulloblastoma dimulai di bagian belakang bawah otak dan cenderung menyebar melalui cairan tulang belakang. Tumor jenis ini jarang terjadi pada orang dewasa.

- Tumor sel germinal. Tumor sel germinal dapat berkembang selama masa kanak-kanak di masa kanak-kanak di mana testis atau ovarium akan berbentuk. Tetapi terkadang tumor sel germinal juga bisa mempengaruhi bagian lain dari tubuh seperti otak.

Saran Ahli Gizi Sebelum Santap Kolak untuk Menu Buka Puasa

Bagaikan sebuah tradisi, kolak selalu menjadi menu takjil pilihan saat berbuka puasa. Rasanya yang manis dan enak, serta isiannya yang beraneka ragam membuat kolak digemari oleh banyak orang.
Dokter spesialis gizi dari Rumah Sakit Pondok Indah, dr Diana F Suganda, SpGK, MKes, mengatakan walaupun kolak memiliki rasa yang enak, sebaiknya tidak untuk dikonsumsi setiap hari. Sebab kandungan kolak yang terdiri dari gula, santan, dan juga tepung-tepungan tidak baik untuk tubuh.

"Kolak kan isinya gula-gula sederhana yang kalorinya tinggi, ada gula jawa, tepung-tepungan tuh kaya misalnya (kolak) biji salak, kemudian ada santen. Jadi kalau dimasak lama akhirnya jadi lemak jenuh," jelas dr Diana kepada detikcom, Jumat (8/5/2020).

"Jadi sebenarnya isinya malah kita terlalu banyak makan lemak jenuh dan gula sederhana yang kalorinya tinggi," lanjutnya.

Menurut dr Diana, dalam jangka panjang bila mengonsumsi kolak setiap hari bisa berisiko terkena obesitas, bahkan diabetes. Tetapi tak perlu khawatir, karena dr Diana juga memberikan tips sehat apabila ingin mengonsumsi kolak saat berbuka puasa.

"Saran saya kalau pada saat kita mau buka puasa itu buka dulu dengan air putih untuk menetralkan, kemudian buah karena buah sebenarnya juga karbohidrat yang cepat naikin gula darah dan bagus pada saat kita buka puasa, perut kosong kita isi dengan buah," ucap dr Diana memberikan saran.

"Nah baru deh habis itu kalau pengen kolak itu paling cuma setengah gelas jadi cuma nambah sedikit aja," tuturnya.