Kamis, 14 Mei 2020

Jubir RI Ungkap Alasan Mengapa Kasus Corona di Indonesia Meningkat

 Jumlah kasus positif virus corona COVID-19 kembali bertambah. Hingga Jumat (27/3/2020) tercatat 1.046 kasus positif, 46 sembuh, dan 87 meninggal.
Juru bicara pemerintah dalam penanganan virus corona COVID-19, dr Achmad Yurianto, menjelaskan penambahan kasus menunjukkan proses penularan masih berlangsung di tengah masyarakat.

"Ini menandakan bahwa proses penularan masih berlangsung terus menerus di tengah masyarakat. Ini kita maknai bahwa masih ada kasus positif virus corona yang masih berada di tengah-tengah kita sekalian," jelasnya saat melakukan konferensi pers di BNPB pada Jumat (27/3/2020).

"Ini lah yang kemudian menjadi faktor utama penambahan kasus," katanya kembali menegaskan.

dr Yuri pun mengimbau agar masyarakat mulai melakukan langkah-langkah preventif yang dijelaskan pemerintah. Hal ini guna memutus rantai penularan di masyarakat.

"Maka sekali lagi mari bersama-sama kita putuskan rantai penularan ini melalui cuci tangan menggunakan sabun, jaga jarak, lakukan pola hidup sehat dengan makan buah dan sayur," tutupnya.

Ingat, Tak Semua Jenis Yoghurt Boleh Dikonsumsi Ibu Hamil

 Yoghurt sering dianggap sebagai jenis makanan sehat dan alternatif pengganti camilan yang lebih 'ramah' terhadap kesehatan tubuh. Ibu hamil seringkali memiliki nafsu makan, terutama untuk ngemil, yang lebih besar daripada sebelumnya. Nah, agar keinginan untuk ngemil terpenuhi namun tetap sehat, yoghurt bisa menjadi pilihan yang tepat.
Bagi ibu hamil penyuka yoghurt, Anda tetap masih bisa mengonsumsinya namun ada hal yang harus diperhatikan. Tidak semua yoghurt boleh dikonsumsi oleh wanita hamil, terutama saat masih berada di trimester pertama.

Head of Medical Kalbe Nutritionals dr Muliaman Mansyur menjelaskan yoghurt atau susu fermentasi berdasarkan bahan dasarnya dapat dibagi menjadi yoghurt dari susu sapi, dari susu kambing, dari susu kedelai. Sementara dari rasa kebanyakan plain, dan juga rasa buah lain seperti mangga dan strawbery.

"Tentunya dalam fermentasi susu sering menggunakan bakteri yang baik (probiotik) seperti lactobasilus dan bifidobacterium, tapi umumnya untuk food, susu probiotik yang digunakan untuk yoghurt adalah lactobasilus. Sedangkan menurut bentuknya ada yang bentuk cair atau susu, ada yang bentuk gel, ada yang cream dan bentuk powder," jelas dr Muliaman kepada detikHealth baru-baru ini.

Namun, pastikan ibu hamil memilih yogurt yang terbuat dari susu yang dipasteurisasi. Pasteurisasi merupakan sterilisasi kuman melalui pemanasan pada suhu 60-70 derajat celcius selama 30 menit dengan tujuan membunuh bakteri pathogen yang ada pada susu murni. Hal ini bertujuan agar tidak ada bakteri yang mengganggu pada perkembangan janin.

"Pada dasarnya semua yoghurt boleh, baik dan aman dikonsumsi oleh wanita hamil, terutama yang memang yoghurt berbahan dasar susu dan diperuntukan buat wanita hamil," jelasnya.

Selain itu, dr Muliaman menyarankan agar tidak mengonsumsi yoghurt secara berlebihan sampai lebih dari 700 gram per hari. Yoghurt yang dikonsumsi pun tidak mengandung lemak berlebih meskipun wanita hamil memang tetap membutuhkan lemak dalam jumlah yang aman.

"Tentunya yoghurt khusus wanita hamil ini aman dan bermanfaat buat janin karena biasanya diperkaya dengan nutrisi seperti protein, kalsium, zat besi folat, omega 3, dan rendah lemak," jelas dr Muliaman.

Biar makan yoghurt tetap enak dan bernutrisi, wanita hamil bisa mengonsumsi PRENAGEN Yoghurt Strawberry Blush sebagai asupan nutrisi segar di masa kehamilan. Susu ini merupakan jenis susu bubuk berbahan dasar susu fermentasi (acidified milk) yang dapat juga dilarutkan dengan air dingin. PRENAGEN yogurt Strawberry Blush memastikan kelengkapan nutrisi harian yang dibutuhkan ibu dan Si Kecil.

Rabu, 13 Mei 2020

Waspada! Obesitas Bisa Memperparah Infeksi COVID-19

Kegemukan atau obesitas memiliki dampak pada berbagai masalah kesehatan, salah satunya meningkatkan risiko gejala dan komplikasi yang lebih parah jika terjangkit COVID-19.
The European Association for The Study of Obesity menyebut bahwa seseorang yang mengalami obesitas memiliki risiko keparahan komplikasi COVID-19 yang lebih tinggi.

Data penelitian pada jurnal Clinical Infectious Diseases menunjukkan bahwa penderita obesitas berisiko 2 kali lebih tinggi untuk membutuhkan perawatan khusus (acute care), dan berisiko 18 kali lebih tinggi untuk membutuhkan perawatan kritis (critical care).

Risiko tersebut semakin bertambah apabila tingkat obesitasnya semakin parah. Penyebab ini diyakini berkaitan dengan gangguan metabolik, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan yang terjadi pada penderita obesitas. Seperti diketahui dari penelitian sebelumnya, gangguan-gangguan kesehatan ini mempengaruhi tingkat keparahan pasien COVID-19.

Sebelum terlambat, yuk jaga berat badan agar terhindar dari obesitas dengan membatasi asupan kalori, salah satunya dengan memilih camilan sehat yang rendah kalori serta mengandung lebih sedikit gula dan lemak. Apalagi sedang masa physical distancing seperti ini, kita jadi semakin mudah ngemil hingga tanpa sadar berat badan bertambah.

Bagi yang suka ngemil, bisa mencoba Tropicana Slim Hokkaido Cheese Cookies yang bebas gula dan hanya mengandung 100 kalori per sachet. Camilan ini cocok untuk mengganti camilan-camilan tinggi gula yang biasa dikonsumsi.

Selain itu membatasi asupan lemak juga bermanfaat untuk menjaga berat badan. Lemak adalah penyumbag kalori lebih besar dibandingkan nutrisi lain. Bahkan, kandungan kalori per gram lemak 2 kali lebih besar dibanding kandungan kalori pada karbohidrat dan protein.

Untuk membatasi asupan lemak, bisa dilakukan dengan memilih bahan makanan yang lebih rendah lemak seperti susu rendah lemak dibandingkan full cream atau masak dengan santan yang lebih rendah lemak.

Hindari memasak dengan cara deep-fry yang membuat minyak lebih banyak terserap ke bahan makanan. Sebagai gantinya, menumis bisa dijadikan opsi memasak yang lebih sehat.

Agar masakan lebih sehat, gunakan minyak dengan kandungan lemak jenuh rendah seperti Tropicana Slim Corn Oil atau Tropicana Slim Canola Oil. Jadi, di bulan Ramadhan Anda tetap bisa menyajikan hidangan istimewa dan nikmat untuk keluarga dengan kandungan lemak yang terkendali.

Pada masa pandemi COVID-19, Tropicana Slim juga menganjurkan untuk menjaga kebersihan secara maksimal. Misalnya rajin mencuci tangan, pakai masker saat ke luar rumah, rutin membersihkan permukaan benda, dan tetap mengaplikasikan physical distancing. Jaga kebersihannya, jaga juga berat badannya.

Studi Teliti 48 Hewan, Mana Saja yang Paling Rentan Terinfeksi Corona?

 Meski beberapa hewan peliharaan seperti kucing sebelumnya dilaporkan terinfeksi Corona, studi ini sebut tidak semua hewan berpotensi terinfeksi virus Corona COVID-19. Salah satunya tikus disebut lebih rentan terkena dibandingkan dengan hamster peliharaan, begitu juga dengan kalkun yang disebut lebih berisiko terinfeksi Corona daripada bebek.
Hewan apa saja yang paling mungkin terinfeksi Corona?

Ilmuwan di India menganalisis angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), reseptor virus Corona COVID-19 dari 48 hewan termasuk mamalia, reptil, dan burung. Analisisnya menggunakan pemodelan komputer untuk memperkirakan infektivitas masing-masing.

Ditemukan semua jenis primata termasuk manusia kecuali 'babon' memiliki 100 persen kemungkinan terinfeksi virus Corona COVID-19. "Sebagaimana yang dibuktikan dari sifat penyakit COVID-19 pada manusia," jelas para peneliti dari National Institute of Animal Biotechnology, ICAR-Lembaga Penelitian Veteriner India dan Dewan Penelitian Pertanian India.

Semua hewan berkuku cloven juga disebut memiliki kemungkinan 99 persen untuk terinfeksi virus Corona kecuali babi yang disebut tidak rentan terkena. Sementara tikus dan hamster memiliki kemungkinan yang lebih sedikit untuk terinfeksi dan kelinci ada di level 'sedang'.

Pada burung, bebek dan elang ekor putih, dilaporkan menunjukkan probabilitas terendah, diikuti oleh ayam. Sedangkan elang emas dan kalkun disebut memiliki probabilitas tinggi.

Para peneliti mengatakan bahwa kemungkinan masuknya virus bukan satu-satunya faktor penentu infeksi virus Corona COVID-19, sama seperti yang terjadi pada infeksi manusia dengan gejala ringan dan kondisinya tidak parah. Namun disebutkan, prediksi penelitian ini dapat membantu ilmuwan lain untuk fokus pada kemampuan spesies tertentu yang memiliki kemungkinan membawa atau menyebarkan virus Corona COVID-19.