Di tengah pandemi virus corona COVID-19 yang sedang menyebar di Indonesia, ini menimbulkan keresahan, kekhawatiran, dan pertanyaan dari masyarakat. Hal ini menyangkut dengan semakin dekatnya musim mudik ke kampung halaman.
"Kami juga memantau beberapa hal yang menjadi pertanyaan di masyarakat, terkait dengan kekhawatiran akan semakin masifnya penyebaran (virus) ini, seiring dengan mulai banyaknya saudara-saudara kita yang berasal dari Jakarta kembali ke kampung halaman masing-masing," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto saat konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Kamis (26/3/2020).
Menanggapi hal ini, Yuri mengingatkan agar masyarakat tetap melakukan pencegahan terkait virus corona. Upaya yang dilakukan itu difokuskan untuk menjaga kesehatan tubuh menjelang musim mudik yang akan tiba.
"Kembali lagi saya ingatkan, pondasi dasar dalam pengendalian penyakit ini adalah upaya pencegahan. Ini harus difokuskan kepada upaya untuk menjaga yang sehat tetap sehat, yang sehat tidak tertular penyakit ini, dan yang sehat mampu menjaga dirinya supaya tetap sehat," jelasnya.
Menurut Yuri, virus ini tidak hanya ditentukan dari mana asal orang tersebut. Tapi, dari daerah mana saja bisa membawa virus corona, bahkan yang tidak bergejala sekalipun.
Untuk memaksimalkannya, Yuri meminta agar terus menjaga jarak saat berkomunikasi dengan orang lain. Jarak saat berkomunikasi diusahakan lebih dari 2 meter jauhnya, untuk menghindari droplet atau percikan ludah orang yang sakit tersebut.
"Mari sama-sama kita patuhi ini. Tidak ada garansi bahwa jika bukan berasal dari daerah yang tidak terjangkit COVID-19, tidak membawa virus ini," lanjutnya.
20 Orang Meninggal, Tingkat Kematian Corona di Indonesia 8,73 Persen
Pemerintah pada hari Kamis (26/3/2020) mengumumkan total kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia menjadi 893 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 78 di antaranya meninggal dunia sementara 35 orang lain dinyatakan sembuh.
"Angka kematian ada penambahan 20 kasus. Sehingga totalnya ada 78 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Kamis (26/3/2020).
Dengan data tersebut artinya tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) virus corona di Indonesia saat ini ada di angka 8,73 persen. Terjadi kenaikan dari hari Rabu kemarin yang mencapai 7,34 persen.
Data yang dihimpun oleh Research Center Johns Hopkins University menunjukkan rata-rata CFR wabah corona di dunia saat ini ada di angka 4,5 persen.
Spanyol kini menjadi sorotan karena jumlah kasus pasien yang meninggal mulai meningkat tajam menyalip China. Dari 49.515 kasus di Spanyol, sebanyak 3.647 pasien meninggal dunia dan 5.367 pasien sembuh.
Sebagai perbandingan China memiliki CFR corona 4,01 persen, Italia 9,86 persen, dan Spanyol 6,80 persen.
Ilmuwan Sebut Obat Radang Sendi Bisa Sembuhkan Pasien Virus Corona
Para ilmuwan menyebutkan bahwa obat radang sendi bisa digunakan untuk mengobati pasien virus corona COVID-19 di China. Bahkan, obat ini diklaim bisa bantu menyembuhkan hingga 95 persen pasien yang kritis.
Tocilizumab atau beredar dengan nama Actemra, adalah obat radang sendi yang dimaksud. Obat ini biasanya dikonsumsi oleh penderita artritis untuk membantu mengurangi peradangan kronis.
Tetapi, sekarang obat ini diklaim dokter di China bisa mengobati virus corona setelah dicoba pada beberapa pasien yang parah dan kritis. Hasilnya, hampir semua pasien itu sudah sembuh dan diperbolehkan pulang dalam waktu dua minggu.
Dikutip dari The Sun, salah satu dokter di China, Dr Xiaoling Xu, mengatakan dalam beberapa hari pasien yang demam kembali normal. Selain itu, gejala lain yang timbul karena virus corona juga membaik.
Hasil CT scan pun menunjukkan kerusakan pada paru-paru berkurang secara signifikan dalam waktu 4-5 hari perawatan. Laporan yang meneliti hal ini pun mengatakan, tocilizumab adalah obat yang efektif untuk pasien COVID-19 dan memberikan strategi terapi baru untuk penyakit menular ini.
Beijing dilaporkan sudah menyetujui tocilizumab untuk mengobati pasien COVID-19 dengan kerusakan paru-paru yang parah karena peradangan. Obat ini bekerja dengan mengurangi kadar protein tertentu dalam tubuh yang berlebihan pada penderita rheumatoid arthritis.
Pihak Administrasi Obat Federal Amerika Serikat pun sudah memberikan jalan untuk melakukan uji coba ke pasien dengan obat itu. Namun, di Inggris belum ada pasien yang sembuh, bahkan saat uji klinis.