Jumat, 22 Mei 2020

Sajadah Masjid Berisiko Tularkan Corona? Ini Kata Dekan FKUI

Munculnya kasus virus corona COVID-19 di Indonesia membuat masyarakat waspada. Salah satu yang menjadi perhatian yaitu soal penularan melalui sajadah. Banyak imbauan di beberapa mesjid untuk akhirnya membawa sajadah sendiri demi mencegah corona.
Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menjelaskan terkait kemungkinan penularan melalui sajadah masjid.

"Sejadah masjid bisa menularkan saya rasa kembali lagi bahwa virus ini kan memang bisa bertahan relatif lebih lama satu hari dua hari jika udaranya dingin, dan akhirnya tergantung lah ini posisi sajadahnya ini adanya di mana begitu ya," jelasnya dalam konferensi pers daring FKUI Peduli COVID-19 pada Jumat (20/3/2020).

"Kalau memang itu dipakai memang dibersinkan orang pas bersin di sajadah tersebut, jadi memang nempel sajadah tersebut, (bisa terjadi penularan) jadi memang ini adalah salah satu hal kita menyetujui adanya aturan untuk membawa sajadah sendiri," lanjutnya.

Prof Ari juga menjelaskan virus akan mati di suhu 30 derajat selama 1 jam. Namun, jika udaranya dingin virus bertahan lebih lama contohnya seperti di negara Italia.

"Tapi kalau panas tadi 30 derajat minimal, tapi kalau udaranya dingin nah itu kita harus tentukan lagi. Apalagi kalau 0 derajat ya, seperti beberapa negara Italia segala macam, suhu mereka itu 2 derajat 3 derajat sehingga virusnya bisa bertahan lama di permukaan-permukaan ersebut jadi dia menular," pungkasnya.

5 Fakta Avigan, Obat yang Dipesan Jokowi untuk Lawan Corona

Selain klorokuin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memesan Avigan untuk dijadikan obat corona COVID-19 di Indonesia. Untuk sementara sekitar 5.000 Avigan dicoba terlebih dahulu.
"Obat ini sudah dicoba oleh satu, dua, tiga negara dan memberikan kesembuhan. Yaitu Avigan. Kita telah mendatangkan 5.000, akan kita coba dan dalam proses pemesanan dua juta," kata Jokowi di Istana Merdeka dalam siaran langsung di akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (20/3/2020).

Apa itu Avigan? Berikut fakta-faktanya:

1. Produksi Jepang
Avigan adalah obat yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Jepang Toyama Chemical. Obat ini mengandung bahan aktif favipiravir yang diketahui bisa menghambat aktivitas virus.

2. Jadi obat flu
Pemerintah Jepang pada tahun 2014 mengizinkan Avigan diproduksi untuk digunakan melawan wabah penyakit akibat virus influenza (flu) baru.

3. Punya efek samping serius
Avigan diproduksi secara terbatas dan hanya bisa digunakan atas resep dokter. Dikutip dari Financial Times, Avigan diketahui memiliki efek samping serius bisa menimbulkan kecacatan pada bayi baru lahir.

Oleh karena itu Avigan tidak digunakan secara luas sebagai obat flu.

4. Percepat pasien corona sembuh
Hasil tes awal yang dilakukan dokter di China menunjukkan pasien virus corona yang diberi Avigan bisa sembuh lebih cepat dibanding pasien lain.

5. Pernah digunakan untuk lawan Ebola
Avigan juga sempat digunakan dalam kondisi darurat untuk melawan wabah virus Ebola pada tahun 2016. Peneliti menyebut ada harapan obat ini bisa dimanfaatkan untuk beberapa virus lain.

Corona Jangkiti Pegawai Bank, Amankah Pegang Uang Kertas?

Seorang pegawai Bank Permata dilaporkan positif terinfeksi virus corona COVID-19. Saat ini karyawan tersebut tengah dalam pengawasan dan perawatan tim medis.
"Kami dapat konfirmasikan bahwa salah satu karyawan Bank positif terkena virus COVID-19. Karyawan tersebut saat ini sudah di bawah perawatan tim medis dan sedang dipantau manajemen," kata Head of Corporate Affairs Bank Permata, Richele Maramis, Jumat (20/3/2020).

Hingga kini penyebab penularan virus corona pada karyawan itu belum diketahui dengan pasti. Namun berbagai kemungkinan tetap bisa terjadi, salah satu yang dicurigai adalah penularan melalui uang kertas.

Lantas bisakah virus corona menular melalui uang kertas?

Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, virus corona bisa saja menular melalui uang kertas, karena kemampuannya dalam bertahan hidup di atas permukaan.

"Penularan corona ini adalah melalui droplet. Jadi ketika saya berbicara itu ada percikan. Percikan seperti itulah bisa menular apabila mengandung virus," kata Prof Ari dalam konferensi pers daring FKUI Peduli Covid-19 pada Jumat (20/3/2020).

"Misalnya kita terpercik pada uang kita, nah tinggal berapa lama uang ini. Kalau dalam hitungan menit kemudian uang itu dipegang lagi oleh orang lain, kemudian orang tersebut langsung menggaruk hidungnya, ada potensi itu bisa menular," lanjutnya.

Namun Prof Ari juga menjelaskan meski bisa menular melalui uang kertas, virus corona tidak akan bisa bertahan hidup dalam waktu yang lama di atas permukaan.

"Tapi kalau uang itu sudah lama berada di dompet, saya rasa kita tidak usah takut," pungkasnya.

Sajadah Masjid Berisiko Tularkan Corona? Ini Kata Dekan FKUI

Munculnya kasus virus corona COVID-19 di Indonesia membuat masyarakat waspada. Salah satu yang menjadi perhatian yaitu soal penularan melalui sajadah. Banyak imbauan di beberapa mesjid untuk akhirnya membawa sajadah sendiri demi mencegah corona.
Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menjelaskan terkait kemungkinan penularan melalui sajadah masjid.

"Sejadah masjid bisa menularkan saya rasa kembali lagi bahwa virus ini kan memang bisa bertahan relatif lebih lama satu hari dua hari jika udaranya dingin, dan akhirnya tergantung lah ini posisi sajadahnya ini adanya di mana begitu ya," jelasnya dalam konferensi pers daring FKUI Peduli COVID-19 pada Jumat (20/3/2020).

"Kalau memang itu dipakai memang dibersinkan orang pas bersin di sajadah tersebut, jadi memang nempel sajadah tersebut, (bisa terjadi penularan) jadi memang ini adalah salah satu hal kita menyetujui adanya aturan untuk membawa sajadah sendiri," lanjutnya.

Prof Ari juga menjelaskan virus akan mati di suhu 30 derajat selama 1 jam. Namun, jika udaranya dingin virus bertahan lebih lama contohnya seperti di negara Italia.

"Tapi kalau panas tadi 30 derajat minimal, tapi kalau udaranya dingin nah itu kita harus tentukan lagi. Apalagi kalau 0 derajat ya, seperti beberapa negara Italia segala macam, suhu mereka itu 2 derajat 3 derajat sehingga virusnya bisa bertahan lama di permukaan-permukaan ersebut jadi dia menular," pungkasnya.