Rabu, 01 Juli 2020

Virus G4 Disebut Bisa Picu Pandemi Baru, Sudah Ada Populasi yang Terpapar

 Para peneliti di China menemukan jenis baru flu babi yang disebut bisa memicu pandemi baru. Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal sains PNAS, virus ini dinamai virus G4 yang sama dengan strain H1N1 yang sempat menyebabkan pandemi flu babi di tahun 2009.
Virus G4 diamati sangat menular, bereplikasi di manusia dan menyebabkan gejala sangat serius pada hewan percobaan, dibandingkan dengan virus lain.

Disebutkan 1 dari 10 atau sekitar 10 persen pekerja di rumah potong babi telah terinfeksi G4, menurut tes antibodi yang menunjukkan paparan virus. Hasil uji juga menunjukkan sekitar 4,4 persen populasi di China tampaknya telah terpapar.

Meski belum ada bukti virus ini bisa menular antarmanusia, peneliti menyebut jika G4 terus bermutasi dan bereplikasi maka akan berisiko menyebabkan pandemi di masa yang akan datang.

Antara 2011 dan 2018, para peneliti telah mengambil 30.000 usap hidung dari babi di rumah jagal di 10 provinsi China dan di rumah sakit hewan, yang membuat peneliti menemukan sekitar 179 virus flu babi. Peneliti kemudian melakukan percobaan, termasuk pada ferret, atau musang, yang banyak digunakan dalam studi flu karena menunjukkan gejala mirip manusia.

"Semua ciri-ciri terlihat sangat beradaptasi untuk menginfeksi manusia," kata penulis, ilmuwan di China University dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, dikutip dari The Guardian.

8 Protokol Imunisasi Anak di Tengah Pandemi Corona

Di tengah pandemi virus Corona COVID-19, orang tua didorong agar tetap mengimunisasi anak. Alasannya karena imunisasi ini akan sangat bermanfaat mencegah anak jatuh sakit karena berbagai macam virus lain yang masih tetap mengancam.
"Dunia tanpa satu vaksin saja dapat melumpuhkan aktivitas milyaran penduduk dunia. Maka, manfaatkan semaksimal mungkin ketahanan tubuh buatan yang sudah ditemukan para ilmuwan dan pakar penyakit menular," kata anggota tim komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro, lewat siaran BNPB pada Selasa (30/6/2020).

Sama seperti aktivitas lainnya, imunisasi bisa dengan aman dilakukan bila menerapkan protokol kesehatan. Berikut 5 protokol kesehataan saat imunisasi seperti yang dijelaskan dr Reisa:

1. Gunakan ruang terpisah
Fasilitas kesehatan harus menyediakan ruangan khusus untuk imunisasi. Tujuannya agar anak dan orang tua tidak tercampur dengan pasien sakit yang mungkin juga mencari layanan kesehatan.

Tempat untuk imunisasi disarankan cukup luas dan memiliki sirkulasi udara yang baik

2. Ruang imunisasi rutin dibersihkan
Protokol yang wajib dilakukan lainnya adalah ruangan tempat imunisasi harus secara rutin dibersihkan dengan disinfektan. Hal ini bisa dilakukan sebelum dan setelah pelayanan.

3. Ada tempat cuci tangan
Tempat cuci tangan yang mudah diakses juga harus tersedia saat melakukan imunisasi. Bila sabun dan air bersih mengalir sulit disediakan, maka hand sanitizer bisa jadi pilihan.

4. Meja pelayanan berjarak
Meja pelayanan antara petugas dan orang tua harus diatur sedemikian rupa sehingga bisa berjarak aman 1-2 meter.

5. Ada jalur keluar
Tempat imunisasi disarankan memiliki pengaturan pola jalur dari awal masuk sampai keluar. "Jalur keluar dan jalur masuk diatur berbeda," kata dr Reisa.

6. Tempat duduk di ruang terbuka
Tempat duduk bagi orang tua atau pengantar sebaiknya disiapkan di ruang terbuka.

7. Pakai APD
Orang tua atau pengantar dan anak di atas dua tahun wajib memakai masker kain. Petugas pemberi layanan juga diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.

8. Hubungi tenaga medis bila muncul gejala usai imunisasi
Bila dalam 14 hari setelah imunisasi muncul gejala, segera menghubungi petugas kesehatan.
https://indomovie28.net/star/eiichiro-funakoshi/

Ahli Khawatirkan Efek Jangka Panjang Infeksi Corona Bertahan Seumur Hidup

Satu dari tiga pasien virus Corona COVID-19 yang sembuh dikhawatirkan masih bisa mengalami efek dari infeksi Corona seumur hidup. Hal ini karena virus Corona menyebabkan efek jangka panjang yang berupa kerusakan pada paru-paru, kelelahan kronis, hingga kerusakan otak.
Direktur klinis di NHS Seacole Center, Dr Hilary Floyd, mengaku belum bisa memastikan efek jangka panjang tersebut akan bertahan seumur hidup atau dalam beberapa waktu saja.

"Kami tidak tahu apakah orang yang berusia 50 dan 60-an saat ini jauh lebih lemah atau memiliki risiko demensia yang meningkat dalam waktu 20 tahun," katanya yang dikutip dari Mirror, Selasa (30/6/2020).

"Bahkan mereka yang masih muda dan aktif yang terinfeksi virus, kini tidak bisa bangun dari tempat tidur," imbuhnya.

Dr Hilary mengaku melihat banyak pasien usia 50-60 tahun berjuang keras untuk melawan infeksi virus ini.

"Mereka memiliki tingkat kelemahan yang tinggi untuk sembuh dari virus ini," ungkapnya.

Sebelumnya petugas medis China memperingatkan pasien yang sembuh dari Corona bisa mengalami masalah kesehatan jangka panjang. Komisi Kesehatan Nasional China pun mengingatkan pasien COVID-19 bisa mengalami depresi, insomnia, gangguan pola makan, berbagai kesehatan mental, neurologis, kerusakan otot, dan kehilangan fungsi tungkai.

Selain itu, sebuah studi dalam jurnal medis Kidney International juga menyebutkan adanya hubungan antara virus Corona dengan gagal ginjal. Dari 5.449 pasien Corona yang menjalani tes di fasilitas medis Northwell Health di Great Neck, New York, satu dari tiga pasien mengalami masalah ginjal yang parah.

Virus G4 Disebut Bisa Picu Pandemi Baru, Sudah Ada Populasi yang Terpapar

 Para peneliti di China menemukan jenis baru flu babi yang disebut bisa memicu pandemi baru. Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal sains PNAS, virus ini dinamai virus G4 yang sama dengan strain H1N1 yang sempat menyebabkan pandemi flu babi di tahun 2009.
Virus G4 diamati sangat menular, bereplikasi di manusia dan menyebabkan gejala sangat serius pada hewan percobaan, dibandingkan dengan virus lain.

Disebutkan 1 dari 10 atau sekitar 10 persen pekerja di rumah potong babi telah terinfeksi G4, menurut tes antibodi yang menunjukkan paparan virus. Hasil uji juga menunjukkan sekitar 4,4 persen populasi di China tampaknya telah terpapar.

Meski belum ada bukti virus ini bisa menular antarmanusia, peneliti menyebut jika G4 terus bermutasi dan bereplikasi maka akan berisiko menyebabkan pandemi di masa yang akan datang.

Antara 2011 dan 2018, para peneliti telah mengambil 30.000 usap hidung dari babi di rumah jagal di 10 provinsi China dan di rumah sakit hewan, yang membuat peneliti menemukan sekitar 179 virus flu babi. Peneliti kemudian melakukan percobaan, termasuk pada ferret, atau musang, yang banyak digunakan dalam studi flu karena menunjukkan gejala mirip manusia.

"Semua ciri-ciri terlihat sangat beradaptasi untuk menginfeksi manusia," kata penulis, ilmuwan di China University dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, dikutip dari The Guardian.
https://indomovie28.net/star/sun-li/