Selasa, 07 Juli 2020

Trump Klaim 99 Persen Kasus Corona di AS Tak Berbahaya, Ini Faktanya

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berulang kali melontarkan pernyataan yang menuai kontroversi terkait virus Corona COVID-19. Bahkan, baru-baru ini ia menyebut 99 persen kasus Corona di Amerika Serikat (AS) tidak berbahaya.
Pernyataan ini muncul tepat saat hari kemerdekaan Amerika Serikat 4 Juli kemarin. Di tengah pidatonya, Donald Trump kembali meminta pertanggungjawaban dari China atas wabah Corona yang terjadi di AS.

"Kami tertabrak oleh virus yang datang dari China," sebut Trump, dikutip dari The Guardian.

"Kami telah membuat banyak kemajuan. Strategi kami berjalan dengan baik. Kami sudah belajar banyak. Kami telah belajar cara memadamkan nyala api," klaim Trump.

Jumlah infeksi Corona AS mencapai 50.000 per hari, lebih tinggi dari bulan April ketika AS menghadapi wabah Corona pertama. Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular ternama di AS sudah memperingatkan lebih dulu terkait penanganan Corona di AS yang keliru.

"Saya pikir cukup jelas bahwa kita tidak menuju arah yang benar," kata Fauci.

Berulang kali menyebut virus Corona adalah virus China, Trump kembali mengatakan hal yang tidak berdasarkan fakta ilmiah.

"Sekarang kami telah menguji hampir 40 juta orang. Dengan demikian, kami menunjukkan kasus, 99 persen di antaranya benar-benar tidak berbahaya. Hasil yang tidak dapat ditunjukkan oleh negara lain karena tidak ada negara lain yang memiliki pengujian yang kami miliki, tidak dalam hal jumlah atau kualitas," jelas Trump saat pidato.

Bagaimana faktanya?
Dikutip dari The New York Times, pernyataan Trump mengenai kasus Corona 99 persen di AS salah. Tidak peduli bagaimana seseorang mendefinisikan tidak berbahaya, sebagian besar pakar kesehatan masyarakat akan benar-benar bertentangan dengan penilaian Trump.

Para ahli mengatakan Trump tampaknya hanya menggunakan perkiraan angka kematian 1 persen atau tidak menangkap seluruh dampak penyakit, dan tidak termasuk ribuan orang yang telah menghabiskan berminggu-minggu di rumah sakit. Begitu juga dengan yang berminggu-minggu di rumah dengan kondisi ringan hingga sedang. Gejala sedang masih mungkin menyebabkan masalah kesehatan yang membuat tubuh lemah.

3 Kalung Kesehatan yang Sempat Diklaim 'Antivirus' Corona

Kalung eucalyptus buatan Kementerian Pertanian (Kementan) jadi perbincangan karena sempat diklaim bisa membunuh virus Corona. Belakangan, para penelitinya meluruskan bahwa kalung tersebut tidak diklaim sebagai antivirus dan akan didaftarkan sebagai jamu.
Sebelumnya, ternyata sudah ada produk kalung yang juga diklaim bisa menangkal virus Corona. Beberapa di antaranya sempat populer di Jepang di masa-masa awal pandemi.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut tiga kalung yang pernah beredar saat pandemi virus Corona dan diklaim sebagai kalung 'antivirus Corona'. Apa saja?

1. Kalung eucalyptus
Kementerian Pertanian (Kementan) berencana memproduksi massal produk kalung dari bahan eucalyptus. Dalam uji laboratorium, disebutkan bahwa tanaman eucalyptus punya potensi membunuh virus.

Selain membuat kalung, Kementan juga lebih dulu membuat produk inovasi berbahan eucalyptus dalam bentuk inhaler, roll on, salep, dan difuser.

Berbicara mengenai hal tersebut, apa sih sebenarnya eucalyptus itu?

Di Indonesia, eucalyptus merupakan kelompok tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Tanaman ini sudah dari lama dipercaya sebagai obat yang bisa menyembuhkan dan meredakan beberapa penyakit tertentu.

Dikutip dari Medical News Today, di dunia ada lebih dari 700 spesies tumbuhan eucalyptus. Eucalyptus dari Australia disebut yang biasa dicari untuk diambil minyaknya.

Minyak atsirinya sendiri didapatkan lewat proses distilasi daunnya yang dipercaya kaya akan antioksidan.

2.Kalung antivirus 'Shut Out'
Sebelum kalung eucalyptus Kementan jadi perbincangan, ada satu produk yang serupa kalung antivirus berasal dari Jepang yang sudah lebih dulu beredar sejak awal pandemi. Kalung ini dinamakan Virus Shut Out, yang diklaim bisa melindungi penggunanya dari virus patogen selama 30 hari per produk.

Kalung ini menjadi pribadi anti-virus dan anti-bakteri. Cara kerjanya, melepaskan konsentrasi rendah klorin dioksida untuk bisa menghilangkan kuman dan virus di udara sekitarnya dengan jarak 1-2 meter.

3. Kalung pulse buatan NASA
Seperti diketahui, penyebaran virus Corona bisa terjadi di mana saja, salah satunya karena kita menyentuh wajah sendiri dengan sembarang setelah sebelumnya memegang sesuatu yang mana telah tersentuh banyak orang. Orang bisa terjangkit COVID-19 lewat mata, hidung, dan mulut. Untuk itu NASA turut berpartisipasi menekan penyebaran virus Corona dengan menciptakan sebuah kalung.

Penggunaan masker memang diutamakan, akan tetapi menghentikan kebiasaan untuk menyentuh wajah kita sendiri juga perlu diatasi. Persoalan tersebut coba diatasi NASA dengan merilis perangkat wearable berbentuk kalung.
https://cinemamovie28.com/cast/mert-aygun/

Senin, 06 Juli 2020

Wujudkan Transformasi Digital, Kominfo Gencar Kembangkan Infrastruktur

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyebut bahwa pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak negatif pada perkembangan perekonomian di Indonesia, khususnya UMKM, melainkan ada sisi lain yang berkaitan dengan komitmen pemerintah untuk mewujudkan transformasi digital di Indonesia.
"Sisi lainnya adalah COVID-19 mendorong akselerasi transformasi digital masuk era baru, era digital society, tentu infrastruktur IT (Information Technology) menjadi pendukung yang utama," ujar Johnny melalui Live Streaming HUT ke-74 BNI bertajuk 'Energy for Rising Up' yang disiarkan oleh detikcom.

Seperti diketahui bahwa pada masa pandemi ini, banyak sekali UMKM yang sebelumnya beraktivitas secara konvensional (berjualan langsung/offline) kini beralih memanfaatkan platform digital untuk melanjutkan keberlangsungan usahanya.

Johnny mengaku, pihaknya terus berupaya mengembangkan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan transformasi digital di sektor perekonomian. Mulai dari pengembangan jaringan broadband hingga pemasangan jaringan kabel atau fiber optik yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selain infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM) juga sangat penting dikembangkan guna mengelola infrastruktur IT yang dikembangkan. Menurutnya, untuk mendukung transformasi digital, Indonesia setidaknya hingga tahun 2035 membutuhkan 9 juta talenta digital yang berijazah SMK/Sarjana untuk bersama-sama membangun ekosistem digital.

Tidak hanya infrastruktur dan SDM yang dikembangkan, Johnny juga mengingatkan masyarakat agar menggunakan fasilitas yang sudah ada dengan bijak. Sebab, melalui operasi cyber yang dilakukan Kominfo, ditemukan banyak sekali hoax di media sosial yang berdampak pada perkembangan UMKM. Namun seluruhya telah di-takedown dengan bekerja sama bersama pihak-pihak yang berkepentingan.

"Transformasi digital itu punya prasyarat. Prasyaratnya itu apa? Ruang digital kita, kita gunakan secara cerdas. Ruang digital kita, kita gunakan secara bermanfaat. Ruang digital kita, kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, bagi bangsa, bagi negara," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies menyebut pihaknya turut mendukung upaya pemerintah untuk membantu pelaku UMKM yang terdampak pandemi agar dapat bertahan sekaligus mewujudkan transformasi digital ke depannya.

"Kami punya komitmen yang sangat tinggi untuk bagaimana kita bisa membangun UMKM. Pada saat pandemi ini ternyata yang paling berdampak paling besar di sisi UMKM, artinya mereka mungkin menjadi tidak produktif karena banyak sekali kegiatan yang tutup, toko yang tutup, PSBB tidak ada lagi interaksi," ujar Corina.

Corina memaparkan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di era new normal, BNI menghadirkan beberapa inovasi dan solusi untuk nasabah seperti transaksi tanpa menyentuh tombol EDC untuk kartu kredit dan TopCash, transaksi bisa dilakukan melalui platform WhatsApp, transaksi hanya dengan menunjukkan QR (CPM) yang ada di BNI Mobile Banking, dan transaksi di marketplace unicon (Tokopedia, Bukalapak, dll) menggunakan Debit/Credit BNI.

Selain memberikan fitur dan layanan yang memungkinkan nasabah bertransaksi dari mana saja sekaligus mendukung transformasi digital, Corina menyebut bahwa pada saat pandemi ini, BNI juga melakukan berbagai upaya untuk mengedukasi para nasabahnya yang belum terbiasa menggunakan fasilitas digital.

"Kita menghubungi seluruh merchant kami untuk kami lakukan pendataan apakah mereka masih produksi, tokonya buka, kemudian kegiatannya seperti apa. Ini yang kami bantu dengan link payment, kita buatkan payment gatewaynya, kita buatkan linknya, EDC, kemudian buatkan cara bertransaksi, termasuk marketingnya," lanjut Corina.

Adapun bentuk bantuan yang diberikan adalah membantu UMKM BNI melalui pembiayaan dan pelatihan webinar, membantu UMKM BNI go digital melalui e-commerce/fintech & menyiapkan sarana pembayaran melalui payment gateway, payment link, EDC, dan lainnya.

Tentunya pandemi tidak menghalangi kita semua untuk meningkatkan kapabilitas dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman melalui cara yang aman. Untuk itulah BNI mempersembahkan Live Streaming Uniting Energy for Indonesia in New Normal yang dapat disaksikan oleh siapapun dari tempatnya berada.
https://artikeinspiratif.blogspot.com/feeds/posts/default?max-results=400