Presiden Amerika Serikat Donald Trump berulang kali melontarkan pernyataan yang menuai kontroversi terkait virus Corona COVID-19. Bahkan, baru-baru ini ia menyebut 99 persen kasus Corona di Amerika Serikat (AS) tidak berbahaya.
Pernyataan ini muncul tepat saat hari kemerdekaan Amerika Serikat 4 Juli kemarin. Di tengah pidatonya, Donald Trump kembali meminta pertanggungjawaban dari China atas wabah Corona yang terjadi di AS.
"Kami tertabrak oleh virus yang datang dari China," sebut Trump, dikutip dari The Guardian.
"Kami telah membuat banyak kemajuan. Strategi kami berjalan dengan baik. Kami sudah belajar banyak. Kami telah belajar cara memadamkan nyala api," klaim Trump.
Jumlah infeksi Corona AS mencapai 50.000 per hari, lebih tinggi dari bulan April ketika AS menghadapi wabah Corona pertama. Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular ternama di AS sudah memperingatkan lebih dulu terkait penanganan Corona di AS yang keliru.
"Saya pikir cukup jelas bahwa kita tidak menuju arah yang benar," kata Fauci.
Berulang kali menyebut virus Corona adalah virus China, Trump kembali mengatakan hal yang tidak berdasarkan fakta ilmiah.
"Sekarang kami telah menguji hampir 40 juta orang. Dengan demikian, kami menunjukkan kasus, 99 persen di antaranya benar-benar tidak berbahaya. Hasil yang tidak dapat ditunjukkan oleh negara lain karena tidak ada negara lain yang memiliki pengujian yang kami miliki, tidak dalam hal jumlah atau kualitas," jelas Trump saat pidato.
Bagaimana faktanya?
Dikutip dari The New York Times, pernyataan Trump mengenai kasus Corona 99 persen di AS salah. Tidak peduli bagaimana seseorang mendefinisikan tidak berbahaya, sebagian besar pakar kesehatan masyarakat akan benar-benar bertentangan dengan penilaian Trump.
Para ahli mengatakan Trump tampaknya hanya menggunakan perkiraan angka kematian 1 persen atau tidak menangkap seluruh dampak penyakit, dan tidak termasuk ribuan orang yang telah menghabiskan berminggu-minggu di rumah sakit. Begitu juga dengan yang berminggu-minggu di rumah dengan kondisi ringan hingga sedang. Gejala sedang masih mungkin menyebabkan masalah kesehatan yang membuat tubuh lemah.
3 Kalung Kesehatan yang Sempat Diklaim 'Antivirus' Corona
Kalung eucalyptus buatan Kementerian Pertanian (Kementan) jadi perbincangan karena sempat diklaim bisa membunuh virus Corona. Belakangan, para penelitinya meluruskan bahwa kalung tersebut tidak diklaim sebagai antivirus dan akan didaftarkan sebagai jamu.
Sebelumnya, ternyata sudah ada produk kalung yang juga diklaim bisa menangkal virus Corona. Beberapa di antaranya sempat populer di Jepang di masa-masa awal pandemi.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut tiga kalung yang pernah beredar saat pandemi virus Corona dan diklaim sebagai kalung 'antivirus Corona'. Apa saja?
1. Kalung eucalyptus
Kementerian Pertanian (Kementan) berencana memproduksi massal produk kalung dari bahan eucalyptus. Dalam uji laboratorium, disebutkan bahwa tanaman eucalyptus punya potensi membunuh virus.
Selain membuat kalung, Kementan juga lebih dulu membuat produk inovasi berbahan eucalyptus dalam bentuk inhaler, roll on, salep, dan difuser.
Berbicara mengenai hal tersebut, apa sih sebenarnya eucalyptus itu?
Di Indonesia, eucalyptus merupakan kelompok tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Tanaman ini sudah dari lama dipercaya sebagai obat yang bisa menyembuhkan dan meredakan beberapa penyakit tertentu.
Dikutip dari Medical News Today, di dunia ada lebih dari 700 spesies tumbuhan eucalyptus. Eucalyptus dari Australia disebut yang biasa dicari untuk diambil minyaknya.
Minyak atsirinya sendiri didapatkan lewat proses distilasi daunnya yang dipercaya kaya akan antioksidan.
2.Kalung antivirus 'Shut Out'
Sebelum kalung eucalyptus Kementan jadi perbincangan, ada satu produk yang serupa kalung antivirus berasal dari Jepang yang sudah lebih dulu beredar sejak awal pandemi. Kalung ini dinamakan Virus Shut Out, yang diklaim bisa melindungi penggunanya dari virus patogen selama 30 hari per produk.
Kalung ini menjadi pribadi anti-virus dan anti-bakteri. Cara kerjanya, melepaskan konsentrasi rendah klorin dioksida untuk bisa menghilangkan kuman dan virus di udara sekitarnya dengan jarak 1-2 meter.
3. Kalung pulse buatan NASA
Seperti diketahui, penyebaran virus Corona bisa terjadi di mana saja, salah satunya karena kita menyentuh wajah sendiri dengan sembarang setelah sebelumnya memegang sesuatu yang mana telah tersentuh banyak orang. Orang bisa terjangkit COVID-19 lewat mata, hidung, dan mulut. Untuk itu NASA turut berpartisipasi menekan penyebaran virus Corona dengan menciptakan sebuah kalung.
Penggunaan masker memang diutamakan, akan tetapi menghentikan kebiasaan untuk menyentuh wajah kita sendiri juga perlu diatasi. Persoalan tersebut coba diatasi NASA dengan merilis perangkat wearable berbentuk kalung.
https://cinemamovie28.com/cast/mert-aygun/