Rabu, 07 Oktober 2020

Psikolog: Bukan Diagnosis, Impostor Syndrome adalah Istilah Awam

 Istilah impostor tiba-tiba saja menjadi tren di kalangan anak muda, populer gara-gara game viral Among Us. Menurut pakar, impostor syndrome adalah istilah awam dan bukan diagnosis klinis.

Istilah impostor belakangan ini dikaitkan dari sebuah game viral among us yang menampilkan karakter pemain yang berwarna-warni dengan masing-masing tugas yang berbeda.


Tidak hanya sebatas permainan saja, namun game ini membutuhkan strategi. Salah satu karakter disebut dengan 'impostor' bertugas untuk membunuh pemain lain, tapi sebisa mungkin ia tak diketahui.


Bahkan, sang 'impostor' bisa saja membohongi karakter lain, dengan menuduh merekalah impostor sebenarnya. Game yang sederhana namun membutuhkan trik 'menipu dan mengelabui' ini menjadi alternatif menghabiskan waktu bersama teman-teman saat merasa bosan.


Apakah karakter impostor di Among Us ada kaitannya dengan impostor syndrome?

Psikolog klinis Kasandra Putranto dari Kasandra & Associate mengatakan impostor adalah istilah yang secara resmi tidak ada. Para psikolog dan psikiater biasanya akan menggunakan istilah-istilah yang memang sudah disepakati dan masuk penggolongan diagnosa tersebut.


"Istilah impostor syndrome ini juga bagi saya semacam diagnosa keranjang sampah. Akhirnya semua kriteria dimasukan. Jadi orang merasa 'oh mirip ya' ini juga secara psikologis ada kondisi psikologis sendiri yang akhirnya mungkin atau suka self diagnosis," beber Kasandra, saat ditemui detikcom, Jumat (2/10/2020).


Selain itu, Kasandra juga mengatakan bahwa impostor adalah istilah yang diciptakan oleh orang awam. Dan para ahli tidak melihat impostor syndrome ini sebagai suatu diagnosa klinis.

https://nonton08.com/demolition/


Ingin Imun Tubuh Kuat Biar Tak Kena COVID-19? Ikuti Cara RSI Banjarnegara


Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara mulai mengembangkan tanaman obat. Selain untuk pengobatan, tanaman obat ini juga digunakan untuk meningkatkan imun tubuh di masa pandemi COVID-19.

"Selain untuk pengobatan, tanaman obat ini juga bisa meningkatkan imun tubuh. Mengingat saat ini masih dalam pandemi COVID-19. Dengan mengkonsumsi beberapa tanaman obat, badan menjadi lebih segar dan hangat," ujar Direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto saat ditemui di rumah sakit, Selasa (6/10/2020).


Ia menyebut, saat ini ada 500 lebih tanaman obat yang dibudidayakan. Meskipun kebun tanaman obat sementara baru ada di dua tempat. Yakni di Desa Sipedang Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara dan memanfaatkan lahan di sekitar rumah sakit.


"Sementara ini baru dua tempat yakni di sekitar rumah sakit dan di Desa Sipedang. Jumlahnya ada 500 lebih tanaman dengan berbagai jenis," sebutnya.


Namun nantinya, tanaman obat akan terus dikembangkan di desa-desa lain di Banjarnegara. Ia mengaku sudah menggandeng Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Kodim 0704 untuk ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat perihal budidaya tanaman obat.


"Harapan kami nanti akan semakin banyak masyarakat yang menanam tanaman obat. Kemudian nanti akan dilakukan penelitian lebih jauh terkait manfaat dari masing tanaman obat ini. Sementara ini sudah banyak hasil penelitian dari beberapa universitas terkait manfaat tanaman obat ini," jelasnya.


Tanaman obat yang ditanam di antaranya jambu biji, kelapa hijau, sereh, kapulaga, jahe, umbi-umbian dan tanaman obat lainnya. Sementara ini, di RSI sudah menggunakan tanaman obat untuk penyakit seperti batuk.


"Sejauh ini untuk penyakit seperti batuk, RSI Banjarnegara menggunakan madu dengan fermentasi beberapa zat aktif. Selain itu, ada juga yang digunakan untuk meningkatkan imun tubuh. Seperti temulawak, kunyit, jahe dan tanaman empon-empon lainnya," ujarnya.

https://nonton08.com/false-colors/

Rentan Kena COVID-19, Ini Saran Dokter untuk Penderita Obesitas

  Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data pada situs resmi covid.go.id per 6 Oktober 2020, jumlah kasus positif telah mencapai 311.176.

Sejak mewabah di dunia, COVID-19 memang bisa menyerang siapa saja, khususnya orang dengan penyakit tertentu seperti jantung, diabetes, dan lainnya. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Jawa Barat dr. Gaga Irawan Nugraha pun mengatakan orang yang memiliki obesitas menjadi salah satu yang rentan terserang COVID-19.


Lebih lanjut dr. Gaga menjelaskan sejak COVID-19 muncul di Amerika Serikat pada April lalu, terdapat lebih dari 42% kasus kematian di Kota New York ternyata merupakan orang yang memiliki obesitas. Hal ini mengingat orang dengan obesitas umumnya memiliki lemak lebih banyak pada permukaan sehingga reseptor menempel virus lebih luas.

https://nonton08.com/our-kind-of-traitor/


"Lemak tubuh mereka yang mengalami obesitas itu tersebar di mana-mana, jantung banyak lemak, juga perut. Sehingga ketika terinfeksi COVID-19 sulit bernafas, akibatnya paru-paru lebih kecil karena jantung tertimbun lemak," ujar dr. Gaga dikutip dari situs resmi covid.go.id, Rabu (7/10/2020).


Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam talkshow 'Obesitas dan Risiko COVID-19' di Media Center Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Graha BNPB Jakarta pada Selasa (29/9).


Dalam talkshow tersebut, dr. Gaga mengimbau agar mereka yang mengalami obesitas dapat mengubah gaya hidup dan pola makan sehat sehingga terhindar dari COVID-19. Para pemilik obesitas juga perlu menghindari gula dalam bentuk makanan, makanan manis, serta makanan terbuat dari tepung terigu, kanji, atau tepung beras.


"Semua camilan sekarang terbuat dari tepung terigu. Itulah yang paling meningkatkan gula darah dan memudahkan obesitas," jelasnya.


Tak hanya itu, dr. Gaga menjelaskan terkait cara diet sehat bagi obesitas, yakni dengan menjaga pola makan teratur tiga kali sehari.


Pasalnya, dengan pola makan teratur, kebutuhan nutrisi utama tubuh dan lebih dari 80% zat gizi yang diperlukan tubuh sudah terpenuhi sehingga mencegah untuk mengonsumsi camilan.


"Stop semua camilan yang mengandung gula dan tepung. Makan buah-buahan yang berair banyak," ujarnya.


Sementara itu Wakil Ketua Bidang Apoteker Advance dan Spesialis PP Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kerry Lestari Dandan juga menegaskan para pemilik obesitas untuk berhenti ngemil dan mengonsumsi karbohidrat berlebihan.


Menurutnya, kebijakan bekerja dari rumah terkadang membuat lupa waktu di depan gadget, lupa olahraga dan mengonsumsi banyak makan camilan. Akibatnya, berat badan pun menjadi bertambah karena akses makanan lebih dekat dan kurang aktivitas olahraga.


Oleh karena itu, ia menyarankan bagi pemilik obesitas untuk mengkonsumsi ramuan herbal sebagai pengganti camilan yang lebih aman dan bergizi dibanding karbohidrat dan makanan olahan dari tepung. Misalnya seperti teh hijau yang kaya antioksidan sehingga bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan mengendalikan obesitas, atau stevia yang bisa mencegah penambahan berat badan.


"Minum stevia rutin di pagi hari itu bagus dan berasa ada lemak di saluran pembuangan kita," pungkasnya.


Guna mencegah infeksi virus Corona, menjaga pola hidup sehat memang menjadi hal yang penting. Selain dengan mengonsumsi makanan yang sehat, pastikan selalu untuk menerapkan protokol kesehatan.


Oleh karena itu, selalu #IngatPesanIbu untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 seperti yang dikampanyekan #SatgasCOVID19 dengan melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan).

https://nonton08.com/from-vegas-to-macau-iii/