Rabu, 02 Desember 2020

Vaksin Jadi, COVID-19 Berakhir? Tak Segampang Itu, Ini Penjelasannya

 Hingga saat ini angka infeksi COVID-19 di dunia masih belum menunjukkan angka perubahan yang baik. Dikutip dari laman Worldometer ada 63 juta kasus positif COVID-19 di dunia, 1 juta di antaranya meninggal dunia, dan 44 juta jiwa sudah dinyatakan sembuh.

Meski demikian, para ilmuwan dan peneliti saat ini berlomba-lomba untuk menciptakan vaksin guna untuk menghentikan pandemi Corona. Vaksin dianggap sebagai unsur penting dalam upaya mengatasi penyebaran penyakit menular dari waktu ke waktu, termasuk pandemi baru yang hingga ini masih melanda berbagai penjuru dunia dan belum bisa diatasi sepenuhnya.


Namun apakah vaksin bisa mengakhiri pandemi COVID-19?


Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan vaksin memang instrumen penting dalam kendalikan pandemi. Tetapi, dalam prosesnya butuh waktu yang tak singkat.


"Kita harus sadari bahwa vaksin itu tidak seketika menghilangkan pandemi karena adanya tantangan pembuatan vaksin, karena tidak mudah dan kapasitasnya terbatas, adanya ambang cakupan yang harus dipenuhi, jadi secara teoritis 60-70 persen penduduk harus divaksinasi," jelas Dirga dalam Virtual Talkshow Kebaikan Vaksin Pulihkan Indonesia bersama detikcom, Selasa (1/12/2020).


Atas dasar tersebut, Dirga mengatakan, sembari menunggu vaksin COVID-19 masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes), salah satunya dengan menerapkan 3M yakni mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak.


"Oleh karena itu sambil menunggu vaksinnya ada sekarang dan sekalipun nanti vaksinnya ada tentu kita tetap harus terus menerapkan protokol pencegahan, 3M-nya harus jalan terus," tambah Dirga.


"Vaksin dapat membantu mengakhiri pandemi tapi membutuhkan waktu dan tidak bisa seketika," tegasnya.

https://indomovie28.net/movies/bitter-moon/


Insecure Dibilang Mirip Bumil, Wanita di Jaksel Pangkas Bobot 21 Kg


 Viral wanita berhasil memangkas 21 kilogram hanya dalam waktu 6 bulan. Motivasi wanita ini hingga akhirnya menurunkan berat badan semata-mata karena kerap diejek hingga akhirnya merasa insecure.

Adalah Rismawati Meliandini (20) asal Jakarta Selatan yang membagikan kisah suksesnya melalui akun media sosial pribadinya. Kisah yang ia ceritakan berhasil menuai banyak respons positif dari netizen yang ingin mengikuti program diet yang ia jalani.


"Yang kali ini buat diri sendiri, makasih udah bertahan sejauh ini," ungkapnya di akun TikTok @rmeliandini.


Saat dikonfirmasi detikcom, Risma mengatakan bahwa ia sering insecure lantaran selalu mendapat perkataan tidak enak dari orang sekitar mengenai bentuk tubuhnya. Ia juga bercerita bahwa ia sering diejek sebagai ibu hamil.


"Sebagai perempuan aku suka ngerasa insecure, sampe pas gemuk aku dikatain ibu hamil. Akhirnya, aku bertekad untuk program diet pelan-pelan sekaligus untuk mengatur pola hidup baru yang sehat," katanya.


"Tips menu diet aku dari berat badan 83 sampai 65, aku bener-bener ngga makan nasi. Aku makan sayur-sayuran rebus, kentang rebus, telur rebus, tahu, atau tempe. Kadang ada ayam rebus terus aku pakein sambel, biar ga eneg pas makannya," cerita Risma saat ditanya tentang menu diet andalannya.


"Nah, setelah berat badan aku 63 sampai sekarang di 61, aku kadang makan nasi. Seminggu bisa 3-4 kali dan porsinya ngga banyak-banyak," tambahnya.


Sebelum diet, Risma terbiasa makan makanan apapun, seperti ikan teri alus, bakwan jagung, nasi hangat, cumi asin, sambal, dan jengkol. Selain itu, ia juga hobi mengonsumsi makanan cepat saji serta minuman manis.


"Pesan aku sih, don't give up. Semua ngga ada yang instan dan semua butuh proses. Justru kita harus cintai prosesnya. Kuncinya konsisten dan sabar," ungkapnya.

https://indomovie28.net/movies/zombieland-double-tap/

Singgung Pejabat Terinfeksi COVID-19, Satgas Ingatkan Siapapun Bisa Kena

 Ramai kabar pejabat daerah terinfeksi COVID-19, mulai dari menteri sampai walikota. Kabar terbaru yang dilaporkan contohnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Riau Syamsuar.

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menanggapi dengan mengingatkan agar para pejabat tidak lengah. Virus bisa menyerang siapa saja, tidak memandang status sosial dan ekonomi.


"Ini perlu menjadi perhatian siapapun, terutama juga pejabat publik agar tetap berhati-hati dan menjaga protokol kesehatan. Karena penularan dapat berasal dari siapapun, dari orang-orang terdekat, keluarga, ajudan, pengemudi, dan dari orang lainnya," kata Wiku dalam konferensi pers perkembangan mingguan COVID-19 yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (1/12/2020).


"Untuk itu, tidak terkecuali apakah dia pejabat atau apakah dia anggota masyarakat biasa tetap sekali lagi jangan pernah lengah karena masalah ini tetap berada di sekitar kita," lanjutnya.


Wiku menambahkan agar kepala daerah juga lebih tegas menegakkan disiplin dan sanksi untuk mereka yang tidak mematuhi protokol sesuai dengan aturan.


"Tanpa pandang bulu," pungkas Wiku.

https://indomovie28.net/movies/if-i-were-you/


Vaksin Jadi, COVID-19 Berakhir? Tak Segampang Itu, Ini Penjelasannya


Hingga saat ini angka infeksi COVID-19 di dunia masih belum menunjukkan angka perubahan yang baik. Dikutip dari laman Worldometer ada 63 juta kasus positif COVID-19 di dunia, 1 juta di antaranya meninggal dunia, dan 44 juta jiwa sudah dinyatakan sembuh.

Meski demikian, para ilmuwan dan peneliti saat ini berlomba-lomba untuk menciptakan vaksin guna untuk menghentikan pandemi Corona. Vaksin dianggap sebagai unsur penting dalam upaya mengatasi penyebaran penyakit menular dari waktu ke waktu, termasuk pandemi baru yang hingga ini masih melanda berbagai penjuru dunia dan belum bisa diatasi sepenuhnya.


Namun apakah vaksin bisa mengakhiri pandemi COVID-19?


Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan vaksin memang instrumen penting dalam kendalikan pandemi. Tetapi, dalam prosesnya butuh waktu yang tak singkat.


"Kita harus sadari bahwa vaksin itu tidak seketika menghilangkan pandemi karena adanya tantangan pembuatan vaksin, karena tidak mudah dan kapasitasnya terbatas, adanya ambang cakupan yang harus dipenuhi, jadi secara teoritis 60-70 persen penduduk harus divaksinasi," jelas Dirga dalam Virtual Talkshow Kebaikan Vaksin Pulihkan Indonesia bersama detikcom, Selasa (1/12/2020).


Atas dasar tersebut, Dirga mengatakan, sembari menunggu vaksin COVID-19 masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes), salah satunya dengan menerapkan 3M yakni mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak.


"Oleh karena itu sambil menunggu vaksinnya ada sekarang dan sekalipun nanti vaksinnya ada tentu kita tetap harus terus menerapkan protokol pencegahan, 3M-nya harus jalan terus," tambah Dirga.


"Vaksin dapat membantu mengakhiri pandemi tapi membutuhkan waktu dan tidak bisa seketika," tegasnya.

https://indomovie28.net/movies/the-cook-the-thief-his-wife-her-lover/