Sabtu, 05 Desember 2020

ASI Perah Bau Tengik, Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya

 Salah satu masalah umum yang kerap dialami oleh ibu menyusui adalah air susu ibu (ASI) yang berbau tidak sedap, rasa yang menyerupai sabun dan warna yang berubah. Penyebabnya yaitu enzim lipase yang terkandung dalam ASI. Kadar enzim lipase yang terlalu banyak dapat menyebabkan perubahan bau, rasa, dan warna pada ASI yang diperah.

Lipase merupakan enzim yang penting untuk memecah ASI agar mudah dicerna oleh bayi. Lipase diproduksi di pankreas. Meredith Walls CNM NP, konsultan laktasi, menjelaskan bahwa sampai saat ini, belum ada studi yang menunjukan bahwa banyaknya enzim lipase dapat berdampak buruk bagi kesehatan bayi. Bayi akan tetap mampu mencerna ASI tanpa masalah.


"Satu-satunya masalah, yaitu tidak semua bayi suka minum ASI perah yang berubah rasa atau berbau," ujar Walls.


Dikutip dari Parenting Firstcry, berikut 5 cara untuk mengatasi perubahan bau, rasa dan warna akibat banyaknya enzim lipase pada ASI.


1. Hindari simpan ASI perah terlalu lama

Untuk mengubah rasa dan bau, enzim lipase memerlukan waktu yang cukup lama. Sehingga untuk mencegah ASI berbau tidak sedap dan berubah rasa, hindari penyimpanan ASI terlalu lama. Ibu menyusui dapat langsung memberikan ASI langsung selama beberapa jam atau hari yang sama setelah proses memerah.


2. Catat waktu setelah memerah

Salah satu cara untuk menghindari bau tengih pada ASI perah, ibu menyusui dapat mencatat jam atau hari pada kantong ASI tersebut. Pada umumnya perubahan akan terjadi pada beberapa jam sampai beberapa hari. Untuk mengetahui secara pasti kapan enzim lipase mengubah rasa pada ASI, ibu menyusui dapat menggunakan metode trial and error dengan melihat kapan bayi mulai menolak ASI yang telah disimpan. Setelah itu, ibu menyusui dapat menyesuaikan durasi penyimpanan ASI yang sesuai.


Selain itu, cara lain untuk mencegah ASI berbau, berubah rasa dan warna, ibu menyusui juga dapat menyesuaikan tekanan dan kecepatan memerah ASI.


KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA

https://cinemamovie28.com/movies/i-lost-my-body/


Viral Kena Infeksi Payudara Gara-gara Kebanyakan Micin, Benarkah?


Seorang wanita membagikan pengalamannya terkena mastitis atau infeksi jaringan payudara di aplikasi TikTok. Pemilik akun @fzhhps itu mengaku, penyebab mastitis yang diidapnya adalah sering mengonsumsi makanan yang banyak mengandung penyedap rasa.

"Aku baru selesai operasi. Sakit itu gak enak, sumpah," tulis @fzhhps dalam videonya.


"Semua ini terjadi karna, keseringan makan, makanan-makanan ini. Terutama buat perempuan, kurangin makan mincin, junkfood, dll yang menggunakan penyedap rasa," tulis akun @fzhhps.


Dikonfirmasi detikcom, Jumat (04/12/2020), wanita bernama Fauziahh ini menjelaskan penyebab mastitis yang ia idap karena terlalu sering makan makanan dengan tambahan monosodium glutamat atau MSG. Karena itu, Fauziahh mengaku akan berhenti memakan makanan yang mengganggu kesehatannya lagi.


"Soalnya aku emang suka banget makan makanan yang micin-micin gitu. Sekarang udah di-stop semua gak makan yg aneh-aneh lagi biar cepet sembuh," ujarnya.

https://cinemamovie28.com/movies/accelerator/

Virus Corona Diduga Sudah Menyebar Sebelum Pertama Terdeteksi di China

  Para ilmuwan pertama kali mendengar tentang Sars-CoV-2 setelah virus itu terdeteksi di China hampir setahun yang lalu. Namun, virus itu mungkin sudah menyebar lama sebelum dilaporkan, ungkap sebuah studi baru.

Ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menerbitkan temuan mereka dalam jurnal Clinical Infectious Diseases.


Secara resmi, virus itu dianggap mulai menyebar pada 31 Desember 2019, ketika otoritas kesehatan di kota Wuhan di China mengeluarkan peringatan tentang serangkaian kasus yang terkait dengan virus yang menyerang pernapasan secara misterius.


Siapa orang pertama yang memicu wabah virus corona?

Virus corona di China: Pejabat yang menutup-nutupi adanya kasus baru akan 'dipermalukan seumur hidup'

Tetapi sekarang, sebelas bulan kemudian, para peneliti mengidentifikasi bahwa 39 orang dari tiga negara bagian AS sudah mengembangkan antibodi virus Corona dua minggu sebelum kasus itu dilaporkan di China.


Di AS, kasus pertama Sars-Cov-2 tidak teridentifikasi hingga 21 Januari 2020.


Studi tersebut menemukan ada antibodi virus Corona pada 106 sampel darah dari total 7.389 yang dikumpulkan dari donasi darah rutin yang diadakan di seluruh AS antara 13 Desember 2019 hingga 17 Januari 2020.


Adanya antibodi dalam darah seseorang berarti mereka telah terpapar virus dan sistem kekebalannya memicu respons defensif.


Secara spesifik, dari jumlah tersebut, 39 sampel darah yang didonasikan di negara bagian California, Oregon dan Washington pada 13-16 Desember memiliki antibodi virus Corona.


Studi ini juga menemukan antibodi pada 67 sampel darah yang dikumpulkan di Connecticut, Iowa, Massachusetts, Michigan, Rhode Island, dan Wisconsin pada awal Januari - sebelum wabah meluas di negara bagian tersebut.


Mayoritas dari mereka yang pernah terinfeksi adalah laki-laki, dengan usia rata-rata 52 tahun.


Para peneliti percaya beberapa dari antibodi tersebut dapat diproduksi sebagai respons kekebalan terhadap virus Corona lain yang beredar di dunia.


Namun, penulis mengatakan sejumlah besar orang yang ditemukan dengan antibodi dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa di antaranya sangat mungkin terkena COVID-19 saat itu.


Gejala Covid-19, penyebaran, penanganan, pengobatan dan penyembuhan di tengah rekor kasus baru Indonesia 8.369 orang

Para peneliti masih berpendapat bahwa penularan komunitas yang meluas di AS belum terjadi hingga akhir Februari, tetapi bagaimana temuan ini mengubah apa yang kita ketahui tentang awal pandemi?

https://cinemamovie28.com/movies/acceleration/


Kapan virus Corona muncul?

Covid 19, AS, pandemi covid 19, china


Wabah pertama virus Corona Sars-CoV-2 pada awalnya dikaitkan dengan pasar makanan di Wuhan, China (Getty Images)


Kapan tepatnya virus Sars-Cov-2 muncul adalah pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah bisa kita jawab.


Ada beberapa indikasi bahwa virus tersebut telah beredar berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan, sebelum wabah pertama menyebar di Wuhan pada Desember 2019.


Tetapi para peneliti CDC mengatakan salah satu keterbatasan penelitian mereka adalah ketidakmampuan untuk menentukan apakah orang yang mereka teliti terinfeksi di negara mereka sendiri atau saat bepergian.


Palang Merah, yang mengumpulkan sampel yang digunakan untuk penelitian, mengatakan hanya 3% dari pendonor darah yang melaporkan pernah melakukan perjalanan ke luar negeri sebulan sebelum melakukan donor darah.


Dan dari jumlah tersebut, hanya 5% yang mengatakan mereka telah bepergian ke Asia.


Studi lain menemukan bukti virus sudah ada sebelum peringatan resmi dikeluarkan di China.


Pada bulan Mei lalu, para ilmuwan Prancis mengatakan pengujian pada sampel menunjukkan seorang pasien yang dirawat karena dugaan pneumonia di dekat Paris pada 27 Desember sebenarnya mengidap virus Corona.


Para peneliti di beberapa negara juga menemukan virus Corona di air limbah yang dikumpulkan berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum kasus di Wuhan, China, dilaporkan.


Pada bulan Juni, para ilmuwan Italia mengatakan air limbah dari dua kota, Milan dan Turin, mengandung jejak virus Corona pada 18 Desember, jauh sebelum kasus pertama dikonfirmasi di negara itu.


Sementara itu di Spanyol, sebuah penelitian menemukan jejak virus dalam air limbah yang terkumpul pada pertengahan Januari di Barcelona, sekitar 40 hari sebelum kasus lokal pertama dilaporkan.

https://cinemamovie28.com/movies/weathering-with-you/