Psikiater senior Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, meninggal dunia pada Kamis (3/12/2020). Meninggalnya Prof Dadang disampaikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dikabarkan Prof Dadang meninggal karena COVID-19. Namun menurut Ketua IDI Daeng M Faqih, pihaknya masih mengecek kebenaran penyebab meninggalnya Prof Dadang Hawari.
"Sedang diverifikasi kebenarannya," ujar Daeng M Faqih, ketika dikonfirmasi detikcom, Jumat (4/12/2020).
Salah satu pejabat Humas PB IDI Dr. Abdul Halik Malik, MKM, menyebut, Prof Dadang terkonfirmasi positif COVID-19. Namun hingga kini belum diketahui apakah meninggalnya akibat COVID-19.
Berikut profil Prof Dadang Hawari:
1. Psikiater Kondang
Prof Dadang Hawari merupakan psikiater beken. Dia mengadopsi konsep agama untuk mengobati pasien.
Konsep Prof Dadang yakni Biology, Psychology, Social and Spiritual (BPPS).
Dia kerap tampil di televisi sebagai narasumber untuk berbagai kasus psikologi.
Tempat praktik di rumahnya di daerah Tebet Barat, Jakarta Selatan.
2. Ceramah Kesehatan
Dadang dikenal sebagai Guru Besar Tetap di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dia kerap memberikan ceramah-ceramah berkonsep kesehatan.
3. Menulis Buku
Prof Dadang Hawari dikenal juga telah menulis buku.
Dia menulis buku antara lain Manajemen stress, cemas dan depresi, dan Konsep Islam memerangi AIDS & Naza.
4. Kehidupan Pribadi
Prof Dadang lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 16 Juni 1940. Dadang dibesarkan dalam keluarga dai. Ayahnya, K.H. Iskandar Idries, bekerja sebagai mubalig di Pekalongan. Ibunya bernama Hj. Siti Aisyah.
Dadang menikah dengan Hj. Ernie Hawari, pada 14 Februari 1965, dan dirayakan pada 30 September 1965. Dia dikaruniai empat anak bernama Hanief Hawari, Irawati Hawari, dan Ivonny Hawari.
Selamat jalan Prof Dadang Hawari!
https://cinemamovie28.com/movies/the-monkey-king-3/
Misteri Asal-usul COVID-19, Setahun Sejak Pasien Pertama Ditemukan di Wuhan
Setahun lalu, pasien COVID-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, China. Kasus pertama yang diketahui komunitas medis internasional Wuhan hingga kini masih belum jelas asal-usulnya.
Menurut studi The Lancet di akhir Januari lalu, pasie pertama mulai menunjukkan gejala pada 1 Desember 20129. Namun, keluarga pasien COVID-19 tersebut tak pernah mengalami demam atau masalah pernapasan.
Faktanya, para peneliti hingga kini tak dapat menemukan hubungan epidemiologis antara siapa yang mereka yakini sebagai pasien pertama dan penularan COVID-19 di kasus berikutnya.
Dikutip dari CBS8, studi ini ditulis para peneliti China, mengamati 41 pasien konfirmasi positif COVID-19 pertama yang dirawat di RS. Konferensi pers Senin kemarin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berkomitmen untuk terus mencari tahu asal-usul COVID-19.
"Kami ingin tahu asal usulnya dan kami akan melakukan segalanya untuk mengetahui asal usulnya," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, kepada wartawan.
Virus Corona baru ini kala itu akhirnya meninggalkan provinsi Hubei, China, dan menyebar ke berbagai wilayah di dunia termasuk Eropa dan Amerika Serikat. Belakangan sebuah studi juga menemukan kemungkinan Corona menyebar lebih awal di Amerika Serikat beberapa minggu dari yang sebelumnya dilaporkan.
Para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menemukan antibodi COVID-19 dalam lusinan donor darah yang diambil antara 13 Desember 2019 hingga 17 Januari 2020.
Pada Selasa kemarin, AS memiliki kasus virus Corona terbanyak di dunia dengan lebih dari 13,5 juta. Disusul oleh India, Brazil, Rusia dan Prancis sebagai negara dengan kasus terbanyak.
Jumlah kematian akibat COVID-19 hingga kini terus bertambah bahkan sudah menyentuh 1,5 juta kasus. Beberapa vaksin COVID-19 kini tengah dikembangkan, dua di antaranya sudah melaporkan hasil akhir dengan efektivitas melebihi 90 persen.
