Selain punya ukuran instalasi yang sangat besar, (Call of Duty: Modern Warfare membutuhkan 188GB), franchise Call of Duty (COD) juga menghasilkan pemasukan yang sangat besar bagi Activision.
Selama 2020 ini, COD memberikan pemasukan sebesar USD 3 miliar atau sekitar Rp 42 triliun untuk Activision. Pemasukan itu berasal dari penjualan game, microtransaction dalam game, merchandise, dan biaya lisensi.
Menurut Activision, jumlah ini meningkat 40% secara year over year dalam hal penjualan game. Di luar versi mobile, diperkirakan ada 200 juta orang yang memainkan COD di PC ataupun konsol selama 12 bulan ke belakang.
85 juta di antaranya bermain Warzone, yang merupakan battle royale versi gratis, dan pertama diluncurkan pada Maret lalu, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (7/12/2020).
Pertumbuhan pemasukan yang tinggi ini menurut Activision salah satunya disebabkan karena model bisnis baru mereka, yaitu berbagi ekosistem. Executive VP dan GM Activision Byron Beede pun menjanjikan kalau COD Black Ops Cold War adalah game baru yang sangat hebat, dengan mode kampanye yang keren.
Pada 16 Desember mendatang, Activision akan merilis konten Warzone musim pertama untuk Black Ops Cold War, yang berisi peta dan mode baru. Ada juga 30 senjata baru dan pengalaman Gulag yang baru.
Call of Duty: Mobile adalah salah satu game gratis yang paling populer di iPhone untuk 2020 ini. Game ini hanya kalah dari Among Us yang ada di posisi satu.
https://tendabiru21.net/movies/angel/
Indonesia Pakai Frekuensi 2,3 Ghz untuk 5G, Ini Kata Qualcomm
Indonesia bakal menggunakan frekuensi 2,3 Ghz untuk 5G. Padahal frekuensi tersebut jarang digunakan oleh banyak negara lain untuk menggelar jaringan penerus 4G, apa kata Qualcomm soal ini?
Senior Vice President and General Manager, Mobile, Compute, and Infrastructure Qualcomm Technologies, Alex Katouzian mengatakan pihaknya mendukung apapun frekuensi yang digunakan, mulai dari 400 Mhz hingga 39 Ghz. Dalam hal dukungan 2,3 Ghz, itu bukanlah halangan.
Alex memahami soal frekuensi 2,3 Ghz yang tidak digunakan oleh banyak negara. Sehingga ada kekhawatiran ponsel yang dialokasikan untuk 2,3 Ghz bakalan tidak dapat digunakan di tempat lain.
"Kendati begitu dari perspektif Qualcomm, kami tidak melihat adanya halangan sama sekali. Malah 2,3 GHz sangat bagus dalam hal penetrasi, panjang gelombang dan lainnya," terang Alex saat sisi tanya jawab Snapdragon Tech Summit 2020 yang berlangsung online, Rabu (12/2/2020).
Jika ada kendala dengan OEM membuat smartphone untuk 2,3 Ghz, mungkin melakukan kombinasi model dapat mengatasi masalah tersebut.
"Menurut pendapat saya, jika mampu melakukan beberapa kombinasi model, OEM malah dapat memenuhi 80% kebutuhan smartphone 5G dunia," pungkas Alex.
Sebelumnya diberitakan Untuk memuluskan penggelaran layanan 5G di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melelang pita frekuensi 2,3 GHz.
Kominfo membuka seleksi pengguna pita frekuensi radio 2,3 GHz pada rentang 2360-2390 MHz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler.
Seleksi penghuni baru di pita frekuensi 2,3 GHz disebut sebagai bagian Kominfo untuk mendukung transformasi digital di sektor ekonomi, sosial, dan pemerintah, karena masih terdapat blok frekuensi radio yang saat ini belum ditetapkan pengguna pita frekuensi radio.
Selain itu, lelang frekuensi 2,3 GHz ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jaringan bergerak seluler, meningkatkan kualitas layanan secara maksimal, serta mendorong akselerasi penggelaran infrastruktur TIK dengan teknologi generasi kelima (5G).