Senin, 01 Februari 2021

Waduh, China Temukan Produk Susu Terkontaminasi Virus Corona

 China lagi-lagi temukan jejak COVID-19 pada makanan. Kali ini produk susu jujube dinyatakan positif mengandung SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dan sudah beredar di setidaknya 14 tempat di China.

Dari tempat-tempat tersebut, lima kota di Shandong, enam di Guizhou, China Barat Daya, dan Lishui di Provinsi Zhejiang, China Timur, melaporkan sampel positif pada susu jujube setelah produk tersebut dijual secara online dan diedarkan kepada pelanggan, kata pihak berwenang setempat pada Sabtu.


Meski demikian pihak berwenang menyatakan risiko penyebab infeksi ini masih rendah.


Dikutip dari Global Times, otoritas kesehatan provinsi Guizhou menguji 720 orang yang terlibat. Sejauh ini, tidak ada kasus positif yang dilaporkan. Orang-orang terkait di karantina untuk observasi medis dan studi epidemiologi masih berlangsung.


Menurut komisi kesehatan provinsi Guizhou, risiko terinfeksi virus tetap rendah. Susu jujube yang tercemar telah disimpan pada suhu kamar selama lebih dari satu bulan sejak impor bahan baku, pengolahan dan produksi sampai ke tangan konsumen.


Bubuk whey impor yang digunakan untuk membuat susu yang dites positif mengidap virus Corona, diproduksi oleh perusahaan makanan dari Zaozhuang, Shandong pada 19 Januari. Pejabat terkait tidak melaporkan dari negara mana bubuk whey itu berasal.

https://indomovie28.net/movies/falsely-accused-2/


Viral di Tiktok, Wanita Cantik Ini Ceritakan Awal Mula Punya Kumis-Jenggot


 Viral wanita cantik asal Jakarta, Nisya Fadhilah, yang menjadi sorotan netizen karena memiliki kumis dan jenggot. Banyak netizen yang mengatakan dirinya cantik sekaligus ganteng.

Dalam video viral di akun TikTok pribadinya @mmsvante, ia bercerita kalau kumis dan jenggot mulai muncul di masa pubertas. Nisya mengatakan dirinya sudah memiliki bulu lebat sejak kecil, ia juga sempat mencoba untuk mencukur dan laser.


"Sudah coba ke dokter buat cek kenapa kaya gini, tapi gue tuh lebih karena hormon, dan dari kecil memang sudah punya bulu banyak, jadi kaya bingung," cerita Nisya dalam akun TikToknya, dilihat detikcom pada Senin (25/1/2021).


Nisya mengatakan dirinya memiliki kelebihan hormon androgen, yang merupakan hormon laki-laki. Tetapi, hal tersebut tidak menjadi suatu masalah bagi dirinya.


"Kebanyakan hormon androgennya, jadi kebanyakan hormon laki-laki gitu. Tapi emang nggak kenapa-kenapa, kaya yaudah emang kumisan dan jenggotan gitu," ujarnya.


Hingga saat ini banyak komentar positif yang memuji dirinya karena memiliki wajah yang cantik dan ganteng. Tetapi, ada juga netizen yang memberikan komentar negatif tentang penampilannya.


"Ada juga komen negatif cuma manggil ini abang atau mbak? paling gitu doang, atau ini mas atau mba? ngomongnya gitu doang," tambahnya.


Namun Nisya mengaku bersyukur bisa menginspirasi banyak orang untuk self love atau mencintai diri sendiri. Ia mengaku bangga bisa memberi semangat untuk orang lain agar lebih percaya diri.


"Alhamdulillahnya aku jadi inspirasi orang-orang untuk self-love dan aku bangga gitu loh, ih alhamdulillah kalau ada orang yang bisa percaya diri entah dianya yang nggak pede, bukan cuma karena dia punya kumis atau ini aja ya," ujar Nisya.


Lalu bagaimana awal mula dirinya bisa memiliki kumis dan jenggot? Simak videonya DI SINI

https://indomovie28.net/movies/falsely-accused/

4 Fakta Tes COVID-19 Saliva, Tes Corona yang Disebut Bakal Ganti PCR

 Jenis tes COVID-19 yang umum digunakan saat ini adalah rapid test antigen dan swab Polymerase Chain Reaction (PCR). Tes COVID-19 PCR dinilai sebagai metode dengan tingkat akurasi yang paling tinggi.

Saat ini pemerintah menyebut tengah mempertimbangkan metode lain untuk pengujian COVID-19, yakni dengan tes saliva atau air liur. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan sejumlah lembaga tengah melakukan penelitian terhadap metode tes COVID-19 dengan saliva.


"Di tahun 2021 ini di dalam rangka mempercepat dan memperluas tes PCR, kami sedang melakukan penelitian untuk mengganti swab dengan saliva. Saliva adalah air liur, sedangkan swab itu adalah cairan yang diambil dari belakang hidung kita," kata Bambang dalam webinar ILUNI UI, Sabtu (30/1/2021).


Lalu, seperti apa tes COVID-19 saliva? Dikutip dari beberapa sumber, berikut fakta-fakta tes saliva sebagai tes pendeteksi virus Corona.


1. Menggunakan air liur

Tes COVID-19 saliva adalah metode pendeteksi virus Corona dengan menggunakan sampel air liur. Dikutip dari WebMd, tes saliva mendeteksi materi genetik virus dalam sampel air liur dengan kecepatan yang sama seperti metode swab yang mengumpulkan materi melalui mulut atau hidung.


Sebuah penelitian yang dilakukan peneliti dari Memorial Sloan Kettering mengumpulkan sampel dari 285 karyawan pada puncak wabah COVID-19 di New York. Para partisipan memiliki gejala atau pernah terpapar COVID-19.


Masing-masing partisipan memberikan sepasang sampel. Beberapa diminta untuk melakukan metode swab nasofaring yang diambil melalui hidung dan sampel air liur. Beberapa partisipan lain, melakukan metode swab orofaringeal yang dikumpulkan melalui mulut dan air liur.


Kemudian, beberapa partisipan diminta menggunakan metode swab nasofaring dan sampel dari berkumur, metode pengumpulan lain yang sedang diuji. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kesepakatan antara saliva dan swab yang diberikan melalui mulut adalah 93 persen, dan sensitivitasnya adalah 96,7 persen.

https://indomovie28.net/movies/snake-eyes-g-i-joe-origins/


Metode swab yang diberikan melalui hidung dan air liur memiliki hasil yang sesuai 97,7 persen, dengan sensitivitas 94,1 persen. Sedangkan metode berkumur hanya efektif 63 persen dalam mendeteksi virus. Kesepakatan antara metode swab hidung dan berkumur adalah 85,7 persen.


2. Sampel bisa bertahan hingga 24 jam

Sampel air liur stabil hingga 24 jam bila disimpan dengan kantong es atau pada suhu ruang.


Peneliti mendeteksi tidak ada perbedaan konsentrasi pada saat pengumpulan, delapan jam kemudian atau 24 jam kemudian.


3. Mengurangi risiko penyebaran virus

Sampel air liur yang dikumpulkan sendiri sama baiknya dalam mendeteksi COVID-19 seperti swab hidung yang diberikan oleh petugas kesehatan. Metode ini dinilai lebih aman karena bisa meminimalisir terjadi penyebaran virus pada staf medis saat mengumpulkan sampel.


"Pandemi saat ini telah memberikan tekanan yang signifikan pada rantai pasokan, dari swab hingga alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan petugas kesehatan untuk mengumpulkan sampel dengan aman," jelas ketua peneliti Esther Babady, direktur layanan mikrobiologi klinis di Memorial Sloan Kettering Pusat Kanker di New York City.


"Penggunaan air liur yang dikumpulkan sendiri memiliki potensi untuk meminimalkan penyebaran virus ke petugas kesehatan dan mengurangi kebutuhan perangkat khusus, seperti swab dan media transportasi virus," ujarnya.


4. Sudah dilakukan di sejumlah negara

Tes COVID-19 saliva sudah dilakukan di sejumlah negara. Dikutip dari Reuters, Singapura telah menyetujui menggunakan alat tes COVID-19 dari Advanced MedTech Holdings untuk digunakan dalam menguji air liur dari dalam tenggorokan.


"Pasien hanya perlu mengeluarkan air liur dari dalam tenggorokan dan meludah ke dalam botol spesimen untuk tes," ujar Advanced MedTech.


Selain itu, beberapa negara lain seperti Hong Kong dan Taiwan sudah menggunakan sampel air liur sebagai alat pendeteksi virus Corona.

https://indomovie28.net/movies/the-eye/