Berita tentang penggunaan swab anal untuk pengujian COVID-19 telah mengejutkan warga China. Metode ini lebih akurat daripada usap hidung dan tenggorokan, meskipun sulit bagi penerimanya.
Melonjaknya kasus COVID-19 di beberapa wilayah China membuat pemerintah mengetatkan protokol pengujian, terlebih bagi mereka yang datang dari luar negeri. Mereka diharuskan menjalani empat tes, yakni tes darah, swab hidung, tenggorokan, dan anal.
"Kamu melepas celana, berbaring, kemudian Anda bisa merasakan penyeka kapas dimasukkan ke dalam anus dua kali, yang memakan waktu sekitar 10 detik," kata salah satu warga kepada Beijing News.
Warga lainnya, Douyacai, seorang mahasiswa yang baru kembali dari Korea Selatan, menjalani swab anal di Beijing pada hari ke-14 karantina. Dalam postingan di media sosial China, Douyacai mengatakan ia dites dua kali melalui lubang anus.
"Hanya rasa malu yang tidak ada habisnya. Tak ada perasaan lain. Semoga berhasil," sebutnya.
"Tidak menyakitkan, tapi rasa malu yang luar biasa,"
Pakar kesehatan mengatakan kepada media pemerintah China CCTV bahwa usapan anal lebih akurat dalam mendeteksi virus corona. Mereka mengklaim jejak virus bisa bertahan lebih lama di anus daripada di saluran pernapasan.
Tes tersebut dilakukan dengan memasukkan kapas sekitar tiga hingga lima sentimeter ke dalam rektum dan diputar beberapa kali. Sama halnya dengan metode hidung, usap akan dilepas dan ditempatkan dengan aman ke dalam wadah sampel.
"Seluruh prosedur memakan waktu sekitar 10 detik," ungkap Komisi Kesehatan Nasional China.
Lebih dari 1.200 siswa di sekolahnya di distrik selatan Daxing dan kontak dekat mereka diuji dengan metode usap anal, menurut Global Times.
https://indomovie28.net/movies/fools-gold/
Eropa Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Corona AstraZeneca
Pada Jumat (29/1/2021), European Medicines Agency Uni Eropa akhirnya memberikan rekomendasi izin penggunaan vaksin Corona yang dikembangkan AstraZeneca-Oxford untuk kelompok usia di atas 18 tahun. Ini membuat vaksin AstraZeneca menjadi vaksin ketiga yang mendapatkan izin penggunaan di Eropa.
Menurut pernyataan lembaga tersebut, vaksin ini menunjukkan efektivitas sekitar 60 persen dalam uji coba. Tetapi, masih belum ada hasil yang cukup untuk menentukan seberapa baik vaksin ini bekerja pada kelompok usia di atas 55 tahun.
"Dengan opini positif ketiga ini, kami telah memperluas gudang vaksin yang tersedia untuk negara-negara anggota Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) untuk memerangi pandemi dan melindungi warganya," kata Emer Cooke selaku Direktur Eksekutif EMA, dikutip dari Reuters, Sabtu (30/1/2021).
Mengetahui kabar ini, CEO AstraZeneca yaitu Pascal Soriot pun menyambut baik keputusan tersebut. Ia menekankan, vaksin yang dikembangkannya ini efektif, baik, dan bisa melindungi pasien Corona.
"Rekomendasi hari ini menggarisbawahi nilai dari vaksin Covid-19 AstraZeneca yang bukan hanya efektif dan punya toleransi baik, tetapi juga mudah diberikan dan, yang terpenting, melindungi sepenuhnya dari penyakit parah dan rawat inap," jelasnya dalam sebuah pernyataan.