Jumat, 05 Februari 2021

Wanita Ini Ngaku Flu Padahal Kena COVID-19, Sekeluarga Tertular dan Meninggal

 Akibat nekat menyembunyikan diagnosa positif COVID-19, seluruh anggota keluarga dari wanita ini meninggal dunia. Adalah Verónica García Fuentes, wanita berusia 36 tahun yang dinyatakan terinfeksi COVID-19 pada Desember lalu.

Ia mulanya menjalani isolasi mandiri di rumah usai tes PCR-nya menunjukkan hasil positif, ia juga mengeluhkan gejala COVID-19 demam. Mirisnya, ia malah berbohong kepada keluarganya, Fuentes beralasan kepada suami dan anaknya kalau dirinya hanya mengidap flu berat.


Dikutip dari Newsweek, ia merahasiakan diagnosa positif Corona lantaran ketakutan. Padahal, wanita ini sudah dinyatakan positif Corona saat dalam perjalanan ke pesta keluarga.


Fuentes yang positif COVID-19 di pertengahan Desember, baru memberitahu suami soal diagnosa positif Corona pada akhir Desember. Sementara di awal Januari, kondisinya semakin memburuk, ia mengidap pneumonia dan harus dirawat di RS.


Sang suami, José Antonio 33 tahun, dan ketiga anaknya menjalani rapid test dengan hasil non-reaktif. Namun, dua minggu kemudian, ia dan anak-anaknya dinyatakan positif COVID-19, tetapi tak menunjukkan gejala.


Kondisi Jose juga ikut memburuk, ia mengalami gejala COVID-19 parah seperti istrinya, seminggu kemudian pasangan ini meninggal. Ketiga anaknya juga meninggal dunia pada akhir Januari.


Otoritas kesehatan di Venezuela ikut menyoroti kasus ini, mendesak warganya untuk tak menganggap remeh COVID-19 dan selalu melakukan pencegahan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker. Para ahli juga mengingatkan kasus asimptomatik tetap perlu diwaspadai, beberapa kasus tanpa sadar mengalami gejala ringan hingga fatal usai sebelumnya tak mengeluhkan gejala apapun.

https://tendabiru21.net/movies/samurai-hustle/


Ada Temuan Narkoba Jalanan Jenis Baru, Terbuat dari Obat Bius Kuda


Ada jenis baru narkoba jalanan yang berbahaya kini tengah berkembang dan ramai di gunakan di Amerika Serikat (AS).

Jenis baru tersebut dinamai xylazine, racikan obat penenang yang biasanya digunakan untuk membius hewan terutama kuda.


Dikutip dari laman CNN, narkoba jenis xylazine yang juga dikenal sebagai 'tranq', telah menjadi opioid (obat penenang) yang terus berkembang di AS.


Dalam jurnal Injury Prevention, hampir sepertiga dari semua kasus overdosis obat penenang di Philadelphia AS, disebabkan oleh xylazine.


Pada tahun 2010 hingga 2015, xylazine hanya terdeteksi pada 2 persen kematian akibat overdosis heroin dan atau fentanil di Philadelphia. Namun pada 2019, proporsinya melonjak sampai 31 persen.


Xylazine bukan untuk manusia

Xylazine adalah obat penenang yang digunakan untuk hewan. Berbeda dengan ketamin (yang juga sebenarnya diperuntukkan bagi hewan), xylazine belum mendapat persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, FDA untuk digunakan ke manusia.


Pada jurnal Injury Prevention, pada manusia, xylazine dapat menekan saraf pusat dan sistem pernapasan yang menyebabkan tekanan darah rendah serta detak jantung yang lambat.


Jika dikombinasikan dengan opioid untuk menciptakan "tranq dope", xylazine bisa menyebabkan kematian saat dikonsumsi.


Masih belum jelas kenapa xylazine muncul sebagai jenis narkoba populer baru. Namun ahli epidemiologi penyalahgunaan zat di Departemen Kesehatan Masyarakat Philadelphia, Jewell Johnson MPH, punya jawaban tersendiri.


Kata Jewell, kemungkinan xylazine dianggap memiliki efek sedatif (menenangkan) yang kuat.


"Kami telah mendengar dalam kelompok fokus orang-orang pengguna narkoba di Philadelphia bahwa tranq dope (xylazine) dapat membuat kamu merasa seperti menggunakan obat bius (heroin) di masa lalu," jelasnya kepada CNN.


Jika terjadi overdosis, Jewell mengatakan, dokter kemungkinan memberikan tindakan termasuk nalokson atau pemberian obat yang digunakan untuk menghalangi efek overdosis opioid, hingga melakukan tindakan seperti memberikan ventilasi atau alat bantu nafas hingga melakukan intubasi.

https://tendabiru21.net/movies/now-you-see-me/

Soal 'Lockdown Akhir Pekan' di Sejumlah Daerah, Ini Pesan Epidemiolog UGM

 Pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menanggapi banyaknya daerah yang memberlakukan lockdown saat akhir pekan nanti. Menurutnya, kebijakan itu harus dibarengi dengan penguatan tracing, testing dan treatment (3T) agar hasilnya maksimal.

"Kalau pengetatan di akhir pekan ini mau berhasil maka sebaiknya pengawasan dan 3T-nya juga diperkuat, karena jika hanya satu sisi saja maka tidak akan memberikan hasil yang signifikan," kata Pakar Epidemiologi UGM Bayu Satria melalui keterangan tertulis dari Humas UGM untuk wartawan, Jumat (5/2/2021).


Menurutnya, kondisi penyebaran COVID-19 saat ini memang sudah masif. Di mana salah satu cara menekan penyebaran dengan melakukan pembatasan mobilitas masyarakat.


"Karena virus SARS-CoV-2 ini menular terutama via kontak langsung yang dapat dicegah salah satunya dengan menjaga jarak berupa pengetatan, tentu saja masker juga jangan lupa," ujarnya.


Bayu melanjutkan, lockdown akan efektif bukan dilihat dari durasinya tetapi dilihat dari pelaksanaan di lapangan seberapa ketat dan ditunjang dengan 3T yang diperkuat secara masif. Salah satunya dapat dilakukan dengan melibatkan relawan.


Dia mencontohkan, sejumlah negara yang dinilai telah cukup berhasil dalam mengendalikan kasus COVID-19 seperti Taiwan, Korea Selatan, dan Selandia baru melakukan pengetatan di awal terutama di perbatasan disertai 3T yang sangat masif.


"Idealnya, pembatasan dilakukan dalam durasi 14 hari mengikuti masa inkubasi virus. Namun hal ini menurutnya juga perlu mempertimbangkan sejumlah aspek, terutama dari sisi ekonomi," ucapnya.


Namun kembali lagi, kebijakan pengetatan dan pelonggaran kegiatan masyarakat perlu disesuaikan dengan kondisi daerah. Semua itu agar sektor kesehatan dan perekonomian bisa berjalan beriringan.


"Kalau kondisi sedang gawat atau zona merah disertai faskes yang mulai penuh BOR-nya maka perlu pengetatan disertai peningkatan 3T secara lebih besar," kata Bayu.


Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, resmi mengeluarkan surat edaran (SE) terkait gerakan 'Jateng di Rumah Saja' yang bakal diberlakukan selama dua hari pada akhir pekan nanti.


Surat edaran tersebut bernomor 443.5/0001933 tentang Peningkatan Kedisiplinan dan Pengetatan Protokol Kesehatan pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Tahap II di Jawa Tengah.


Surat tersebut ditujukan kepada Bupati Wali Kota se-Jawa Tengah dengan poin pertama yang menyebutkan 'Gerakan Jateng di Rumah Saja' merupakan gerakan bersama seluruh komponen masyarakat di Jawa Tengah dalam rangka memutus transmisi dan menekan penyebaran COVID-19 dengan cara tinggal di rumah/ kediaman/tempat tinggal dan tidak melakukan aktivitas di luar lingkungan rumah/ kediaman/ tempat tinggal masing-masing.


"Dilaksanakan secara serentak pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 6 dan 7 Februari 2021," kata Ganjar dikutip dari surat tersebut.

https://tendabiru21.net/movies/now-you-see-me-2/


Wanita Ini Ngaku Flu Padahal Kena COVID-19, Sekeluarga Tertular dan Meninggal


Akibat nekat menyembunyikan diagnosa positif COVID-19, seluruh anggota keluarga dari wanita ini meninggal dunia. Adalah Verónica García Fuentes, wanita berusia 36 tahun yang dinyatakan terinfeksi COVID-19 pada Desember lalu.

Ia mulanya menjalani isolasi mandiri di rumah usai tes PCR-nya menunjukkan hasil positif, ia juga mengeluhkan gejala COVID-19 demam. Mirisnya, ia malah berbohong kepada keluarganya, Fuentes beralasan kepada suami dan anaknya kalau dirinya hanya mengidap flu berat.


Dikutip dari Newsweek, ia merahasiakan diagnosa positif Corona lantaran ketakutan. Padahal, wanita ini sudah dinyatakan positif Corona saat dalam perjalanan ke pesta keluarga.


Fuentes yang positif COVID-19 di pertengahan Desember, baru memberitahu suami soal diagnosa positif Corona pada akhir Desember. Sementara di awal Januari, kondisinya semakin memburuk, ia mengidap pneumonia dan harus dirawat di RS.

https://tendabiru21.net/movies/norwegian-woods/