Senin, 01 Maret 2021

Vaksin 'Dendritik' Nusantara dari Indonesia Masuk Daftar WHO

 Vaksin COVID-19 bernama Vaksin Nusantara, sebelumnya vaksin Joglosemar, yang diprakarsai Terawan Agus Putranto sempat membuat heboh. Pasalnya vaksin dianggap sebagian ahli dibuat dengan metode yang tidak biasa, yaitu menggunakan platform sel dendritik.

Secara teori vaksin bekerja dengan langkah pertama mengambil sel dendritik (komponen sel darah putih) dari seseorang. Sel tersebut lalu 'dikenalkan' pada antigen dari virus SARS-COV-2 di laboratorium, kemudian disuntikkan kembali ke dalam tubuh. Harapannya sel dendritik yang sudah mengenali virus tersebut akan memicu respons imun.


"Untuk vaksin COVID dengan sel dendritik ini pertama kali di dunia," kata salah satu peneliti Vaksin Nusantara, Dr Yetty Movieta Nency, SPAK, saat ditemui di RSUP dr Kariadi Semarang beberapa waktu lalu.


Dari 74 vaksin tersebut, ada dua kandidat vaksin yang diketahui memakai platform sel dendritik. Satu vaksin dikembangkan oleh China dan satunya lagi Indonesia.Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan setidaknya sampai tanggal 26 Februari 2021 sudah ada 74 kandidat vaksin COVID-19 di dunia yang dalam tahap uji klinis dan masuk dalam daftar WHO.


Vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik dari Indonesia yang terdaftar di WHO disebut dikerjakan oleh AIVITA Biomedical, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), dan Kementerian Kesehatan.


"Kalau kita lihat (kandidat -red) yang nomor 51 di Indonesia ini bahwa memang partisipannya 27 orang uji klinis fase satu. Dilakukan sejak Desember sampai 31 Januari 2021," kata Prof Tjandra dalam webinar yang disiarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Senin (1/2/2021).


"Nanti kalau fase satunya lewat tentu akan diterukan fase dua, tiga, dan seterusnya. Mereka mentargetkan kalau semua berjalan akan sampai 2022," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/insanity-3/


Kata IDI soal Prediksi COVID-19 Jadi Endemik: Itu Baru Hipotesis


- COVID-19 diprediksi akan menjadi endemik oleh para ilmuwan. Menurut studi yang dimuat Februari lalu, akan ada saatnya virus Corona hanya mewabah di sejumlah wilayah dalam waktu tertentu.

Menanggapi hal ini, ketua tim mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menegaskan prediksi COVID-19 menjadi endemik baru sebatas hipotesis saja. Terlebih menurutnya angka positivity rate pun masih tinggi.


"Masih hipotesa, itu hipotesa jadi masih dugaan. Jadi kalau misalnya sekarang bicara endemik ya mungkin nanti, tapi sekali lagi kita belum firm untuk menyatakan itu," beber dr Adib Khumaidi, SpOT dalam konferensi pers Senin (1/3/2021).


Prediksi tersebut menurutnya sama dengan pernyataan virus Corona COVID-19 akan menjadi seperti flu biasa. Hingga kini, dr Adib menegaskan belum ada data yang kuat menunjukkan COVID-19 akan menjadi endemik.


"Tetapi kita belum bisa mengatakan sekarang karena kita masih dalam situasi yang global, karena pandemi itu global jadi kita belum melangkah ke sana," tegasnya.


Adib menekankan pernyataan yang beredar terkait COVID-19 menjadi endemik juga ditekankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya berupa hipotesa atau dugaan.


"Karena seperti yang kita sampaikan tadi masih banyak hal yang tinggi, positivity rate masih tinggi dan pernyataan itu pun kemarin disampaikan oleh WHO itu hanya berupa hipotesa dan kita belum melangkah ke sana," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/insanity-2/

Good Doctor Luncurkan Aplikasi, Ini Bedanya dengan Telemedis Lain

 Good Doctor menggelar grand launch aplikasi layanan kesehatan terpadu dengan tema #GoodDoctorGoodIndonesia. Dengan memiliki aplikasi sendiri, Good Doctor menargetkan untuk menyediakan 1 dokter untuk setiap satu keluarga di Indonesia.


Seperti diketahui sebelumnya Good Doctor menjadi partner dalam layanan Grab Health yang tersedia di aplikasi Grab. Menurut Managing Director Good Doctor Indonesia, Danu Wicaksana, kerja sama dengan Grab akan terus berjalan, sementara peluncuran aplikasi ditargetkan untuk menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan layanan telemedis.


"Selama satu tahun terakhir kita memang dikenal di GrabHealth, kita ada dalam aplikasi mem-power GrabHealth. Tanggapannya baik, selama setahun terakhir kita memiliki jutaan user di sana. Hari ini kita punya aplikasi Good Doctor sebagai tambahan channel atau complementary GrabHealth," ujarnya dalam digital press conference, Senin (1/3/2021).


"Jadi kita akan terus berpartner dengan Grab menyediakan akses dalam aplikasi Grab. Dan terus bekerja sama dengan Grab dalam hal digital delivery, untuk pengantaran obat menggunakan Grab," imbuhnya.

https://maymovie98.com/movies/insanity/


Danu juga menjelaskan peluncuran aplikasi ditargetkan agar memberikan akses telemedis yang lebih luas lagi untuk masyarakat di penjuru Indonesia. Menurutnya, peluncuran aplikasi juga dimaksudkan untuk menjangkau visi Good Doctor, yaitu menyediakan satu dokter untuk setiap satu keluarga di Indonesia.


"Bedanya apa? Setelah kita amati dan analisa banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan askes layanan telemedis, baik dalam Grab maupun luar Grab. Jadi kita merasa peluncuran aplikasi ini adalah tujuannya dengan visi yang kita ingin capai, satu dokter untuk setiap keluarga Indonesia," ujarnya.


"Lalu bagaimana aplikasi ini bisa menjangkau masyarakat tidak hanya di kota besar, tapi juga di kabupaten, kecamatan, bahkan desa di seluruh indonesia. Sehingga visi yang kami punya akan lebih mudah tercapai beberapa tahun ke depan," imbuhnya.


Lebih lanjut ia menjelaskan meski layanan telemedis Good Doctor masih terbilang cukup muda, tapi sudah bermitra dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam pemberian akses digital maupun kesehatan ke masyarakat.


Good Doctor juga sudah memiliki 2.000 partner rumah sakit dan apotek, 26 spesialisasi dokter, dan berbagai fitur yang dimanfaatkan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan. Layanan ini tersedia 24/7 dan bisa didownload melalui App Store maupun Play Store.


Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Dr Daeng Faqih menjelaskan saat ini para dokter sudah mulai terbiasa memberikan layanan konsultasi dengan aplikasi telemedis seperti Good Doctor. Menurutnya, ini juga bisa menjadi solusi untuk masyarakat yang selama ini sulit mendapat akses layanan kesehatan.


"Good Doctor yang berbasis aplikasi ini sebagai dari memberi solusi layanan kesehatan yang baik. Sehingga semua masyarakat diberi akses yang seluas-luasnya. Di masyarakat ini sebelumnya ada disparitas (akses ke layanan kesehatan), sedikit pelayanan, ini bisa ditutupi," ujarnya.


Sebagai informasi, dalam grand launch tersebut juga turut hadir Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono H, Sekjen Kemenkominfo Mirra Tayyiba, dan Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi. Lalu hadir juga Raisa Andriana dan Hamish Daud yang merupakan brand ambassador Good Doctor.

https://maymovie98.com/movies/the-gift-2/