Vaksin COVID-19 bernama Vaksin Nusantara, sebelumnya vaksin Joglosemar, yang diprakarsai Terawan Agus Putranto sempat membuat heboh. Pasalnya vaksin dianggap sebagian ahli dibuat dengan metode yang tidak biasa, yaitu menggunakan platform sel dendritik.
Secara teori vaksin bekerja dengan langkah pertama mengambil sel dendritik (komponen sel darah putih) dari seseorang. Sel tersebut lalu 'dikenalkan' pada antigen dari virus SARS-COV-2 di laboratorium, kemudian disuntikkan kembali ke dalam tubuh. Harapannya sel dendritik yang sudah mengenali virus tersebut akan memicu respons imun.
"Untuk vaksin COVID dengan sel dendritik ini pertama kali di dunia," kata salah satu peneliti Vaksin Nusantara, Dr Yetty Movieta Nency, SPAK, saat ditemui di RSUP dr Kariadi Semarang beberapa waktu lalu.
Dari 74 vaksin tersebut, ada dua kandidat vaksin yang diketahui memakai platform sel dendritik. Satu vaksin dikembangkan oleh China dan satunya lagi Indonesia.Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan setidaknya sampai tanggal 26 Februari 2021 sudah ada 74 kandidat vaksin COVID-19 di dunia yang dalam tahap uji klinis dan masuk dalam daftar WHO.
Vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik dari Indonesia yang terdaftar di WHO disebut dikerjakan oleh AIVITA Biomedical, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), dan Kementerian Kesehatan.
"Kalau kita lihat (kandidat -red) yang nomor 51 di Indonesia ini bahwa memang partisipannya 27 orang uji klinis fase satu. Dilakukan sejak Desember sampai 31 Januari 2021," kata Prof Tjandra dalam webinar yang disiarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Senin (1/2/2021).
"Nanti kalau fase satunya lewat tentu akan diterukan fase dua, tiga, dan seterusnya. Mereka mentargetkan kalau semua berjalan akan sampai 2022," pungkasnya.
https://maymovie98.com/movies/insanity-3/
Kata IDI soal Prediksi COVID-19 Jadi Endemik: Itu Baru Hipotesis
- COVID-19 diprediksi akan menjadi endemik oleh para ilmuwan. Menurut studi yang dimuat Februari lalu, akan ada saatnya virus Corona hanya mewabah di sejumlah wilayah dalam waktu tertentu.
Menanggapi hal ini, ketua tim mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menegaskan prediksi COVID-19 menjadi endemik baru sebatas hipotesis saja. Terlebih menurutnya angka positivity rate pun masih tinggi.
"Masih hipotesa, itu hipotesa jadi masih dugaan. Jadi kalau misalnya sekarang bicara endemik ya mungkin nanti, tapi sekali lagi kita belum firm untuk menyatakan itu," beber dr Adib Khumaidi, SpOT dalam konferensi pers Senin (1/3/2021).
Prediksi tersebut menurutnya sama dengan pernyataan virus Corona COVID-19 akan menjadi seperti flu biasa. Hingga kini, dr Adib menegaskan belum ada data yang kuat menunjukkan COVID-19 akan menjadi endemik.
"Tetapi kita belum bisa mengatakan sekarang karena kita masih dalam situasi yang global, karena pandemi itu global jadi kita belum melangkah ke sana," tegasnya.
Adib menekankan pernyataan yang beredar terkait COVID-19 menjadi endemik juga ditekankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya berupa hipotesa atau dugaan.
"Karena seperti yang kita sampaikan tadi masih banyak hal yang tinggi, positivity rate masih tinggi dan pernyataan itu pun kemarin disampaikan oleh WHO itu hanya berupa hipotesa dan kita belum melangkah ke sana," pungkasnya.