Selasa, 06 April 2021

Varian Eek Ditemukan di Jakarta, Kemenkes Ungkap Kondisi Pasien Terkini

  Mutasi E484K atau varian Eek sudah masuk Indonesia sejak Februari 2021. Temuan ini didapat dalam pemeriksaan sampel dari salah satu rumah sakit di Jakarta Barat.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut pasien dengan varian Eek di Indonesia sudah sembuh. Begitu pula dengan hasil tracing, tak ada satupun yang dinyatakan positif Corona dari kontak erat dengan pasien varian Eek.


"Iya satu spesimen dari DKI Jakarta di bulan Februari dan saat ini sudah sembuh dia. Kita sudah men-tracing kasuk kontaknya dan tidak yg positif sampai saat ini," jelas dr Nadia kepada detikcom, Selasa (6/4/2021).


Sebelumnya, Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio menyebut sampel pasien varian Eek diambil per 2 Februari 2021.


"Sampelnya dirujuk ke Eijkman dari salah satu rumah sakit di Jakarta Barat," demikian konfirmasi Prof Amin saat dihubungi detikcom Senin (5/3/2021).


Usai melalui sejumlah proses dalam tahap whole genome sequencing, temuan varian Eek baru bisa dilaporkan Maret 2021. "Sampelnya diambil tanggal 2 Februari, tapi sequensnya baru selesai tanggal 18 Maret," beber Prof Amin.


Berbahayakah varian Eek?

Penelitian di Afrika Selatan menyebutkan ada kemungkinan varian Eek membentuk kombinasi dengan mutasi lain. Maka dari itu, dikhawatirkan vaksin yang ada saat ini bisa tidak mempan mengatasi infeksi oleh mutasi E484K.


Namun, dr Nadia menegaskan mutasi E484K atau varian Eek tak berbahaya. Menurut Nadia, varian Corona B117, mutasi E484K adalah 'single mutant'.


"Dan ini single mutasi bukan multiple mutasi seperti varian di B117," lanjutnya.


Dari lebih 900 sampel yang di-sequence dan diinput ke bank data GISAID, baru ada satu mutasi E484K yang ditemukan di Indonesia.

https://nonton08.com/movies/the-lighthouse/


Wow! Wanita Ini Raup Puluhan Juta Per Bulan dengan Jual Video Kentut


 Seorang ibu dua anak bercerita dia berhasil meraup USD 4.200 atau sekitar Rp 61 juta per bulan dengan 'menjual' video dirinya sedang kentut. Kok bisa?

Mantan agen perjalanan berusia 48 tahun, Emma Martin, menjual videonya di situs online dan mengenakan biaya USD 4,99 atau sekitar Rp 72 ribu untuk satu orang penonton. Emma telah melakukan kegiatannya itu sejak tahun 1999 lalu.


Emma bahkan mengikuti diet khusus yang dirancang sendiri untuk membantunya melakukan pekerjaan eksentriknya itu.


"Saya banyak makan salad, asparagus, dan alpukat. Saya juga banyak makan makanan Meksiko," kata Emma, dari Rockhill, South Carolina, Amerika Serikat seperti dikutip dari Daily Mail.


Sebelum melakukan pekerjaannya, Emma memastikan tak ada anak-anak dan keluarganya di rumah, karena tak ada satupun dari mereka yang tahu tentang karier uniknya ini. Namun dia mengatakan bahwa suaminya sangat tahu akan pekerjaan yang dia lakukan.


"Suamiku tahu, tapi dia sama sekali tidak suka kentut. Tidak ada orang lain di keluarga saya yang tahu. Saya tidak berpikir mereka akan menyetujui, tapi saya seorang wanita dewasa," paparnya.

https://nonton08.com/movies/‎7-hours-to-win-your-heart/

Kemenkes Pastikan Kaki Bengkak yang Dialami ASN Kotamobagu Tak Terkait Vaksin

 Beberapa waktu lalu, Kotamobagu melaksanakan program vaksinasi COVID-19 untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kotamobagu di Aula Kantor Walikota Kotamobagu.

Peserta yang akan divaksin sebelumnya dilakukan skrining secara ketat sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku.


Disebutkan, ada ASN yang mengalami pembengkakkan kaki setelah melakukan vaksinasi COVID-19. Padahal saat skrining, ASN tersebut dikatakan dalam keadaan sehat dan diperbolehkan melakukan vaksinasi.


Kepala Dinas Kesehatan Kotamobagu, Sulawesi Utara, dr Tanty Korompot, mengklarifikasi kabar soal adanya ASN yang mengalami pembengkakan kaki usai divaksinasi COVID-19.


dr Tanty menyebutkan, ASN ini mengalami demam, mual, pusing, muntah, tetapi tidak memberikan informasi kepada narasumber yang terdapat di kartu vaksinasi.


"Sebenarnya pasien ini mengalami keluhan kaki bengkak, kemudian pasien mengaku sejak mengalami gejala belum pernah menghubungi narahubung atau contact person di kartu vaksinasi. Yang bersangkutan mengaku berobat di Puskesmas dan diberikan obat anti nyeri namun belum membaik. Oleh Dinas Kesehatan yang bersangkutan kemudian diarahkan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata dr Tanty saat Konferensi Pers secara virtual, Minggu (4/4/2021).


Dengan adanya kejadian tersebut, ASN dijemput oleh tim Dinas Kesehatan untuk mendapatkan perawatan di RSUD Kotamobagu kemudian yang bersangkutan diperiksa lebih lanjut lagi.


Dari hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya infeksi bakteri. Sehingga dapat disimpul pembengkakan kaki salah satu ASN itu bukan diakibatkan oleh vaksin COVID-19.


"Walaupun keluhan yang bersangkutan tidak berhubungan dengan pemberian vaksin COVID-19, Dinas Kesehatan Kotamobagu tetap melakukan pendampingan dalam proses perawatan," pungkas dr Tanty.

https://nonton08.com/movies/7-hours-to-go/


Varian Eek Ditemukan di Jakarta, Kemenkes Ungkap Kondisi Pasien Terkini


 Mutasi E484K atau varian Eek sudah masuk Indonesia sejak Februari 2021. Temuan ini didapat dalam pemeriksaan sampel dari salah satu rumah sakit di Jakarta Barat.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut pasien dengan varian Eek di Indonesia sudah sembuh. Begitu pula dengan hasil tracing, tak ada satupun yang dinyatakan positif Corona dari kontak erat dengan pasien varian Eek.


"Iya satu spesimen dari DKI Jakarta di bulan Februari dan saat ini sudah sembuh dia. Kita sudah men-tracing kasuk kontaknya dan tidak yg positif sampai saat ini," jelas dr Nadia kepada detikcom, Selasa (6/4/2021).


Sebelumnya, Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio menyebut sampel pasien varian Eek diambil per 2 Februari 2021.


"Sampelnya dirujuk ke Eijkman dari salah satu rumah sakit di Jakarta Barat," demikian konfirmasi Prof Amin saat dihubungi detikcom Senin (5/3/2021).


Usai melalui sejumlah proses dalam tahap whole genome sequencing, temuan varian Eek baru bisa dilaporkan Maret 2021. "Sampelnya diambil tanggal 2 Februari, tapi sequensnya baru selesai tanggal 18 Maret," beber Prof Amin.

https://nonton08.com/movies/deck-the-halls/