Kementerian Kesehatan RI menyebut varian Eek atau mutasi E484K telah ditemukan di Indonesia sejak Februari 2021. Disebutkan, temuan ini didapat dari hasil pemeriksaan salah satu sampel pasien COVID-19 di rumah sakit di Jakarta Barat.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi, pasien tersebut kini sudah sembuh. Penelusuran kontak juga telah dilakukan terhadap pasien tersebut.
"Tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri," ucap dr Nadia saat dihubungi detikcom, Selasa (6/4/2021).
Sebelumnya juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa mutasi E484K atau Eek ditemukan juga pada varian B117 atau varian Inggris.
"Mutasi E484K yang terjadi pada protein spike adalah mutasi yang sama seperti ditemukan pada varian Afrika Selatan maupun Brasil," kata Wiku dalam konferensi pers, Jumat (2/4/2021).
Wiku pun menyebut varian Eek lebih cepat menular. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan demi meminimalisir penularan COVID-19.
"Pemerintah juga terus meningkatkan surveilans whole genome sequencing untuk memetakan varian COVID-19 yang masuk ke Indonesia sambil juga mempertahankan proses skrining pada saat WNA atau WNI masuk ke Indonesia," tuturnya.
https://nonton08.com/movies/the-last-recipe/
Ngilu! Transgender Ini Kehilangan Testis Gara-gara Mr P Sering Dijepit
Seorang wanita transgender berusia 24 tahun asal Filipina harus menjalani operasi pengangkatan testis yang rusak gara-gara sering melakukan 'tucking' atau melipat penis ke bagian dalam untuk menyembunyikan alat kelaminnya.
Wanita ini memang diketahui belum menjalani operasi penggantian kelamin secara tuntas. Upaya menyembunyikan alat kelamin tersebut sudah dilakukannya sejak lama, bahkan dibantu oleh penata riasnya.
Rasa sakit sudah lama pula ia rasakan, namun ia berusaha mengabaikan. Hingga suatu hari ketika ia berupaya mengembalikan penis ke posisi normal, salah satu testisnya tersangkut.
Akibat kejadian tersebut, aliran darah ke testisnya tersumbat dan mengalami kondisi yang disebut testicular torsion. Tanpa penanganan yang cepat, testis akan 'mati' sehingga harus diangkat.
"Pasien mengalami rasa sakit akibat 'tucking' sudah selama 6 tahun, dan itu kerap dialami oleh transgender lainnya. Namun, seringkali mereka enggan mencari pertolongan medis karena penanganan medis pun kerap sudah terlambat," ujar dr Clarence Debarbo yang menangani pasien, melalui publikasinya di Urology Case Reports, Selasa (6/4/2021).
Dikutip dari Dailymail UK, wanita asal Filipina ini memang sering menyelipkan penis dan skrotum kosong di ujung atas selangkangannya. Untuk mengembalikan penis ke posisi normal, ia menarik kembali skrotumnya.
Ketika diperiksa dokter, skrotumnya sudah merah dan bengkak.
Wanita ini sempat meminta pada dokter agar kedua testisnya diangkat sekaligus. Namun dokter menjelaskan, langkah itu akan membuat sang wanita tak bisa punya anak seumur hidupnya. Walhasil, ia memutuskan hanya 1 testisnya yang diangkat.
Menurut temuan dokter, testis wanita ini sebenarnya sudah rusak bertahun-tahun. Beruntungnya, tak ada masalah komplikasi pasca operasi pengangkatan testis tersebut.