Selasa, 06 April 2021

Gendutan Gara-gara Pandemi, Butuh Belajar Mindful Eating? Begini Caranya

 Obesitas lagi-lagi disebut sebagai problema kesehatan yang melonjak akibat pandemi COVID-19. Padahal, pengidap obesitas adalah salah satu yang paling dikhawatirkan mengalami gejala berat jika terinfeksi COVID-19.

Nutrisionis Seala Septiani, S.Gz, M.Gizi menjelaskan, upaya penurunan berat badan adalah hal yang kompleks. Pendekatannya pun tak cukup hanya dengan mengatur pola makan, melainkan pula dengan aktivitas, gaya hidup, dan kebiasaan sehari-hari terlebih di tengah pandemi yang mengharuskan banyak orang berdiam di rumah.


"Beda-beda setiap orang. Ingin menurunkan berat badan dan ingin mempertahankan berat badan, itu beda kebutuhan gizinya. Ada faktor lain juga seperti gerak fisik. Pandemi ini pencetus berat badan naik karena ruang gerak berkurang," ujarnya dalam sebuah webinar, Selasa (6/4/2021).


Ia menyebut, seseorang idealnya bergerak sebanyak 150 menit dalam seminggu, atau 30 menit setiap hari. Namun akibat pandemi, mau tak mau beragam aktivitas mesti dibatasi.


Mindful eating alias makan berkesadaran ia sebut sebagai salah satu cara yang boleh dicoba. Dalam prinsip ini, seseorang mengenal, memperhatikan, dan menyadari benar apa yang dimakannya. Mulai dari segi rasa, warna, aroma, hingga jenis makannya.


Memang, tak selalu mindful eating manjur menurunkan berat badan. Namun setidaknya, cara ini bisa membantu pengidap obesitas lebih selektif dan hati-hati soal apa yang dimakannya.


"Pilihan saja sudah dipersempit. Kita menjadi nggak kalap. Tapi kalau bicara soal obesitas, itu nggak hanya dengan mindful eating. Tapi kita harus tahu betul seberapa banyak yang harus kita konsumsi," imbuhnya.


Jika ingin mencoba mindful eating untuk mengurangi asupan makan, Seala mengingatkan agar langkah tersebut diseimbangi pendekatan lain untuk melancarkan metabolisme. Salah satunya, lewat istirahat cukup dan teratur.

https://nonton08.com/movies/valley-of-love/


Pelanggar Protokol COVID-19 Meninggal Usai Dihukum Squat 300 Kali


 Seorang pria di Filipina dilaporkan meninggal dunia usai menjalani hukuman squat 300 kali. Hukuman tersebut diberikan karena ia melanggar protokol COVID-19.

Darren Manaog Penaredondo dari kota Cavite dilaporkan ditahan oleh polisi karena melanggar aturan jam malam pada Kamis (1/4/2021). Darren disebut sedang ingin membeli air pada pukul 18.00 waktu setempat, namun kota sedang menerapkan lockdown ketat.


Menurut pengakuan kerabat Darren, semua yang ditahan karena melanggar protokol dihukum harus squat 100 kali secara bersamaan. Pada akhirnya mereka melakukan squat sekitar 300 kali karena ada yang dianggap gagal, squatnya tidak bersamaan.


Darren baru kembali ke rumah pada Jumat pagi. Saat itu ia mengeluh nyeri dan kesulitan untuk berjalan.


"Sepanjang hari, ia kesulitan berjalan, hanya merangkak saja. Awalnya saya tidak menganggap serius karena dia juga bilang ini cuma nyeri badan biasa," ungkap saudara yang tinggal serumah, Reichelyn Balce, seperti dikutip dari BBC, Selasa (6/4/2021).


Keesokan harinya Darren kolaps dan berhenti bernapas. Tetangga berupaya melakukan resusitasi, namun nyawanya tidak terselamatkan.


Kepala Polisi General Trias, Marlo Solero, menjelaskan tidak ada hukuman fisik untuk pelanggar aturan jam malam protokol COVID-19. Bila ada polisi yang ketahuan melakukannya maka itu tidak akan ditoleransi.


Wali Kota General Trias Ony Ferrer memerintahkan investigasi kasus ini. Menurutnya, ini adalah bentuk penyiksaan bila terbukti.

https://nonton08.com/movies/the-message/

Duh! Bocah 8 Tahun Ini Tak Sengaja Disuntik Vaksin COVID-19

 Program vaksinasi virus Corona COVID-19 yang tengah berlangsung di berbagai negara di dunia. Sejauh ini masih fokus pada orang lanjut usia serta dewasa dan belum dilakukan pada usia anak-anak.

Tapi seorang bocah laki-laki di Texas, Amerika Serikat satu ini malah tak sengaja sudah menerima vaksin COVID-19. Dari laporan yang beredar menyebutkan, bocah berusia 8 tahun tersebut ternyata tidak sengaja divaksinasi karena kesalahan manusia alias human error.


Dikutip dari laman Fox News, anak tersebut mendapatkan vaksin COVID-19 melalui fasilitas vaksin drive-thru Dallas di Grand Prairie, bersama 3.800 orang lainnya setelah sang ayah mendaftarkan bocah secara online melalui situs daerah dan mendapatkan konfirmasi perjanjian untuk vaksinasi.


Pihak Pediatrician Marcial Oquendo menyebutkan, sang ayah meyakini tak ada masalah jika putranya yang masih berusia dini itu sudah divaksinasi COVID-19 saat ini, mengingat proses pendaftaran dari sang putra berjalan mulus dan langsung mendapatkan kode QR.


"Sang ayah berasumsi, saya sudah serahkan data informasinya dan sudah diterima. Lalu dapat kode QR, jadi ayo kita pergi untuk suntik vaksin," bunyi pernyataan Pediatrician Marcial Oquendo.


Sang ayah pun baru menyadari kesalahannya, setelah berbicara dengan pihak tenaga medis dari Pediatrician Marcial Oquendo. Pihak Pediatrician Marcial Oquendo menerangkan, bahwa mereka tidak mempunyai data terkait keamanan vaksin terutama untuk anak-anak di bawah 12 tahun.

"Kami tidak memiliki datanya, terutama di bawah usia 12 tahun untuk mengatakan apakah itu berfungsi, apakah aman, berapa banyak yang harus kami gunakan, anak mana yang bisa mendapatkannya dan mana yang tidak. Ini harus dalam pengaturan uji klinis terkontrol di mana kami memantau setiap sudut, untuk bisa mengatakan apakah aman dan efektif untuk digunakan pada anak-anak dalam kelompok usia ini," tambah Pediatrician Marcial Oquendo.


Kepala Grand Prairie Fire Department, Robert Fite mengatakan saat ini pihaknya mencoba melacak siapa tenaga medis yang menyuntik bocah tersebut, serta mencari informasi lebih lanjut terkait insiden ini.


"Posisinya mereka ada di dalam mobil, ada QR code dan paramedis melakukan tugasnya seperti biasanya. Ada ribuan orang lainnya di hari itu, paramedis tak menyadari jika salah satunya adalah anak-anak di bawah 18 tahun," jelas Robert.


Robert juga menambahkan, situs untuk operasional vaksinasi beroperasi di bawah otoritas Dallas County. Saat ini tengah diselidiki apakah memang ada eror dari faktor situs pendaftaran.


"Jika ada sistem yang gagal, maka kami bahkan tidak perlu khawatir karena Anda tidak dapat mendaftar," pungkas Robert.


Saat ini disebutkan, pihak Pediatrician Marcial Oquendo bersama Pediatric Society dan Dallas County Medical Society masih terus mencari cara tentang apa langkah yang harus dilakukan selanjutnya.

https://nonton08.com/movies/the-banquet/


Gendutan Gara-gara Pandemi, Butuh Belajar Mindful Eating? Begini Caranya


Obesitas lagi-lagi disebut sebagai problema kesehatan yang melonjak akibat pandemi COVID-19. Padahal, pengidap obesitas adalah salah satu yang paling dikhawatirkan mengalami gejala berat jika terinfeksi COVID-19.

Nutrisionis Seala Septiani, S.Gz, M.Gizi menjelaskan, upaya penurunan berat badan adalah hal yang kompleks. Pendekatannya pun tak cukup hanya dengan mengatur pola makan, melainkan pula dengan aktivitas, gaya hidup, dan kebiasaan sehari-hari terlebih di tengah pandemi yang mengharuskan banyak orang berdiam di rumah.


"Beda-beda setiap orang. Ingin menurunkan berat badan dan ingin mempertahankan berat badan, itu beda kebutuhan gizinya. Ada faktor lain juga seperti gerak fisik. Pandemi ini pencetus berat badan naik karena ruang gerak berkurang," ujarnya dalam sebuah webinar, Selasa (6/4/2021).


Ia menyebut, seseorang idealnya bergerak sebanyak 150 menit dalam seminggu, atau 30 menit setiap hari. Namun akibat pandemi, mau tak mau beragam aktivitas mesti dibatasi.

https://nonton08.com/movies/the-white-haired-witch-of-lunar-kingdom/