Jumat, 21 Mei 2021

Malaysia Cetak Rekor Ganda! Kasus Baru dan Kematian COVID-19 'Nanjak' Bareng

 - Malaysia mencetak rekor harian virus Corona dua hari berturut-turut. Ada penambahan 6.806 kasus baru COVID-19 per Kamis (20/5/2021).

Begitu pula dengan angka kematian, Malaysia kembali mencatat penambahan tertinggi, sebanyak 59 kasus, sehingga totalnya mencapai 2.099 orang yang wafat akibat Corona. Keempat kalinya Malaysia mencetak rekor kematian Corona di kurun waktu kurang dari empat minggu, angka tertinggi sebelumnya tercatat 18 Mei sebanyak 47 kasus.


Hingga Kamis, total konfirmasi positif COVID-19 Malaysia mencapai 492.302, 50.171 kasus aktif, dan 587 pasien di antaranya dalam perawatan intensif.


Diterpa gelombang ketiga Corona, Malaysia mendesak warganya untuk berinisiatif menerapkan 'lokcdown' ketat. Otoritas kesehatan mewajibkan warga untuk tetap di rumah selama tak ada kepentingan mendesak.


Dikutip dari Channel News Asia, langkah yang dimaksud, termasuk tidak mengundang tamu ke rumah mereka dan hanya keluar untuk membeli bahan makanan, dibatasi seminggu sekali.


Awal bulan ini, pemerintah Malaysia melarang kegiatan sosial dan perjalanan antarkabupaten dan negara bagian sebagai bagian dari Movement Control Order (MCO) nasional yang mulai diberlakukan sebelum liburan Hari Raya.


Namun, semua sektor ekonomi diizinkan untuk beroperasi selama MCO nasional berlaku, hingga 7 Juni. Pada Kamis sore, media lokal melaporkan, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin akan memimpin pertemuan pada hari Jumat untuk memutuskan tindakan selanjutnya.


Hal tersebut termasuk kemungkinan penerapan 'lockdown penuh' seperti MCO pertama yang diterapkan pada Maret 2020, demikian dilaporkan media lokal, mengutip pernyataan Menteri di Prime Minister's Department Takiyuddin Hassan.

https://indomovie28.net/movies/disorder/


Tes Antibodi Setelah Vaksin Corona Tak Disarankan, Ini Alasannya


Usai mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19, banyak masyarakat yang ramai-ramai melakukan tes antibodi setelah vaksin. Tak sedikit yang menganggap naiknya kadar antibodi berarti vaksin bekerja dengan baik di dalam tubuh.

Alhasil banyak yang jadi ragu dan mempertanyakan efektivitas vaksin terlebih setelah melakukan uji antibodi, malah tertular Corona. Hal ini dialami anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay.


"Waktu itu saya tes imunitas saya setelah sebulan, dapat 6,28. Kemarin, sebulan setelah itu saya tes lagi. Dapat 8,28," ungkap Saleh dalam rapat di DPR RI, Kamis (20/5/2021).


Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi beberapa waktu lalu mengatakan yang menjadi pengujuan untuk menentukan kadar imunogenitas bukan dengan tes antibodi setelah vaksin.


"Yang menjadi pengujian untuk menentukan imunogenitas yang timbul dari pemberian vaksinasi itu adalah dengan pemeriksaan yang kita sebut sebagai uji netralisasi," lanjutnya.


Uji netralisasi pun tidak mudah dilakukan dan sangat berisiko, karena menggunakan virus yang hidup. Uji netralisasi ini menjadi gold standar untuk menentukan imunogenitas dan hanya bisa dilakukan di laboratorium yang terbatas.


"Jadi, kalau kita melaksanakan pemeriksaan antibodi, itu hanya mengukur kadar antibodi di dalam tubuh kita," ujarnya.


Selain itu Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengingatkan masyarakat dan penyedia layanan kesehatan bahwa hasil dari tes antibodi SARS-CoV-2 tidak boleh digunakan untuk mengevaluasi tingkat kekebalan atau perlindungan seseorang dari COVID-19 setiap saat, dan terutama jika melakukan tes antibodi setelah vaksin Corona.

https://indomovie28.net/movies/god-2/

Rabu, 19 Mei 2021

Kasus Harian Turun, Tsunami COVID-19 di India Sudah Melandai?

 Konsul Jenderal RI Mumbai Agus Prihatin Saptono mengungkap kondisi terkini di India. Sebelumnya, India mengalami ledakan kasus Corona yang tinggi dan melaporkan ratusan ribu kasus positif.

"Yang mungkin belum tersampaikan adalah yang sembuh, yang sembuh lebih dari 400 ribu jiwa, yang sembuh itu lebih dari 400 ribu. Tepatnya 11 Mei 2021 yang sembuh mencapai 422 ribu jiwa," jelas Agus dalam konpers virtual, rabu (19/5/2021).


"Nah jadi memang di sini yang selama ini tercermin yang terkena COVID, betul angka kasusnya tinggi, tetapi per hari ini sudah melandai. Dalam satu minggu terakhir ini diseluruh wilayah India sudah mulai menurun," tambahnya.


Per 17 Mei, kasus COVID-19 di India tercatat 281.386, turun dibandingkan pekan sebelumnya yang bahkan sempat mencapai 400 ribu kasus per hari.


Apa yang dilakukan pemerintah India dalam menangani kasus Corona?

Agus menyebutkan, pemerintah setempat menambah manajemen hunian rumah sakit dan langkah untuk penambahan jumbo isolation centers.


"Jadi di sini, kebijakan untuk tetap mempertahankan 6 jumbo COVID isolation center yang berada di 6 distrik Maharashtra," bebernya.


Penambahan kapasitas jumbo isolation center tersebut yang terdiri dari 3 ribu bed, dan toilet mandiri. Seribu bed dengan fasilitas oksigen dan 300 bed untuk ICU.


Selain itu, Agus juga mengatakan, semua negara bagian di India bisa melakukan tes PCR sebanyak 200 ribu swab test per hari.


Negara tersebut juga melakukan penyegelan kawasan atau rumah/hunian. Ketika ada yang terpapar Corona sekitar 5 orang langsung dilakukan penyegelan.

https://tendabiru21.net/movies/return-of-the-scarecrow/


Ilmuwan Teliti Obat COVID-19 yang Bisa Langsung Mematikan Virus Corona


 Ilmuwan kini tengah berlomba menemukan obat COVID-19 yang bisa bekerja langsung untuk mematikan virus Corona yang ada di dalam tubuh.

Tim peneliti dii Menzies Health Institute Queensland, Griffith University Australia, menyebut telah membuat obat yang bisa membunuh 99,9 persen partikel virus Corona yang ada di paru-paru. Obatnya ini telah diuji coba pada hewan.


Dikutip dari laman Daily Mail, teknologi pengobatan ini bekerja serupa dengan 'misil pendeteksi' yang bisa memburu dan mendeteksi partikel virus sekaligus menyerangnya.


Obatanya diberikan melalui suntikan, bekerja dengan menggunakan teknologi medis yang disebut pembungkaman gen yang pertama kali ditemukan di Australia pada tahun 1990-an.


"Pada dasarnya ini adalah misi mencari dan menghancurkan. Kami secara khusus bisa menghancurkan virus yang tumbuh di paru-paru seseorang," jelas Peneliti Utama Prof Nigel McMillan dari MHIQ.


McMillan juga mengatakan pengobatan ini bisa mencegah virus Corona bereplikasi atau memperbanyak diri, bahkan bisa menyudahi kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia.


Perawatan dari Universitas Griffith ini sekarang diatur untuk memasuki fase uji klinis berikutnya dan diharapkan tersedia pada tahun 2023.


RI Diminta Tak Tiru Perilaku Warga Rusia soal Corona Demi Capai Herd Immunity


Duta Besar RI untuk Rusia merangkap Belarus, Jose Antonio Morato Tavares, mengungkap nyaris 5 juta orang terinfeksi Corona di Rusia. Ada penambahan 8.183 kasus baru COVID-19 per Selasa (18/5/2021).

"Angka terbanyak kasus harian di Rusia pada gelombang pertama-nya di bulan Mei, itu sekitar 11 ribu, dan gelombang keduanya terjadi pada bulan Desember 2020, hampir 30 ribu kasus per hari," bebernya dalam siaran pers BNPB Rabu (19/5/2021).


Lantaran sudah mengalami penurunan kasus Corona sampai di angka 8 ribu per hari, tak sedikit warga yang melepas masker saat berada di pusat perkotaan hingga tempat wisata. Menurut Jose, warga menganggap kasus Corona di Rusia sudah terkendali, dibandingkan negara lain, seperti India.


"Misalkan kalau kita jalan di Red Square, itu banyak sekali yang tidak menggunakan masker. Barangkali saya, dan teman-teman di KBRI, kita menggunakan masker, liat sekeliling, banyak sekali yang tidak pakai," ceritanya.


Maka dari itu, pemerintah Rusia disebut Jose sejak Mei, menerapkan kembali peraturan ketat seperti meniadakan ifthar bersama di masjid, dan aturan wajib karantina hingga 10 hari sebelum kembali ke kantor, pasca hari libur. Jose menilai, banyak warga Rusia terlena dengan angka kesembuhan kasus Corona yang melampaui 90 persen.

https://tendabiru21.net/movies/2001-maniacs/