Jumat, 18 Juni 2021

WFH Bikin Cemas Setiap Lihat WhatsApp, Kamu Juga?

 Bagi sebagian orang, bekerja dari rumah (WFH) terasa menyenangkan karena tidak perlu ke mana-mana menerjang kemacetan. Tapi WFH juga memunculkan masalah kesehatan mental, salah satunya WhatsApp anxiety atau rasa cemas setiap kali melihat notifikasi WhatsApp.

Dikutip dari Huffington Post, Rabu (19/5/2021) beberapa orang menganggap interaksi kecil tapi teratur lewat chat bisa mengusir rasa bosan dan cemas karena isolasi. Tapi bagi orang lain, terus menerus mendapatkan pesan, akan memiliki efek berlawanan.


Notifikasi pesan terkait pekerjaan sudah jelas meminta segera direspons. Namun selain itu, bertebaran pula berita dan update informasi terkait COVID-19, belum lagi penyebaran hoax, semakin menambah perasaan cemas.


"Jika kalian menerima konten yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan, hal itu membangkitkan rasa ketidakberdayaan yang sedang kita coba hindari," kata psikoterapis Lucy Beresford.


WhatsApp memang membuat komunikasi dengan siapa saja menjadi lebih cepat dan mudah, apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Namun, dalam konteks pekerjaan, WhatsApp bisa menjadi momok menakutkan.


Jika smartphone berbunyi pada malam hari, lalu kalian melihat ada pesan yang masuk dari rekan kerja atau grup WhatsApp kantor, kalian bisa merasa was-was dan memikirkan ada hal penting apa yang terjadi di kantor.


Selain itu, meningkatnya jumlah pesan yang belum sempat kalian baca dari grup kantor mungkin juga akan membuat cemas karena merasa ketinggalan pembahasan yang penting. Hal ini bisa membuat kalian selalu memikirkan tentang pekerjaan padahal mungkin saat itu sudah di luar jam kerja.


Jadi, bagaimana agar kita tetap terhubung sambil tetap menjaga kesehatan mental? Konsultan digital detox Martin Talks menyebutkan, jika kalian sudah kewalahan melihat pesan WhatsApp yang begitu banyak, cobalah mengatur penggunaan aplikasi chat.


1. Hindari sering-sering memeriksa WhatsApp


Martin Talks menyarankan agar kalian hanya berpartisipasi dalam grup WhatsApp apa pun sekali sehari, dan jangan menjadikan kegiatan memeriksa WhatsApp sebagai hal pertama yang kalian lakukan ketika bangun di pagi hari dan hal terakhir yang dilakukan sebelum tidur.


2. Matikan notifikasi WhatsApp


Kalian tidak akan mendengar bunyi atau notifikasi setiap kali ada pesan yang masuk, sehingga tidak selalu dibayang-bayangi pesan yang masuk dan tidak merasa tertekan untuk segera membalasnya.


3. Non-aktifkan data


Cara ini akan 'mematikan' WhatsApp tanpa menghapus aplikasi tersebut, tapi kalian masih bisa memeriksa pesan segera setelah membuka aplikasi. Cara ini bisa membantu kalian mengendalikan penggunaan WhatsApp.


Semoga cara ini setidaknya bisa mengurangi WhatsApp anxiety kalian ya.

https://cinemamovie28.com/movies/first-kill-2/


Telkomsel Terdepan Gelar Layanan 5G di Indonesia


- Telkomsel menjadi yang terdepan dalam penggelaran layanan 5G secara komersial di Indonesia. Operator seluler yang identik berwarna merah ini tengah melakukan Uji Layak Operasi (ULO) 5G di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Hal itu dikonfirmasi Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi saat dihubungi detikINET, Rabu (19/5/2021). Telkomsel jadi operator seluler pertama yang melakukan ULO 5G di Indonesia.


"Telkomsel dalam minggu ini sedang melakukan uji kelaikan," ujar Dedy.


Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan untuk menggelar 5G, operator seluler di seluruh dunia pertama-tama harus melakukan uji coba. Telkomsel sendiri sudah melakukan uji coba 5G sejak 2017, salah satu di antaranya implementasi kendaraan tanpa awak ajang di Asean Games 2018.


Uji coba, kata Setyanto, juga pernah dilakukan pada sektor industri untuk memperlihatkan manfaat 5G dalam mendukung implementasi industri 4.0 yang hasilnya dinilai optimal. Hal itu yang membuat Telkomsel percaya diri untuk meloncat ke tahap selanjutnya, yaitu tahap komersial ke pelanggan.


"Telkomsel adalah operator seluler pertama yang mengajukan dan melakukan proses ULO 5G ke Kemenkominfo. Semoga dalam waktu yang tidak lama lagi hasilnya segera keluar. Kami rutin menjalin komunikasi dengan Kemenkominfo," kata Setyanto kepada detikINET.


Setyanto mengatakan untuk bisa dinyatakan layak operasi tidak mudah. Terdapat serangkaian tes yang harus dilewati oleh Telkomsel.

https://cinemamovie28.com/movies/first-kill/

Fenomena Gen Z Beralih ke HP Jadul Demi Kesehatan Mental

  Gen Z dikenal sebagai generasi yang tidak bisa lepas dari smartphone. Tapi sekarang justru banyak Gen Z yang meninggalkan smartphone dan beralih ke HP jadul alias feature phone untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Seperti kisah Eden yang berusia 22 tahun. Kepada Huck Magazine ia mengatakan smartphone-nya sempat rusak pada awal tahun 2020. Karena kesal waktunya banyak dihabiskan di depan smartphone, ia memutuskan untuk tidak membeli smartphone baru selama sebulan.


"Dalam periode ini, saya memperhatikan peningkatan besar-besaran dalam suasana hati dan kebebasan saya untuk berpikir," kata Eden seperti dikutip dari Phone Arena, Rabu (19/5/2021).


Eden mengaku kesulitan menghubungi orang terdekatnya karena keputusannya ini. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli ponsel lagi, bukan smartphone canggih melainkan ponsel lama Nokia 130.


Eden mengatakan setelah smartphone-nya rusak ia merasa kesehatan mentalnya semakin membaik. Ia juga menyadari menggunakan feature phone seperti Nokia 130 membuatnya jadi lebih hemat karena hanya digunakan untuk mengirim SMS dan menelepon.


Selain Eden ada juga Jade yang ceritanya cukup unik. Perempuan berusia 23 tahun ini sudah lama berniat untuk beralih ke feature phone setelah membaca manga dari tahun 2000-an di mana semua karakternya menggunakan flip phone. Ia awalnya menggunakan ponsel Nokia tapi kemudian beralih ke Motorola Razr V3.


"Saya masih memiliki iPhone XR, tapi hanya digunakan jika benar-benar butuh. Saya sekarang sudah menjual iPhone-nya, jadi secara teknis saya sekarang 100% bebas smartphone," kata Jade.


Cerita serupa datang dari Mateo yang berusia 23 tahun. Sama seperti Gen Z lainnya, ia lebih sering menggunakan feature phone tapi tetap menyimpan smartphone untuk fungsi tertentu seperti WhatsApp dan membaca berita.


Mateo mengatakan setelah lebih sering menggunakan feature phone ketimbang smartphone, ia mengaku tidak lagi terdistraksi dan bisa berpikir dengan lebih tenang.


Gen Z dilaporkan memiliki rata-rata screen time sebanyak 29 jam dan 29 menit dalam seminggu. 48% Dari mereka juga mengaku sedih, cemas dan depresi saat menggunakan media sosial.


Associate Professor di Nottingham Trent University Dr. Daria Kuss mengatakan beralih dari smartphone ke feature phone memang bisa meningkatkan kesehatan mental pengguna.


"HP jadul memiliki fungsi yang lebih sedikit dibandingkan smartphone dan hanya akan melibatkan pengguna untuk periode waktu yang terbatas, terutama untuk tugas-tugas seperti membuat panggilan telepon dan menulis pesan sederhana," kata Kuss.


"Ini membebaskan banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga dan teman, dan terlibat dalam aktivitas rekreasi, yang meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan," sambungnya.

https://cinemamovie28.com/movies/code-name-jackal/


WFH Bikin Cemas Setiap Lihat WhatsApp, Kamu Juga?


 Bagi sebagian orang, bekerja dari rumah (WFH) terasa menyenangkan karena tidak perlu ke mana-mana menerjang kemacetan. Tapi WFH juga memunculkan masalah kesehatan mental, salah satunya WhatsApp anxiety atau rasa cemas setiap kali melihat notifikasi WhatsApp.

Dikutip dari Huffington Post, Rabu (19/5/2021) beberapa orang menganggap interaksi kecil tapi teratur lewat chat bisa mengusir rasa bosan dan cemas karena isolasi. Tapi bagi orang lain, terus menerus mendapatkan pesan, akan memiliki efek berlawanan.


Notifikasi pesan terkait pekerjaan sudah jelas meminta segera direspons. Namun selain itu, bertebaran pula berita dan update informasi terkait COVID-19, belum lagi penyebaran hoax, semakin menambah perasaan cemas.


"Jika kalian menerima konten yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan, hal itu membangkitkan rasa ketidakberdayaan yang sedang kita coba hindari," kata psikoterapis Lucy Beresford.


WhatsApp memang membuat komunikasi dengan siapa saja menjadi lebih cepat dan mudah, apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Namun, dalam konteks pekerjaan, WhatsApp bisa menjadi momok menakutkan.


Jika smartphone berbunyi pada malam hari, lalu kalian melihat ada pesan yang masuk dari rekan kerja atau grup WhatsApp kantor, kalian bisa merasa was-was dan memikirkan ada hal penting apa yang terjadi di kantor.

https://cinemamovie28.com/movies/zombie/