Kamis, 30 Januari 2020

Turis Ini Perlihatkan Pantai Pink Komodo yang Banyak Sampah

Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo, NTT punya Pantai Pink yang indah. Tapi, sepasang turis ini menampilkan perubahan keindahannya yang banyak sampah!

Dilansir dari media-media Australia seperti dilihat detikcom, Selasa (30/4/2019) sepasang turis itu adalah Marie Fe dan Jake Snow, asal Jerman dan Australia. Lewat Instagram mereka, @mariefeandjakesnow yang punya 478 ribu followers, baru-baru ini mereka memposting foto Pantai Pink di Pulau Komodo.

Mereka memposting dua foto berbeda dalam satu slide. Foto pertama diambil tahun 2018 yang pantainya begitu indah, namun di tahun 2019 Pantai Pinknya justru penuh sampah.

"Kami tidak pernah membayangkan bahwa ketika kembali ke pantai favorit kami, kami akan menemukan pemandangan yang mengganggu! Kami benar-benar sedih melihat banyaknya sampah yang terbawa ke pantai yang dulu indah ini," tulis captionnya.



Mereka mengungkapkan, jika sampah plastik dibiarkan di lautan, maka akan lebih parah. Lautan dan juga pantai-pantai di dunia akan ditutupi plastik. Mereka pun mengajak

Mereka mengajak traveler untuk stop memakai plastik. Serta, mengajak untuk ikut gerakan #plasticparadise dan meminta traveler untuk mempossting destinasi-destinasi mana saja di dunia yang sudah parah akibat sampah plastik.

"Kita akan menunjukan kenyataan yang sebenarnya," tulisnya.

Postingan foto Marie Fe dan Jake Snow itu mendapat 1.000 lebih komentar. Banyak yang sedih dan geram, serta menyalahkan orang-orang yang membuang sampah sembarangan ke laut.

World Economic Forum pada 2016 menyatakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra planet ini. Tiap tahun, 8 juta ton plastik mengalir ke laut. Padahal plastik bisa berumur ratusan tahun di lautan dan terurai menjadi partikel kecil dalam waktu yang lebih lama lagi. Plastik bakal terakumulasi terus dan terus di laut.

Bahkan pada 2025, rasio plastik dibanding ikan di samudra diperkirakan menjadi 1:3. Plastik bakal terus bertambah menjadi 250 juta ton, sedangkan jumlah ikan terus menurun akibat penangkapan yang makin gencar.

Sementara World Economic Forum menyatakan ada 150 juta ton plastik di lautan saat ini, lain lagi dengan Jenna R Jambeck (Universitas Georgia) dkk dalam penelitiannya. Jenna dkk menuliskan ada 275 juta metrik ton sampah plastik di 192 negara berpantai. Dari 275 juta metrik ton sampah itu, sebanyak 4,8-12,7 juta metrik ton nyemplung ke samudera.

10 Kota dengan Biaya Termahal Buat Turis di 2019

 Inilah 10 kota berbiaya termahal sedunia bagi pebisnis juga turis di 2019. Kota apa saja itu?

Melansir CNN Travel, Selasa (30/4/2019), suatu perjalanan bisnis atau traveling punya hubungan dengan biaya menginap, makamn dan lain-lain. Di kota mana Anda singgah, pasti memiliki biaya hidup rendah hingga tinggi.

Mengutip data konsultan manajemen ECA International, mereka telah mensurvei kota-kota di seluruh dunia. Kota New York tetap berada di posisi teratas, yang menurut ECA karena harga kamar hotelnya yang mahal.

Di daftar 2018, hanya ada dua kota Amerika, yakni New York di tempat teratas dan Washington DC masuk di nomor delapan. Tahun ini, Washington naik ke nomor empat, lalu ada Kota Los Angeles dan San Francisco yang masuk di daftar baru, masing-masing di nomor kesembilan dan ketujuh.

Kota terbaru yang masuk dalam daftar di tahun 2019 ini adalah Kota Reykjavik, Islandia. Ibu kota Islandia bukan hanya fakor tingginya biaya hidup tetapi juga pariwisata meningkat dan jumlah kamar hotel yang sedikit di sana.

Peringkat ECA ini dilihat pada harga rata-rata hotel berbintang empat. Faktor-faktor lain yang masuk pertimbangan adalah harga transportasi, taksi dan makanan dalam sehari.

Tarif harian untuk setiap kota yang diukur ECA dihitung dalam dolar AS. Dengan peringkat ini, Kota London tetap berada di luar 10 besar karena sulit untuk memprediksi bagaimana ketidakstabilan politik Inggris akan berdampak pada biaya mengunjungi kota itu ke depan.

Sementara itu, kota-kota di Swiss tetap mahal dengan Jenewa menempati posisi nomor dua dalam daftar ini. Itu menempatkannya sebagai kota paling mahal di Eropa untuk pelancong.

Berikut ini 10 kota dengan biaya hidup termahal menurut ECA di tahun 2019 dan perkiraan biaya hariannya:

1. New York, AS USD 799
2. Jenewa, Swiss USD 716
3. Zurich, Swiss USD 661
4. Washington DC, AS USD 621
5. Paris, Prancis USD 617
6. Reykjavik, Islandia USD 615
7. San Francisco, AS USD 581
8. Basel, Swiss USD 579
9. Los Angeles, AS USD 578
10. Bern, Swiss USD 576.

Bandara Changi Luncurkan Program Loyalitas, Makin Manjakan Traveler

Bandara Internasional Changi di Singapura kembali berinovasi untuk memanjakan wisatawan. Kini, bandara terbaik dunia itu membuat program loyalitas.

Inilah program Changi Rewards Travel, sebuah reward loyalitas bagi traveler yang gemar bepergian melalui Bandara Changi. Indonesia pun jadi pasar utama yang pertama disasar.

"Program ini memungkinkan traveler untuk mendapatkan banyak kemudahan saat transit melalui Bandara Changi. Kami mengedepankan 3 aspek yakni jaminan, kenyamanan dan kemudahan," ujar Jaisey Yip, Associate General Manager Changi Travel Rewards saat ditemui di The Hermitage Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2019).

Jadi, traveler bisa mendapatkan berbagai kemudahan atau benefit dengan melakukan perjalanan lewat Bandara Changi. Dengan satu akun dan aplikasi, Traveler bisa mendapatkan berbagai kemudahan dan fasilitas.

Jaisey mengatakan, bahwa Changi Travel Reward menyasar segmen wisatawan yang sering bepergian. Sehingga, 3 kemudahan ini menjadi aspek untuk membuat wisatawan lebih nyaman saat transit di Bandara Changi.

"3 Aspek tersebut kami tuangkan dalam Travel Assurance, Travel Experience dan Travel Logistics. Agar mereka lebih tenang, menjadikan Changi sebagai atraksi namun tetap nyaman ketika melanjutkan perjalanan," tambahnya.

Beberapa fasilitas pun diberikan untuk mendukung tiga aspek utama. Kemudahan yang diberikan pun juga efisien dan mudah melalui aplikasi di smartphone.

"Aplikasi di smartphone yang mudah diakses pun akan memudahkan para pengguna. Traveler bisa mengakses lounge, luggage storage, limousine access sampai berbagai atraksi," tambahnya.

Selain itu, peluncuran dari Changi Rewards Travel juga merupakan bentuk apresiasi kepada wisatawan yang datang ke Singapura. Sehingga, mereka merasa lebih terbuka dan rileks.

"Changi airport group memperkenalkan Changi Rewards Travel untuk menunjukkan apresiasi kami kepada wisatawan dan melayani dengan lebih baik kepada mereka yang sering bepergian melalui Bandara Changi. Kami telah mengkurasi secara khusus berbagai hak istimewa untuk anggota dengan harapan memberikan ketenangan dengan jaminan perjalanan dan mengubah waktu tunggu mereka dengan kegiatan produktif dan santai, memberikan pengalaman Wisata bebas stress dan dapat dinikmati," papar Jaisey.

Turis Ini Perlihatkan Pantai Pink Komodo yang Banyak Sampah

Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo, NTT punya Pantai Pink yang indah. Tapi, sepasang turis ini menampilkan perubahan keindahannya yang banyak sampah!

Dilansir dari media-media Australia seperti dilihat detikcom, Selasa (30/4/2019) sepasang turis itu adalah Marie Fe dan Jake Snow, asal Jerman dan Australia. Lewat Instagram mereka, @mariefeandjakesnow yang punya 478 ribu followers, baru-baru ini mereka memposting foto Pantai Pink di Pulau Komodo.

Mereka memposting dua foto berbeda dalam satu slide. Foto pertama diambil tahun 2018 yang pantainya begitu indah, namun di tahun 2019 Pantai Pinknya justru penuh sampah.

"Kami tidak pernah membayangkan bahwa ketika kembali ke pantai favorit kami, kami akan menemukan pemandangan yang mengganggu! Kami benar-benar sedih melihat banyaknya sampah yang terbawa ke pantai yang dulu indah ini," tulis captionnya.



Mereka mengungkapkan, jika sampah plastik dibiarkan di lautan, maka akan lebih parah. Lautan dan juga pantai-pantai di dunia akan ditutupi plastik. Mereka pun mengajak

Mereka mengajak traveler untuk stop memakai plastik. Serta, mengajak untuk ikut gerakan #plasticparadise dan meminta traveler untuk mempossting destinasi-destinasi mana saja di dunia yang sudah parah akibat sampah plastik.

"Kita akan menunjukan kenyataan yang sebenarnya," tulisnya.

Postingan foto Marie Fe dan Jake Snow itu mendapat 1.000 lebih komentar. Banyak yang sedih dan geram, serta menyalahkan orang-orang yang membuang sampah sembarangan ke laut.

World Economic Forum pada 2016 menyatakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra planet ini. Tiap tahun, 8 juta ton plastik mengalir ke laut. Padahal plastik bisa berumur ratusan tahun di lautan dan terurai menjadi partikel kecil dalam waktu yang lebih lama lagi. Plastik bakal terakumulasi terus dan terus di laut.

Bahkan pada 2025, rasio plastik dibanding ikan di samudra diperkirakan menjadi 1:3. Plastik bakal terus bertambah menjadi 250 juta ton, sedangkan jumlah ikan terus menurun akibat penangkapan yang makin gencar.

Sementara World Economic Forum menyatakan ada 150 juta ton plastik di lautan saat ini, lain lagi dengan Jenna R Jambeck (Universitas Georgia) dkk dalam penelitiannya. Jenna dkk menuliskan ada 275 juta metrik ton sampah plastik di 192 negara berpantai. Dari 275 juta metrik ton sampah itu, sebanyak 4,8-12,7 juta metrik ton nyemplung ke samudera.