Jumat, 28 Februari 2020

Menyelidiki Jejak Freemason di Kota Malang

Organisasi Freemason di Kota Malang dulunya pernah ada. Jejak keberadaannya bisa dilihat di sebuah hotel bergaya Belanda di Jalan Cerme, Kota Malang.

Bangunan bergaya arsitektur Niuwe Bowen itu dirancang oleh seorang arsitek Belanda di tahun 1933. Bangunan sempat berubah-ubah fungsinya sebelum akhirnya menjadi The Shalimar Boutique Hotel.

Dahulu bangunan tersebut pernah digunakan sebagai Stasiun RRI Malang sejak tahun 1964. Lalu pada tahun 1993, PT Cakra Nur Lestari melakukan tukar guling dengan status hak guna usaha seluas 3.800 meter persegi.

Tahun 1994, bangunan itu difungsikan sebagai Hotel Malang Inn. Kemudian setahun berikutnya, 1995, menjadi Graha Cakra. Lalu pada 2011 sukses menjadi hotel bintang lima dan pada 2015 di-rebranding menjadi The Shalimar Boutique Hotel.

Total kamar di hotel ini ada 44. Satu kamar tipe presiden suites bertarif Rp 10 juta per malam, sedangkan dua kamar tipe royal suites bertarif Rp 5,5 juta per malam.

Nah, untuk jejak Freemason dikenali dari foto lawas yang menempel pada dinding lobi hotel dan beberapa ruangan lain. Pada dinding depan bagian utama bangunan, di tengahnya terpasang logo atau simbol Freemason atau Mason Bebas. Dengan huruf G diapit jangkar dan mistar siku, yang menjadi lambang dari tarekat itu.

"Itu memang foto asli bangunan ini. Kita mendapatkannya dari kolektor. Sampai kini, bangunan utamanya tak berubah," ungkap Manager Affair The Shalimar Hotel Boutique Agoes Basoeki pada detikTravel, Kamis (7/2/2019).

Foto repro memang sengaja dipajang, untuk memperlihatkan penampakan bangunan sejak masa lalu. Bersama ahli sejarah, Agoes pun tengah serius menelusuri sejarah dari bangunan ini.

"Dulunya menjadi gedung societeit, tempat berkumpul pejabat-pejabat Belanda kala itu, mengisi waktu dengan berpesta, berdansa, menari dan menyanyi," beber Agoes.

Terlepas dari keberadaan komunitas Freemason kala itu, kata Agoes, bangunan memang dirancang khusus untuk iklim Indonesia dengan gaya arsitektur Niuwe Bowen.

"Bangunannya kokoh dan tak berubah dari aslinya, sirkulasi udaranya bagus hingga terasa adem dan membuat betah siapa saja yang singgah," ujar Agoes.

Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang pun mengiyakan soal bangunan hotel yang dulunya digunakan sebagai tempat perkumpulan Freemason.

"Jika melihat dari beberapa bukti, memang iya. Bangunan atau gedung ini dulunya menjadi tempat perkumpulan itu (Freemason). Bahkan, jika sampai mendirikan bangunan sendiri, artinya cukup kuat di masa itu," ungkap Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang Dwi Cahyono dalam perbincangan terpisah.

Dwi kemudian menunjuk altar yang kini menjadi restoran hotel. Tak berubah, sepertinya awal dulu bangunan didirikan. "Ini altarnya, ya begini seperti aslinya. Mungkin sebagai tempat pertemuan dari anggota perkumpulan," terangnya.

Freemason sendiri mulai tersebar di seluruh Hindia Belanda sejak tahun 1762 sampai 1962. Loji atau rumah pertemuan didirikan sebagai tempat berkumpul anggota persaudaraan.

Loji pertama di Asia didirikan di Batavia oleh Jacobus Cornelis Mattheus Radermacher di tahun 1741-1783. Setidaknya ada 27 loji utama mengiringi perkembangan Freemason di tanah air, menyebar dari mulai Sumatera, Sulawesi, Jawa, dan Malang salah satunya, dikenal dengan nama Loge Nummer 89.

Dalam buku berjudul Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1964 karya Dr Th Stevens, dengan terjemahan terbitan Pustaka Sinar Harapan 2004 menjelaskan keanggotaan awalnya adalah orang Belanda, sebelum kemudian tokoh ningrat pribumi turut bergabung.

Tarekat Mason Bebas pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno di tahun 1964. Aktivitasnya di Indonesia pun berhenti.

Kamis, 27 Februari 2020

Arsenal Kalah di Tempat yang Bersejarah

Arsenal takluk dari BATE Borisov pada leg I babak 32 besar Liga Europa. The Gunners, kalah di kota kecil yang indah dan punya banyak sejarah.

Dalam pertandingan di Borisov Arena, Jumat (15/2/2018) dinihari WIB, Arsenal menelan kekalahan 0-1. Dalam laga itu, tim asuhan Unai Emery kebobolan di injury time babak pertama, sundulan Stanislav Dragun gagal diantisipasi oleh Petr Cech.

Dengan hasil ini, Arsenal mesti menang dengan margin dua gol saat menjamu BATE di Emirates pekan depan agar bisa melaju ke babak 16 besar Liga Europa.

Bagi pecinta sepakbola, nama Bate mungkin terdengar asing. Apalagi bagi traveler, Barysaw atau Borisov yang merupakan kota asal klub sepakbola tersebut juga mungkin tidak ada yang tahun.

Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber, Jumat (15/2/2019) Borisov merupakan kota kecil di negara Eropa Timur, Belarusia. Borisov berada di bagian utara Minsk, ibukota negaranya yang berjarak sekitar 73 km.

Borisov hanya kota kecil. Luasnya sekitar 49 km persegi, dengan penduduk 145 ribu orang. Meski kota kecil, Borisov punya sejarah panjang nan menarik.

Kota ini sudah dihuni sejak tahun 1102. Kota di dekat Sungai Berezina ini awalnya adalah bagian kekuasaan dari Kerajaan Lithuania. Setelah itu di tahun 1569, menjadi wilayah Persemakmuran Polandia-Lithuania. Kemudian, dikuasi oleh Rusia yang menguasai seluruh wilayah Belarusia. Hingga di tahun 1990 Belarusia merdeka.

Selain itu, jejak Napoleon juga tersimpan di Borisov. Sejarahnya di tahun 1812, pasukan Napoleon ingin menginvasi Rusia. Sungai Berezina di Borisov menjadi basisnya dan pecahlah pertempuran dengan pasukan rusia di sana.

Berlangsung 3 hari, dari 26-29 November, Napoleon beserta pasukannya harus mundur angkat kaki. Baik Prancis dan Rusia sama-sama menderita kerugian besar. Napoleon pun menyebut Berezina, sebagai bencana.

Menariknya, masyarakat Borisov tetap mengenang pertempuran yang disebut Battle of Berezina tersebut, Tiap tahun, digelar parade yang menggambarkan peperangannya.

Bekas peperangan tersebut, baik dari peralatan perang seperti meriam tersimpan di Borisov State Museum. Soal pariwisata, selain museum itu masih ada beberapa tempat wisata yang menarik dikunjungi.

Borisov punya Holy Resurrection Cathedra, suatu katedral suci yang berusia ratusan tahun. Monumen Prince Boris berdiri di tengah kotanya, suatu lambang penghormatan bagi pemimpin pertama di sana.

Suasana khas Eropa Timur begitu kental di Borisov. memang tidak banyak turis yang datang, tapi begitu ke sana siap-siap dibuat jatuh hati.

Pun setelah menaklukan Arsenal, kini Borisov punya sejarah baru lagi. Dengan Bate, tim sepakbolanya yang begitu dielu-elukan masyarakat Borisov. 

Sungguh, Wae Rebo Bikin Rindu

 Meski perjalanannya begitu jauh, tapi Wae Rebo sungguh bikin rindu. Suasananya, anak-anaknya, budayanya dan keindahan alamnya juara!

Perjalanan mobil selama 5 jam, berjalan kaki selama 2 jam, dan menghabiskan waktu selama 14 jam di Wae Rebo, membuat saya sangat mensyukuri perjalanan ini. Tempat di mana kita hanya fokus pada suasana dan orang-orang di sekitar kita. Dan hal yang paling indah, menikmati bintang kejora dan Milky Way di Wae Rebo. Harmonisasi alam yang dijamin bikin kalian rindu setengah mati.

Nada alarm handphone membangunkan aku dari tidur yang sangat teramat lelap dan singkat. But, I was very excited today, because we were going to go to Wae Rebo. Sebuah perkampungan adat di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Siapa yang tidak kenal keindahan Wae Rebo, yang bahkan telah diakui dunia. Impressive!

Untuk menuju ke Wae Rebo, kalian harus menuju kota Labuan Bajo. Penerbangan dari Jakarta menuju kota Labuan Bajo ditempuh dalam waktu 2 jam 20 menit dengan perbedaan waktu 1 jam lebih cepat di Labuan Bajo. Saya membeli tiket penerbangan tersebut dan tiket hotel di Labuan Bajo dari aplikasi tiket.com, dijamin murah dan banyak promonya.

Sampai di Labuan Bajo, saya dan teman teman menyewa mobil untuk menuju Wae Rebo, tentunya kalau urusan sewa mobil, nggak perlu repot, tinggal satu aplikasi aja di tiket.com, #semuadatiketnya. Perjalanan menuju Wae Rebo seharusnya menempuh waktu kurang lebih 6-7 jam untuk sampai pada Desa Denge, tempat perhentian mobil terakhir. Tapi kali ini, kami mencoba jalur alternatif yaitu menggunakan jalur pesisir laut Flores dengan waktu tempuh 4-5 jam, lumayan lah yah menghemat waktu 2 jam.