Minggu, 01 Maret 2020

Main Air di Tengah Kota Seoul, Ini Tempatnya

Seoul di Korea Selatan tak hanya asyik untuk wisata belanja. Traveler juga bisa wisata air di Sungai Cheonggyecheon yang terletak di pusat kota.
Apabila Anda berkesempatan mengunjungi kota Seoul di Korea Selatan, sempatkanlah untuk berkunjung ke Sungai Cheonggyecheon. Sungai yang membelah kota Seoul ini bagaikan sebuah oase di tengah hiruk pikuk hutan beton di jantung kota Seoul. Segarnya udara, hijaunya pepohonan, dan damainya suara gemercik air akan menyambut pengunjung yang hadir di tempat ini.

Waktu favorit untuk mengunjungi sungai ini adalah pada pagi dan sore hari, kebetulan saya sempat berkunjung pada kedua waktu tersebut. Pada pagi hari Anda akan merasakan sejuknya udara dan hangatnya sinar matahari pagi, sangat cocok untuk berolahraga atau sekadar berjalan santai.

Sementara pada sore menjelang malam hari atmosfer sungai ini akan berubah menjadi romantis, seiring dengan munculnya lembayung senja yang kemudian berganti dengan gemerlap lampu warna-warni di sepanjang aliran sungai. Tak heran apabila pada sore hari Anda akan menemui banyak pasangan muda-mudi lokal yang bermesraan di area ini, layaknya adegan-adegan dalam drama Korea.

Konon pada tahun 1980-1990 an, sungai ini merupan pusat polusi di Seoul karena menumpuknya sampah dan bau yang menyengat. Diperparah dengan banyaknya pemukiman kumuh di sepanjang bantaran sungai. Sungai ini kemudian mulai direstorasi oleh pemerintah setempat pada tahun 2003. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, wajah sungai ini telah berubah 180 derajat.

Saat berkunjung, saya tidak menemui satu sampah pun yang mengalir di sungai ini. Bahkan saya dibuat takjub oleh banyaknya ikan yang hidup di sungai dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Perjalanan saya ke sungai ini telah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Cerita Perjalanan ke Alor, Pulau Budaya yang Mendunia

Pulau Alor di NTT menawarkan keindahan Indonesia Timur yang tiada dua. Inilah pulau dengan kekayaan budaya yang telah mendunia.
Dalam perjalananku di hari ke 340 mengelilingi Indonesia, saya terdampar di Kupang, yakni Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat itu cuaca buruk memang masih melanda semua wilayah di Indonesia. Rencanaku yang akan ke Pulau Sabu harus ditunda dan digantikan ke Pulau Alor, salah satu Pulau yang menurutku sangat istimewa dan penuh cerita.

Belakangan ini semakin banyak diver atau yang hobi menyelam yang menyebutkan jika Alor sebagai salah satu tempat menyelam yang wajib dikunjungi di indonesia. Karena penasaran dan kebetulan saat itu saya sedang berada di Kupang, akhirnya saya nekatmemberanikan diri ke Pulau Alor meskipun saat itu cuaca sedang buruk. Maklum, masih musim hujan.

Ternyata jadwal kapal Fery yang biasa melayani Rute Kupang-Alor sedang tidak beroperasi. Hal ini karena gelombang tinggi dan cuaca buruk terjadi hampir di semua wilayah di Indonesia.

Akh.. sepertinya saya memang sedang kurang beruntung saat itu. Tapi karena rasa penasaran saya tinggi, alhasil saya tetap nekat pergi ke Alor mengunakan pesawat terbang. Meskipun resikonya Tabungan saya yang tersisa untuk keliling Indonesia semakin menipis.

Pulau Alor ini lokasinya ternyata sangat jauh sekali dari Kota Kupang. Pulau Alor berada di antara Pulau Timor dan Pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur. Padahal Jika dilihat dari maps, lokasinya justru lebih dekat dengan Negara Timor Leste.

Dulu Diragukan, Bandara Tasikmalaya Kini Ramai Penumpang

Warga Tasikmalaya dan sekitarnya sudah sudah 2 tahun bisa naik pesawat langsung ke Jakarta. Dulu, pembangunannya diragukan.

Sudah selama 12 tahun ada keinginan memiliki bandara sipil di wilayah Priangan Timur. Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman menceritakan perjalanan memiliki bandara sipil itu.

"Saya itu sudah 20 tahun berkecimpung di transportasi. Jadi sedikit banyak sudah tahu dan semakin banyak pilihan transportasi maka orang semakin percaya," kata Budi di kantor dinasnya, Jumat (8/2/2019).

Setelah Lanud AU Wiriadinata bisa digunakan oleh sipil, ia sebut jadi harapan baru bagi perkembangan Tasikmalaya. Pemkot sudah mencoba memanfaatkan Lanud AU berkali-kali namun terhalang karena oleh berbagai kendala.

"Saat itu Pak Jokowi nggak ada agenda meresmikan lanud ke sipil. Tapi saya katakan investasi ke sini sangat lemahnya karena infrastruktur belum ada. Lalu saat itu ia ingin ada bandara dan disetujuilah itu," jelas Budi.

Ia kemudian bertemu petinggi Lion Air dan menyatakan siap melayani rute Jakarta-Tasikmalaya. Bahkan, sebelum diresmikan presiden, ia sudah ke kementerian terkait namun mendapat penolakan dan kemudian dipermudah izinnya dari dukungan presiden.

"Dengan adanya Bandara Wiriadinata orang mudah ke Priangan Timur dan tujuan selanjutnya nggak cuma ke Tasik. Hanya 45 menit dari Jakarta," jelas Budi.

Budi berharap akan ada tambahan maskapai. Tidak hanya 1 penerbangan tapi juga ke tujuan lainnya untuk memancing perkembangan aktivitas lainnya.

"Pertumbuhan ekonomi kami sangat bagus saat ini dan bisa memancing lagi. Pengusaha datang ke Tasik bisa dengan mudah dan sekarang tidak ada alasan kalau ada penerbangan," ucap dia.

Pantauan detikTravel di Bandara Wiriadinata, banyak penumpang yang menggunakan pesawat sebagai moda perjalanannya. Di anatara penumpang ada turis mancanegara yang juga menggunakan transportasi ini.

Main Air di Tengah Kota Seoul, Ini Tempatnya

Seoul di Korea Selatan tak hanya asyik untuk wisata belanja. Traveler juga bisa wisata air di Sungai Cheonggyecheon yang terletak di pusat kota.
Apabila Anda berkesempatan mengunjungi kota Seoul di Korea Selatan, sempatkanlah untuk berkunjung ke Sungai Cheonggyecheon. Sungai yang membelah kota Seoul ini bagaikan sebuah oase di tengah hiruk pikuk hutan beton di jantung kota Seoul. Segarnya udara, hijaunya pepohonan, dan damainya suara gemercik air akan menyambut pengunjung yang hadir di tempat ini.

Waktu favorit untuk mengunjungi sungai ini adalah pada pagi dan sore hari, kebetulan saya sempat berkunjung pada kedua waktu tersebut. Pada pagi hari Anda akan merasakan sejuknya udara dan hangatnya sinar matahari pagi, sangat cocok untuk berolahraga atau sekadar berjalan santai.

Sementara pada sore menjelang malam hari atmosfer sungai ini akan berubah menjadi romantis, seiring dengan munculnya lembayung senja yang kemudian berganti dengan gemerlap lampu warna-warni di sepanjang aliran sungai. Tak heran apabila pada sore hari Anda akan menemui banyak pasangan muda-mudi lokal yang bermesraan di area ini, layaknya adegan-adegan dalam drama Korea.

Konon pada tahun 1980-1990 an, sungai ini merupan pusat polusi di Seoul karena menumpuknya sampah dan bau yang menyengat. Diperparah dengan banyaknya pemukiman kumuh di sepanjang bantaran sungai. Sungai ini kemudian mulai direstorasi oleh pemerintah setempat pada tahun 2003. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, wajah sungai ini telah berubah 180 derajat.

Saat berkunjung, saya tidak menemui satu sampah pun yang mengalir di sungai ini. Bahkan saya dibuat takjub oleh banyaknya ikan yang hidup di sungai dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Perjalanan saya ke sungai ini telah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.