Jumat, 06 Maret 2020

Liburan Sambil Belajar Membatik di Blitar, Ini Tempatnya!

Liburan di Blitar, yuk mampir ke Desa Sawentar. Traveler bisa belajar membatik dengan berbagai motif di sana.

Desa wisata edukasi batik Sawentar, ada di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Masyarakat desa sentra produsen batik motif lokal ini punya mimpi menguntai warisan budaya untuk generasi muda.

Sebanyak 15 pemuda desa setempat, berniat membagikan ilmu membatik kepada semua yang berminat. Mereka menyediakan waktu, tempat dan sarana bagi anak muda yang datang untuk belajar proses pembuatan batik dengan beragam cara. Seperti batik tulis khas Desa Sawentar berjuluk nareswari.

Batik nareswari sendiri merupakan inisiasi masyarakat Desa Sawentar yang tergabung dalam komunitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sawentar. Motif dasar diambil dari kearifan lokal, yakni Candi Sawentar yang dipadu dedaunan. Keberadaan Candi Sawentar menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit di wilayah Kabupaten Blitar.

Satu di antara pegiat batik Dusun Centong Rt 3 Rw 8 Desa Sawentar, Eko Septianto mengatakan, selain melayani pesanan, pusat edukasi Batik Nareswari juga sering dikunjungi wisatawan yang ingin belajar membatik.

"Awal wisata edukasi ini tahun 2016 lalu. Di Sawentar sudah ada dua tempat membatik. Selain produksi untuk dipasarkan, kami juga berniat membuka ruang belajar batik lokal bagi generasi muda. Mereka di sini bisa belajar batik lawang wentar sama batik mulyo sawentar secara berdampingan," ujar Eko pada detikTravel, Senin (21/1/2019).

Banyak pelajar yang datang ke tempat ini. Edukasi batik dikemas dalam paket wisata yang menawarkan tiga kegiatan. Yakni sejarah Candi Sawentar, pertunjukkan jaranan dan belajar batik. Biaya untuk satu paket wisata edukasi ini Rp 50 ribu per orang. Mereka yang berminat, bisa daftar ke FB atau IG Pokdarwis Lawangwentar.

Para pemuda ini tetap peduli untuk melestarikan budaya kearifan lokal di desanya. Walaupun sarana terkesan kurang memadai, mereka tetap semangat mengajarkan ilmu membatik yang mereka dapat turun temurun itu.

"Kalau bukan kami, siapa lagi yang akan melestarikan budaya desa ini. Dengan budaya itu, masyarakat desa ini juga bisa punya penghasilan. Baik dari kunjungan ke candi atau menjual hasil batiknya," tambah pemuda berusia 28 tahun itu.

Untuk batik tulis, warga desa menjualnya seharga Rp 500 ribu ke atas, batik jumput dihargai Rp 150 ribu-Rp 200 ribu, sedangkan untuk batik kuas dihargai Rp 200 ribu-Rp 300 ribu.

Animo para pelajar, tampak antusias saat belajar membatik. Motif batik yang diajarkan, tergantung tingkatan kelas di sekolah. Untuk siswa SD, biasanya motif sangat sederhana dan menuliskan nama mereka di kain yang telah disediakan. Sedangkan untuk siswa SMA, motif lebih rumit diajarkan dengan teknik canting yang perlu kehati-hatian.

"Saya suka belajar batik. Harus ekstra sabar dan hati-hati. Siapa tahu ini juga bisa jadi lahan penghasilan setelah saya lulus SMA," ucap Ana pelajar kelas 3 SMA yang mengisi masa liburannya di sana. 

Tak Masuk 10 Bali Baru, Pariwisata Pangandaran Harus Berbenah

Pangandaran tidak masuk dalam daftar 10 Destinasi Prioritas pemerintah atau lebih dikenal 10 Bali Baru. Pariwisata di sana harus dibenahi.

Stakeholder kepariwisataan di Jawa Barat menyesalkan tidak adanya destinasi wisata di Jawa Barat yang masuk 10 Bali Baru dari Kementerian Pariwsata. Pangandaran sebagai ikon utama pariwisata Jawa Barat didorong untuk bisa bersaing dengan destinasi unggulan Indonesia lainnya.

Wakil Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Barat Herman Muchtar menyampaikan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah menetapan sektor pariwisata sebagai lokomotif ekonomi Jawa Barat. Secara khusus, menurut Herman, Pangandaran saat ini sedang didorong menjadi destinasi wisata unggulan Jawa Barat.

Dengan potensi yang dimiliki, Herman yakin Pangandaran bisa bersaing. Terlebih, kata dia, Pangandaran akan mendapat status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, di mana Pemerintah Pusat dan Pemprov Jawa Barat akan mengalokasikan anggaran lebih besar untuk Pangandaran.

Dalam urusan infrastruktur, kata Herman, pembangunan wisata Pangandaran sudah mengarah ke jalan yang benar, seperti adanya rencana reaktivasi jalur kereta dan pembangunan tol Cigatas. Namun salah satu pekerjaan rumah, kata Herman ada pada SDM.

"Tak hanya di Pangandaran, saya keliling Jawa Barat, masih banyak pejabat yang tidak paham potensi wisata masing-masing. SDM ini salah satu kendala," kata Herman dalam pertemuan stakeholder kepariwisataan Jawa Barat di Pangandaran, Rabu (23/1/2019) malam.

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung Faisal berpendapat, diperlukan akselarasi penyiapan tenaga-negata kepariwisataan yang kompeten. Hal ini, kata Faisal, bisa dilakukan melalui pendirian sekolah khusus pariwista.

"Tanpa SDM yang bagus kita tidak akan bergerak cepat," ujar Faisal.

Faisal juga berharap, Pangandaran yang akan menyandang status KEK bisa menawarkan konsep yang berbeda. Ia berharap, kearifan lokal Pangandaran bisa digali sehingga menjadi daya tarik wisata.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengapresiasi kepedulian para stake holder kepariwisataan Jawa Barat terhadap Pangandaran. Saat ini, kata Jeje, berbagai proyek infrastruktur sedang dikerjakan agar Pangandaran bisa akselarasi.

"Sea World PIAMARI dan RSUD rampung tahun ini. Pelabuhan sudah beres, Bandara akan diperluas. Mudah-mudahan semuanya lancar," kata Jeje.

Liburan Sambil Belajar Membatik di Blitar, Ini Tempatnya!

Liburan di Blitar, yuk mampir ke Desa Sawentar. Traveler bisa belajar membatik dengan berbagai motif di sana.

Desa wisata edukasi batik Sawentar, ada di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Masyarakat desa sentra produsen batik motif lokal ini punya mimpi menguntai warisan budaya untuk generasi muda.

Sebanyak 15 pemuda desa setempat, berniat membagikan ilmu membatik kepada semua yang berminat. Mereka menyediakan waktu, tempat dan sarana bagi anak muda yang datang untuk belajar proses pembuatan batik dengan beragam cara. Seperti batik tulis khas Desa Sawentar berjuluk nareswari.

Batik nareswari sendiri merupakan inisiasi masyarakat Desa Sawentar yang tergabung dalam komunitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sawentar. Motif dasar diambil dari kearifan lokal, yakni Candi Sawentar yang dipadu dedaunan. Keberadaan Candi Sawentar menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit di wilayah Kabupaten Blitar.

Satu di antara pegiat batik Dusun Centong Rt 3 Rw 8 Desa Sawentar, Eko Septianto mengatakan, selain melayani pesanan, pusat edukasi Batik Nareswari juga sering dikunjungi wisatawan yang ingin belajar membatik.