Selasa, 10 Maret 2020

Jelajah Asyik Korea Selatan

 Jelajah Kota Seoul dan Incheon di Korea Selatan akan memberikan pengalaman asyik untuk wisatawan. Banyak hal seru untuk dikunjungi di sana.

Korea Selatan tampaknya merupakan salah satu negara yang menarik untuk dikunjungi, banyak hal tentang Korea Selatan yang membuat para wisatawan ingin menjelajahi Negeri Gingseng tersebut, mulai dari segi budaya, sejarah, fashion, Kpop, Kdrama dan yang pasti berbagai macam kuliner lokal. Berikut beberapa rekomendasi tempat yang patut dikunjungi di Kota Seoul dan Incheon ketika Anda mengunjungi Korea Selatan.

I Seoul U, sebuah ikon dan slogan yang dibuat oleh pemerintah Korea Selatan untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Korea Selatan. Para traveler dapat menemukan ikon ini di Hangang Park, Yeuido, selain berfoto di ikon I Seoul U para traveller bisa menikmati pemandangan yang indah dan bersantai di sekitar Taman Sungai Han sambil mencicipi beberapa jajanan khas Korea seperti tteokbokki dan odeng yang dijual di sekitar lokasi tersebut, dan banyak pula warga lokal yang menyewakan karpet bagi para pengunjung untuk duduk bersantai di pinggiran Sungai Han dengan harga 1.000 Won per karpetnya. Untuk menuju Hangang Park para traveler bisa menggunakan subway line 5 kemudian berhenti di Stasiun Yeounainaru dan keluar melalui exit 2 atau 3.

Tidak afdhol rasanya apabila mengunjungi Korea Selatan tanpa menelisik sejarah dan kebudayaannya. Adalah Gyeongbokgung Palace yang merupakan istana kerajaan Korea Selatan terletak tepat di depan Gwanghwamun Square. Istana ini merupakan salah satu penginggalan sejarah yang sudah dibangun sejak tahun 1395 pada masa Dinasti Jeoson. Sebelum memasuki Gyeongbokgung Palace para traveler bisa menyewa hanbok (baju tradisional Korea) di beberapa tempat penyewaan hanbok di sekitar Gyeongbokgung Palace.

Nah, ada kabar gembira bagi para pengunjung yang datang dengan memakai hanbok, jika berkeliling Istana dengan mengenakan hanbok para pengunjung akan dibebaskan dari biaya masuk. Tak diragukan lagi pengalaman berkeliling Gyeongbokgung Palace akan terasa semakin menyenangkan jika memakai hanbok layaknya berpenampilan seperti putri dan pangeran Dinasti Jeoson. Untuk menuju Gyeongbokgung Palace para traveler bisa menggunakan subway line 3 kemudian berhenti di Stasiun Gyeongbokgung dan keluar melalui pintu exit 3.

Walaupun bukan negara dengan penduduk mayoritas Muslim tahukah Anda bahwa Korea Selatan mempunyai daerah yang ramah Muslim? Ya, Itaewon. Itaewon merupakan daerah yang ramah Muslim di Korea Selatan. Di sini para traveler bisa menemukan banyak rumah makan halal mulai dari jenis makanan Timur Tengah, Indonesia maupun makanan khas Korea Selatan itu sendiri, di Itaewon terdapat Masjid Pusat Kota Seoul sebagai salah satu tempat ibadah umat Muslim di Korea Selatan, di lingkungan masjid ini terdapat pula sekolah yang dikhususkan bagi warga Muslim yaitu Prince Sultan Islamic School. Untuk menuju Itaewon para traveller dapat menggunakan subway line 6 kemudian berhenti di Stasiun Itaewon dan keluar melalui exit 3.

Kapanpun kata Incheon disebutkan, pasti yang terpikirkan oleh para traveler adalah Bandara Korea Selatan. Namun, tahukah anda bahwa Incheon sebenarnya salah satu kota terbesar ketiga setelah Seoul dan Busan yang memiliki beberapa tempat wisata. Di daerah Incheon para traveler bisa berwisata menjelajahi Pulau Wolmido, di sini terdapat  taman hiburan dan taman pinggir laut yang disebut Wolmi Theme Park. Selain itu, traveler dapat menemukan berbagai macam jajanan khas Korea serta seafood yang dijual di sekitar Wolmido. Traveler juga dapat menikmati sunset di pinggiran laut sambil memberi makan burung laut yang berterbangan ketika mendekati waktu matahari terbenam tiba.

Minggu, 08 Maret 2020

Kelanjutan dari Wacana Turis Masuk Bali Bayar 10 USD

 Baru-baru ini, ada rencana turis masuk Bali bayar 10 USD. Untuk itu, DPRD Bali mengunjungi pihak Bandara Ngurah Rai untuk meminta masukan.

Panitia Kerja (Panja) DPRD Bali mengunjungi jajaran direksi Angkasa Pura I di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Kedatangan para anggota DPRD itu untuk meminta masukan soal wacana retribusi wisatawan sebesar USD 10.

Pertemuan itu digelar di Hotel Novotel, Bandara Ngurah Rai, Senin (21/1/2019). Pertemuannya dihadiri Ketua dan anggota Pansus Ranperda Retribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Pelestarian Alam dan Budaya Bali serta jajaran direksi AP I.

Dalam paparannya, General Manager AP I Yanus Suprayogi mengaku setuju dengan adanya retribusi tersebut. Sebab, para turis yang berkunjung ke Bali diyakini untuk menikmati keindahan alam sekaligus adat dan budaya Bali.

"Terkait perda yang sedang dibahas ini merupakan draft, kita dari AP sangat mendukung sekali dilaksanakan, karena bagaimanapun di Bali ini turis datang tidak ada lain untuk menikmati budaya dan pariwisata Bali. Untuk melestarikan ini biayanya nggak kecil, ini besar biayanya. Kami mendukung sekali adanya kegiatan ini, kami harap ke depan tidak ada halangan apapun," kata Yanus.

Yanus juga memberikan sejumlah masukan terkait pelaksanaan retribusi wisatawan ini. Salah satunya agar retribusi tersebut dimasukkan dalam bea tiket para turis yang datang berkunjung ke Bali.

"Kami berharap itu diberlakukan include sama tiket. Saran kami akan melakukan sistematis payung hukumnya ini sehingga penumpang bisa membayar kontribusi dengan tanpa merasa berat. Karena kalau include tiket ke Bali sekian datang, kalau datang ada pungutan sangat disayangkan," tuturnya.

Yanus berpendapat jika terjadi pungutan retribusi di bandara dinilai akan memberatkan para turis. Selain mereka harus mengantre, sistem pungutan itu juga dinilai tidak praktis.

"Kalau soal pungutan di bandara itu gini kalau ini Bali luar biasa, sesuatunya luar biasa. Jangan dipersulit orang-orang ini, orang ini dengan imigrasi panjang saja sudah protes. Orang ini menikmati Bali duitnya sudah punya, jangan disibukkan. Kalau sudah include tiket senang tapi yang jelas centelannya (hukum) harus ada dulu," pesannya.

Sementara itu, Ketua Pansus Ranperda Retribusi Wisata I Ketut Suwandhi mengapresiasi semua masukan dan usulan dari pihak Angkasa Pura I. Dia pun sependapat jika retribusi ini harus masuk ke dalam komponen tiket bukan melalui pungutan di konter.

"Yang jadi kerja keras kami dalam menyelesaikan ranperda ini adalah masalah payung hukum, tapi dari segi kementerian sepertinya sudah ada greenlight, tinggal bagaimana kita menata dan berargumentasi. Kemudian masalah pungutan," jelasnya.

"Pungutan di IATA (tiket) atau buka konter di bandara. Konter di bandara hal yang tidak mungkin, di samping aturannya tidak ada, juga bakal menyulitkan, banyak komplain dari wisatawan asing karena banyak konter yang dilalui. Kami cenderung dengan IATA, tidak melalui konter," sambung Suwandhi.

Suwandi menyebut pihaknya juga mempertimbangkan soal besaran nilai USD 10 yang bakal dikenakan ke wisatawan. Dia tak menampik bakal melakukan studi banding ke negara yang telah menerapkan sistem retribusi seperti ini.

"(Masukan) Angkasa Pura jangan USD 10, semnetara ini di rancangan USD 10. Itu akan kami kaji lebih lanjut dan kami juga akan cari pembanding di tempat-tempat lain untuk suksesnya ranperda ini" ucap Suwandhi.

"Jepang mungkin dealnya sama, untuk greenlight, budaya, tapi yang lain kan berbeda. Kita akan melihat dulu ke negara-negara yang mengenakan kontribusi seperti ini, kira-kira mana yang cocok untuk itu," ujar Suwandhi.