Jumat, 20 Maret 2020

Selain Batik, Trusmi juga Punya Museum di Cirebon

Kampung Batik Trusmi di Cirebon merupakan salah satu destinasi wisata belanja batik favorit. Selain itu, traveler juga bisa belajar banyak di museumnya.

Di Kampung Batik Trusmi kini ada museum anyar, namanya Trusmi Park Museum alias Trupark Museum. Museum anyar ini dirilis pada akhir tahun lalu.

Usai berbelanja batik, pengunjung bisa menikmati sejarah dan pembuatan batik yang ada di Cirebon. Tak hanya itu, Trupark Museum juga menyediakan pojok istimewa bagi para pengunjung yang ingin berswafoto.

"Memang Trupark Museum ini dibuat untuk edukasi tentang batik dan swafoto pengunjung. Ada pojok city of batik, yang menggambarkan tentang Cirebon dan batik, kemudian kisah lima topeng Cirebon," kata Guest Service Trupark Museum, Yosi Risdiyanto saat berbincang dengan detikTravel di Trupark Museum, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (3/1/2018).

Di Trupark Museum terdapat koleksi sejumlah cetakan batik. Kemudian, koleksi berbagai bentuk canting dan alat untuk membatik. Sejumlah motif batik pada era kesultanan hingga modern pun dipamerkan.

Selain itu, Trupark Museum juga menyuguhkan video mapping yang menampilkan motif-motif batik. Mata pengunjung semakin dimanjakan. Kemudian, pengunjung juga diajak untuk menonton video tentang kampanye pelestarian batik yang ditampilkan dalam mini taeter.

Pengunjung juga bia menyaksikan proses pembuatan batik, baik itu proses batik tulis maupun proses batik cetak. Bahkan sampai kepada proses penjemuran kain batik.

Yosi mengatakan, Trupark Museum diharapkan bisa membuka wawasan masyarakat tentang proses pembuatan batik. Tujuannya, lanjut dia, agar masyarakat memiliki kecintaan dan gairah untuk melestarikan batik.

"Kita berikan edukasi, masyarakat akan tahu bagaimana prosesnya, bagaiamana sejarahnya, kerumitan-kerumitan dalam proses pembuatan batik. Masyarakat akan menghargai batik," ucap Yosi.

Yosi menyebutkan, untuk tiket masuk ke Trupark Museum seharga Rp 50 ribu untuk umum dan Rp 35 ribu untuk pelajar saat weekday. Sedangkan, untuk weekend harga tiket berubah menjadi Rp 60 ribu untuk umum dan Rp 45 untuk pelajar.

"Ada potongan harga tiket masuk Rp 10 ribu bagi pengunjung yang menunjukkan bukti belanja di BT Batik Trusmi, baik weekday maupun weekend," ucapnya.

Karena masih anyar, diakui Yosi, tingkat kunjungan Trupark Museum belum begitu besar. Namun, Yosi mengaku setiap akhir pekan Trupark Museum dikunjungi sekitar seratusan pengunjung.

"Ini kan baru, ya masih biasa. Tapi sudah lumayan besar tingkat kunjungannya," ucapnya.

Mumpung masih libur Tahun Baru, mungkin ada di antara traveler yang tengah liburan di Cirebon dan ingin belajar tentang Batik Trusmi? 

Festival Kerajaan Es Terbesar Sedunia akan Dibuka

Festival es dan salju terbesar di dunia akan dimulai di China. Inilah acara spesial saat musim dingin tiba dari Negeri Tirai Bambu.

Melansir CNN Taravel, Sabtu (5/1/2019), hawa dingin yang menggetarkan gigi akan menyambut Anda yang datang ke Kota Harbin. Ya benar, inilah Festival Internasional Patung Es dan Salju Harbin (Harbin International Ice and Snow Sculpture Festival).

Terletak di Provinsi Heilongjiang di Cina bagian utara, ini adalah festival salju dan es terbesar di dunia. Akan ada banyak instalasi yang spektakuler juga instagramable juga aktivitas yang seru.

Festival Internasional Patung Es dan Salju Harbin adalah festival tahunan yang berlangsung dari 5 Januari hingga 5 Februari. Akan tetapi beberapa tempat wisata di sana terbuka bagi pengunjung sebelum upacara pembukaan.

Yang terbuka itu termasuk yang paling populer di antara semuanya adalah Dunia Es dan Salju Harbin. Instalasi di Festival Internasional Patung Es dan Salju Harbin dibuat dengan balok es yang ditarik dari Sungai Songhua di dekatnya.

Tahun ini, area Festival Internasional Patung Es dan Salju Harbin mencakup lebih dari 600.000 meter persegi dan di dalamnya ada lebih dari 100 landmark. Keseluruhan instalasi terbuat dari 110.000 meter kubik es dan 120.000 meter kubik salju.

Dua Candi di Karanganyar yang Bentuknya Tak Biasa

Wisata candi di Karanganyar, Jawa Tengah patut dicoba. Ada dua candi yang bentuknya begitu unik.

Kabupaten Karanganyar punya potensi wisata yang tidak kalah dengan daerah-daerah sekitarnya. Meski ia seringkali menjadi wisata alternatif wisatawan yang datang ke Kota Solo, namun kali ini saya justru eksplor objek-objek wisata di Karanganyar dari Kabupaten Madiun yang jadi kota kelahiran ibu saya.

Waktu tempuh ke Karanganyar dari Madiun kira-kira sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan roda empat atau sekitar 1 jam lebih lama apabila ditempuh dari Kota Solo. Rencana saya adalah untuk mengujungi satu objek wisata air terjun dan dua candi unik.

Objek wisata pertama adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Air terjun ini berada di daerah pegunungan sehingga hawa sejuk bahkan sejak dari pintu loket masuk sudah cukup membuat diri saya bergidik. Terlebih lagi usai menuruni 1.250 anak tangga untuk menuju ke lokasi dekat air terjun.

Jika cukup berani untuk menahan dinginnya air terjun dan sudah siap sedia baju ganti, tidak ada salahnya untuk mendekat ke lokasi air terjun. Hanya saja wisatawan tidak disarankan untuk berenang atau berendam, cukup mencelupkan kaki atau sekadar bermain air saja di sekitar air terjun.

Namun tetap harus berhati-hati karena batu-batu besar untuk pijakan menuju air terjun sangat licin. Saya sendiri memilih untuk cukup berfoto saja dari jembatan yang melintas di atas aliran sungai kecil disertai latar air terjun di belakang saya.

Beranjak dari air terjun Grojogan Sewu, saya menuju Candi Ceto. Candi ini tergolong unik karena terdapat susunan batu menyerupai alat kelamin laki-laki yang disebut arca phallus. Arca tersebut hampir bersentuhan dengan arca berbentuk vagina yang disatukan dengan arca berbentuk garuda.

Hal ini menjadi lambang penciptaan manusia atau kelahiran kembali setelah dibebaskan dari kutukan. Selain arca phallus, candi ini memilki beberapa arca manusia yang belum dapat diidentifikasi satu persatu. Namun diperkirakan mereka adalah perlambang dewa-dewa tertentu.

Lanjut ke destinasi selanjutnya yakni Candi Sukuh. Candi yang bentuknya mirip Piramida Aztec ini menghadap ke barat dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras. Ketiga teras tersebut melambangkan tingkatan menuju kesempurnaan.

Pada bangunan candi utama yang berbentuk piramida, susunannya bisa dibilang sangat presisi. Cukup membuat saya terheran-heran karena candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 M. Saat di mana peradaban manusia belum secanggih sekarang.

Ketika berada di Candi Sukuh, saya tak heran jika ia menjadi primadona wisata di Karanganyar. Rasanya di tiap sudut manapun saya bisa mendapatkan foto terbaik. Terlebih lagi karena candi ini dilengkapi akses untuk menuju bagian atas candi di mana saya bisa melihat pemandangan kota di kaki gunung secara lebih luas. Pemandangan yang tampak jauh lebih indah karena disertai semburat jingga di langit saat saya berkunjung menjelang matahari tenggelam.