Jumat, 20 Maret 2020

Dua Candi di Karanganyar yang Bentuknya Tak Biasa

Wisata candi di Karanganyar, Jawa Tengah patut dicoba. Ada dua candi yang bentuknya begitu unik.

Kabupaten Karanganyar punya potensi wisata yang tidak kalah dengan daerah-daerah sekitarnya. Meski ia seringkali menjadi wisata alternatif wisatawan yang datang ke Kota Solo, namun kali ini saya justru eksplor objek-objek wisata di Karanganyar dari Kabupaten Madiun yang jadi kota kelahiran ibu saya.

Waktu tempuh ke Karanganyar dari Madiun kira-kira sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan roda empat atau sekitar 1 jam lebih lama apabila ditempuh dari Kota Solo. Rencana saya adalah untuk mengujungi satu objek wisata air terjun dan dua candi unik.

Objek wisata pertama adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Air terjun ini berada di daerah pegunungan sehingga hawa sejuk bahkan sejak dari pintu loket masuk sudah cukup membuat diri saya bergidik. Terlebih lagi usai menuruni 1.250 anak tangga untuk menuju ke lokasi dekat air terjun.

Jika cukup berani untuk menahan dinginnya air terjun dan sudah siap sedia baju ganti, tidak ada salahnya untuk mendekat ke lokasi air terjun. Hanya saja wisatawan tidak disarankan untuk berenang atau berendam, cukup mencelupkan kaki atau sekadar bermain air saja di sekitar air terjun.

Namun tetap harus berhati-hati karena batu-batu besar untuk pijakan menuju air terjun sangat licin. Saya sendiri memilih untuk cukup berfoto saja dari jembatan yang melintas di atas aliran sungai kecil disertai latar air terjun di belakang saya.

Beranjak dari air terjun Grojogan Sewu, saya menuju Candi Ceto. Candi ini tergolong unik karena terdapat susunan batu menyerupai alat kelamin laki-laki yang disebut arca phallus. Arca tersebut hampir bersentuhan dengan arca berbentuk vagina yang disatukan dengan arca berbentuk garuda.

Hal ini menjadi lambang penciptaan manusia atau kelahiran kembali setelah dibebaskan dari kutukan. Selain arca phallus, candi ini memilki beberapa arca manusia yang belum dapat diidentifikasi satu persatu. Namun diperkirakan mereka adalah perlambang dewa-dewa tertentu.

Lanjut ke destinasi selanjutnya yakni Candi Sukuh. Candi yang bentuknya mirip Piramida Aztec ini menghadap ke barat dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras. Ketiga teras tersebut melambangkan tingkatan menuju kesempurnaan.

Pada bangunan candi utama yang berbentuk piramida, susunannya bisa dibilang sangat presisi. Cukup membuat saya terheran-heran karena candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 M. Saat di mana peradaban manusia belum secanggih sekarang.

Ketika berada di Candi Sukuh, saya tak heran jika ia menjadi primadona wisata di Karanganyar. Rasanya di tiap sudut manapun saya bisa mendapatkan foto terbaik. Terlebih lagi karena candi ini dilengkapi akses untuk menuju bagian atas candi di mana saya bisa melihat pemandangan kota di kaki gunung secara lebih luas. Pemandangan yang tampak jauh lebih indah karena disertai semburat jingga di langit saat saya berkunjung menjelang matahari tenggelam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar